Oleh: Sintia Astarina (@sintiaastarina)
Melintasi malam yang sunyi di tengah aroma metropolitan
Menembus hiruk pikuk keramaian kota yang terabaikan
Nadi tertembus dinginnya semilir angin yang kian menusuk
Terlintas sesaat untuk berkelana dan mencari
Sesuatu yang mereka sebut sebagai kehangatan
Ya, sekedar kehangatan dalam tubuh
Dan tiba waktunya kami pergi, hilang mencari
Ke sudut kota tempat orang pinggiran berada
Menghabiskan larutnya malam bersama teman paruh baya
Tembakau di tangan, asap di mulut
Melewati detik demi detik bersama penjelajah malam
Hitamnya gigi, pahitnya kopi
Mengarungi waktu menjelang pagi bersama teman rasa lapar
Dia… Dia yang kami cari!
Mi instan
Oh… mi instan
Goreng… Rebus… Pedas… Gurih…
Seporsi, dua porsi, tiga…
Aroma yang menggoda membahana
Selera kian terumbar dalam setiap kecapannya
Haruskah kami menahan godaan dari bisingnya perut
yang sedari tadi meronta kelaparan?
Kami… si orang pinggiran dengan ekonominya
Mi instan di kala menggigilnya malam
Penahan lapar 12 jam tiada henti
Dia… Teman hidup seumur hidup
Mi instan
Oh… mi instan
wah makasih ya buat writing session club, karyaku bisa tampil di blog ini walaupun belom bisa jadi best of the night. smoga bisa mengahsilkan karya yang lebih baik lagi deh buat ke depannya. thanks yaaa :D
BalasHapushttp://www.sintia-astarina.blogspot.com/
http://twitter.com/sintiaastarina/