Oleh: Sintia Astarina (@sintiaastarina)
Panas. Melekat. Menembus sel-sel kulit hingga hawanya yang menusuk terasa. Di atas nyala api kompor yang membara, penggorengan berukuran sedang duduk manis di atasnya. Tak perduli seberapa panas suhu api yang menyala-nyala sejak sepuluh menit yang lalu.
“Duh, butuh garam seberapa banyak, ya? Eh iya, sosisnya lupa dimasukkin. Telur, telur, telurnya mana, ya? Kyaaaaa panas banget, nih! Gimana ngaduknya coba?” Aku kelimpungan sendiri di dapur. Aku memandangi resep masakan di tanganku dengan seksama. Tapi yang ada, aku malah kebingungan.
Ya, sebetulnya aku sedang membuat makanan buka puasa nanti sore untuk Aby, pacarku. Rencananya, nanti sore ia mau berbuka puasa bersama di rumahku. Berhubung keluargaku sedang ada acara di luar rumah, aku akan makan malam berdua saja dengan Aby. Menyenangkan. Tapiiii… aku yang nggak punya skill apa-apa dalam masak-memasak ini akhirnya harus memasak sendirian.
“Yaelaaaah pisaunya ditaruh di mana, sih? Ini lagi, ayamnya lupa aku potong! Eh eh, timun sama tomatnya diapain, ya? kyaaaaaaa, tolong akuuuu, doonggg!!!”
WUSSHH!! Aku mengelap peluh yang menetes di dahiku. 30 menit kemudian, masakanku jadi. “This is it! Nasi Goreng Acakadut ala Chef Karvina Quinn.” Aku memandangi sepiring besar nasi goreng di atasnya dengan puas. Walaupun penampilannya agak sedikit urakkan, tapi aku begitu bangga karena aku berhasil membuat nasi goreng! Yeaaayy!
Kemudian, aku melirik jam di dinding. “Astaga! Satu jam lagi udah mau buka puasa dan aku belum nyiapin apa-apa buat nanti? Gila, gila, gila! Daaannn… hanya nasi goreng ini sajakah yang akan jadi menu buka puasa untukku dan Aby? GILAAAA!!!”
Aku kembali kelimpungan setengah mati. Sedari tadi aku hanya mondar-mandir di dapur seraya memikirkan cara cepat nan praktis membuat segala persiapan untuk buka puasa nanti. TRINGG! Lampu kuning di atas kepalaku menyala. Tiba-tiba muncul sebuah ide cemerlang dalam benakku. Aku meraih gagang telepon dan menekan beberapa tombol. Aku siap menjalankan misiku selanjutnya. Aku tersenyum dalam hati.
***
“Sayaaang, udah bedug, tuh! Yuk, kita berdoa dulu sebelum makan. aku udah nyiapin 4 menu masakan yang pastinya kamu suka!” Kataku dengan penuh semangat. Selesai mendaraskan beberapa patah kata doa, aku dan Aby pun menyantap masakan yang telah tersaji di atas meja satu persatu.
Masakan pertama, spaghetti.
“Gimana rasanya? Enak?” tanyaku harap-harap cemas.
Aby terdiam sejenak. Aku memperhatikan raut wajahnya yang sangat sulit ditebak. “Enak. Sausnya pas banget,” jawabnya singkat yang kemudian memberi sedikit kelegaan di hatiku. Aku turut senang mendengar komentarnya.
Masakan kedua, udang goreng mayonnaise.
“By, aku buatin kamu udang goreng mayonnaise, nih. Aku yakin kamu pasti suka. Yuk, dicoba!” aku mengambil beberapa potong udah goreng dengan mayonnaise di atasnya ke atas piring Aby. Aku juga meletakkna beberapa potong di atas piringku. Aku tak bisa melepas pandanganku kepada wajah Aby. Aku takut kalau masakan yang telah terhidang ini akan membuatnya kecewa.
“Sayang, udangnya crispy banget, loh! Kamu emang tau, deh makanan kesukaanku,” sahut Aby sembari tersenyum manis padaku. Aku meleleh dan tersipu malu. Ia mengambil lagi beberapa potong udah goreng dan memasukannya ke dalam mulut. Ia begitu lahap.
Masakan ketiga, ikan goreng fillet saus asam manis.
“Wow! Kamu punya ikan goreng saus asam manis untuk menu buka puasa kali ini?” sahut Aby tak percaya. Aku hanya mengangguk lemah sambil menyunggingkan senyumanku.
“Kamu juga suka, kan? Ini salah satu menu spesial malam ini. Ayo, dong dicoba masakannya. Makan yang banyak, ya biar kamu sehat. Hehehe…”
Aby pun menyantap masakan yang ketiga. Dari raut wajahnya, bisa kupastikan dia teramat puas.
Masakan terakhir, nasi goreng.
“Ini adalah masakan terakhir yang wajib kamu coba, By. Nasi goreng. Perut kamu masih ada space untuk nasi goreng ini kan?” ujarku sambil menunjuk sebuah piring besar di atas meja.
“Aku akan melahap semua masakan yang kamu hidangkan. Nggak rugi, deh bisa nyicipin masakan kamu. Pulang-pulang dari sini, aku pasti kekenyangan setengah mati, deh. Hehehe… Aku makan ya nasi goreng kamu.”
Beberapa saat kemudian, aku tersentak melihat wajah Aby yang berubah tanpa ekspresi. Ia megunyah makanan dalam mulutnya perlahan. Alamak, jangan-jangan nasi gorengku rasanya aneh, kataku dalam hati.
“Aby sayang, sebelum kamu mengomentari masakanku yang terakhir itu, aku mau membuat sebuah pengakuan, deh. Tapi kamu jangan marah, ya.”
Aby menatapku tajam. Aku tak berkutik dibuatnya. Kepala Aby mungkin dipenuhi banyak tanda tanya besar, begitu pula dengan benakku.
“Masakan pertama, spaghetti. Itu aku beli di resto depan rumah. Masakan kedua, udang goreng mayonnaise. Aku minta bantuan Sissy buat bantuin aku bikin masakan itu. Masakan ketiga, ikan goreng fillet saus asam manis. Makanan itu aku delivery dari resto di blok B. Yang terakhir itu nasi goreng, itu murni buatanku, By. Makanya, tampilannya paling beda, paling berantakkan. Tapi aku buatnya sepenuh hati, kok. Kalo rasanya nggak enak, maafin aku ya.”
Aku menundukkan kepalaku. Tak berani sedikitpun kujatuhkan pandanganku kepada mata Aby. Mungkin, saat ini Aby sedang kesal atas pengakuan yang baru saja terucap dari bibirku. Keheningan merayapi sore yang sudah berganti malam. Tak sepatah katapun yang keluar dari mulutku, tak juga dengan Aby.
Aby mendesah pelan dan ia menghembuskan napasnya. “Aku juga mau buat sebuah pengakuan. Masakan pertama, spaghetti. Sebenarnya, aku nggak terlalu suka dengan tingkat kematangan spaghetti itu. Terlalu lembek dan nggak sedap di makan. Masakan kedua, udang goreng mayonnaise. Sejujurnya, asamnya mayonnaise nggak enak banget di lidahku. Aku nggak terlalu demen, Sayang. Masakan ketiga, ikan goreng fillet saus asam manis. Nah, kalo yang ini enak, aku suka banget. Terakhir, untuk masakan keempat…” Aby diam. Ia membuatku sungguh penasaran. Ia membuatku mati kutu di tempatku duduk saat ini. Rasa-rasanya sekujur tubuhku kaku. Entah telingaku siap mendengar pendapat Aby tentang masakanku atau tidak.
“Ini favoritku,” lanjutnya setengah berbisik.
Aku membelalakkan mataku lebar-lebar. Sama sekali aku tak percaya dengan kata-kata yang terlontar dari mulut Aby barusan. Aku melonjak kegirangan, tapi tak bisa kutunjukkan saat itu juga. Speechless. Hanya itu.
“Ja-jadi… kamu suka dengan nasi goreng buatanku, By?”
Aby mengangguk mantap. Ia menggengam tanganku hangat dan lembut. “Makasih ya, sayang untuk makan malamnya hari ini. Hari ini adalah hari terakhir kita berpuasa. Kamu udah memberikan aku sesuatu yang begitu spesial malam ini. Aku saying kamu banget.”
Whoaaaaa aku lega setengah mati! Aku jamin malam itu adalah malam terindah antara aku dan Aby. Malam itu kuhabiskan dengan banyak cerita tentang apa yang sudah kulakukan hari ini demi mensukseskan makan malam itu. Mulai dari menentukan menu untuk berbuka puasa, memasak menu paling spesial yaitu nasi goreng dalam waktu berjam-jam, sampai ide gila untuk mengerahkan berbagai cara agar aku bisa mendapatkan empat menu masakan sekaligus! Ternyata, nasi gorengku yang jadi favorit! Aku senang bukan main.
“Aku juga sayang banget sama kamu, By. Kapan-kapan aku masakkin kamu menu yang lain, ya!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!