Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Minggu, 21 Agustus 2011

Maaf Ma!

Oleh: Tiara Nabila Zein (@thyrnabila )


Satu sifatku yang tak kan pernah bisa kuubah. Sekuat apapun aku berusaha, aku takkan pernah bisa menghentikan yang satu ini. Jangan kira aku hanya bergurau. Sungguh. Aku tak bohong. Aku sudah berusaha menahan diriku. Tapi, selalu ada yang membuatku gagal melakukannya.
Oke. Aku menyadari sifat borosku ini sudah sangat kelewatan.
***
Aku seorang gadis yang sedang beranjak dewasa. Allah menganugerahkan kepadaku sebuah mata yang indah. Aku mengagumi segala hal yang indah. Subhanallah. Pemandangan ciptaan Allah selalu menakjubkan. Aku menyukainya. Namun, banyak hal ciptaan dari makhluk ciptaan Allah yang berhasil membuat mataku berbinar.
Baju , sepatu , tas , dan berbagai accesoris dari designer terkenal bukankah sebuah keindahan juga? Aku lebih menyukai keindahan jenis ini. Sayang, keindahan jenis inilah yang membuatku berada di tempat ini.
Ruangan berukuran 4 x 5. Cukup lapang. Tapi terasa pengap dan dingin. Bayangkan saja sudah 3 hari ini aku tak bisa beranjak dari tempat ini. Wanita cantik itu menghukumku. Apalagi yang bisa membuat seorang ibu tega mengurung anak semata wayangnya kalau bukan karena anaknya sudah sangat keterlaluan.
***
Aku baru saja memarkirkan mobilku ke garasi rumah. Aku melangkah lemas masuk ke dalam rumah dengan 2 amplop di tanganku. Aku sudah dapat menduga apa isi dari kedua amplop tersebut.
“Mam.”
“Iya sayang.”jawab mamaku lembut sambil meletakkan majalah ke meja.
Ku sodorkan 2 amplop putih kepadanya. Aku merasa sangat bersalah kepada mamaku ini.
Aku memejamkan mataku sambil menghitung di dalam hati. Pasti sebentar lagi ia akan berubah menjadi layaknya ibu tiri.
1..2.3...
“Florentina!”
Tuh kan benar.
“Apa maksud dari ini semua?”
Aku hanya bisa menunduk sambil memainkan ujung-ujung sepatuku.
“JAWAB!” bentaknya lagi.
Aku tak mampu menjawabnya.
“Kamu tahu apa isi dari amplop-amplop ini?”
“Iya mam. Aku tahu.”
“Apa?”
“Iya mam. Aku ngaku salah. Aku sudah 3 kali bolos sekolah.”
“Terus satunya lagi?”
“SPP 3 bulan belum aku bayar.”
“Kamu kemanakan uang SPP kamu?”
Aku tak sanggup menatap wajah mamaku. Aku mengeluarkan dompet lalu menyodorkan setumpuk struk belanja.
Meski aku tak menatap wajahnya, aku tahu pasti wajahnya merah padam.
“Jadi untuk ini semua kamu bolos sekolah?”
Aku mengangguk.
“SPPmu 3 bulan juga kamu pakai untuk ini?”
Sekali lagi aku mengangguk.
Terdengar desahan panjang.
“Astagfirullahaladzim.”desah mamaku.
“Masuk kamar. Kamu mama hukum! Jatah bulanan kamu mama potong setengah sampai kamu bisa mengembalikan uang SPP 3 bulanmu!”
Setengah uang saku sebulanku = SPP sebulanku. Badanku lemas. Kakiku gemetar. Ya Allah. Bagaimana nasibku? Seorang shopaholic harus “puasa” selama 3 bulan?
“Sebulan ini, sepulang sekolah kamu langsung pulang! Kamu tidak mama ijinkan keluar rumah kecuali mama yang ajak. Satu lagi, dalam satu minggu ke depan, kamu tidak boleh keluar kamar kecuali untuk makan dan sekolah. Kemarikan kunci mobil kamu!”
Ya Allah.. apa lagi ini?
***
Selama 3 hari ini aku merenung. Aku banyak berfikir. Aku sudah sangat keterlaluan. Papa bekerja siang malam mengurus perusahaan beserta cabangnya demi aku dan mama. Semua itu papa lakukan agar aku kami bisa hidup dengan layak. Tapi apa balasanku? Aku hanya bisa menghambur-hamburkan hasil kerja keras papa. Papa selalu memberiku uang saku perbulan yang cukup banyak. Setara dengan 2kali SPPku yang cukup mahal. Namun, kenapa masih saja aku merasa kurang? Aku bisa membeli beberapa pakaian , sepatu, dan accesoris dengan uang sakuku. Tapi, tetap saja. Mataku yang indah ini selalu merasa kelaparan.
Papa.. Mama.. maafin Flo. Flo janji gak akan pake uang SPP lagi. Flo mau berhemat.
***
Hari keempat aku ”dipenjara”..
Aku kedatangan tamu spesial. Setan kecilku. Ya.. aku menyebut sahabat tersayangku ini setan kecil.
“Flo, hari ini lo udah liat blognya Star boutique belum?”
“Lo tuh ya. Baru dateng nengokin sahabat lo yang lagi bored tingkat dewa gara-gara dipenjara, bukannya nanyain kabar malah..”kalimatku dipotong olehnya.
“Gue tau kabar lo pasti baik. Lo ga kurang makan disini. Dan fasilitas lo semua masih lengkap. Cuma mobil lo yang disita.”
“Iya, tapi..”
“Lo udah buka belum?”
“Belum.”
Aku tahu ke mana arah pembicaraannya. Aku berusaha menahan diri.
“Gilaa. New arrivalnya bikin ngiler. Sayang jatah gue bulan ini juga dipotong gara-gara tagihan creditcard gue membengkak.”
“Ah udahlah. Palingan modelnya gue udah punya.”
“Yakin gue, lo belum punya yang begini.”
Dinding pertahananku runtuh. Aku segera meraih laptop dan modemku. Penasaran.
Cuma pengen lihat. Kataku dalam hati.
“Wow!” kata pertama yang terlontar dari bibirku.
“Tuh kan gue bilang juga...” Sandra tak berhasil meneruskan kalimatnya karena sudah ku potong
“Yang ini San. Yang ini! Gue lagi nyari model yang kaya begini. Aduh, udah laku belum ya?” aku masih memandangi layar laptopku dengan takjub.
Gambar seorang gadis menggunakan mini dress berwarna cokelat muda dipadukan dengan blazer panjang cokelat tua dan highheels bertali sampai betis dengan warna senada. Semuanya model terbaru. Di lemariku belum ada model baju maupun sepatu yang seperti ini.
“Korean banget Flo.”
Mataku masih belum berkedip.
“Total 750.000.” bisik Sndra lirih.
Aku meraih buku tabunganku.
“Ah San. Tabungan gue udah menipis.”
“Tapi masih cukup kan?”
“Iya sih. masih ada sisa juga.”
“Ya udah. Pesen aja.”
“Tapi, gue juga lagi dihukum San. Gimana dong?”
“Ih lo dodol banget ya. Kan ada gue! ATM lo aman kan?”
“Aman. Nih!” kataku sambil menunjukkan kepada Sandra.
“Gue yang urus semua. Kalo udah dapet, gue anter ke sini.”
Mataku berbinar.
“Lo emang brilian San!”
Apa aku bilang. Setan kecilku ini selalu bisa membuat aku mengingkari janji suciku pada mama dan papa.:D big grin
Mama,papa, maafkan aku. Sekali ini lagi aja ya J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!