“Apa? Chef Ryan jadi juri ‘Best Pastry Chef Competition’ ?” tanya Eva sambil melotot. Ia tak percaya kalau chef idolanya, Chef Ryan, menjadi juri lomba memasak kue di kampusnya.
“Iya Va! Awalnya, aku juga tidak menyangka kalau Chef Ryan menjadi salah satu juri. Kalau kamu tidak percaya, lihat saja nih!” Jawab Mega yang tak kalah hebohnya dengan Eva sambil menyodorkan brosur lomba memasak. Eva langsung melihat brosur tersebut.
“Lebih baik, ini saatnya kamu menunjukkan kemampuan memasakmu, Va! Chef Ryan pasti tidak akan menganggapmu sebagai bocah ingusan lagi! Kalau kamu menang lomba ini, kamu juga bisa dapat hadiah uang tunai sebesar 3 juta! Lumayan, Va!” Mega meyakinkan sahabatnya yang sudah menemaninya sejak mereka duduk di bangku SMP.
Eva pun mengangguk-anggukan kepalanya setelah mendengar saran sahabatnya. Sepertinya, ini adalah waktu yang tepat baginya untuk menunjukkan dirinya yang sebenarnya di depan Chef Ryan, yang merupakan mantan kakak kelasnya pada saat keduanya duduk dibangku SD. Bagi Eva, Chef Ryan tidak hanya sekedar teman masa kecilnya, tetapi juga sebagai sosok yang ia sukai selain hobinya, memasak kue.
“Baiklah kalau begitu!” kata Eva dengan mantap tanda ia sudah siap untuk mengikuti lomba.
“Eva ikut lomba memasak, Sat? Lu tahu darimana?” tanya Fendy dengan nada terkejut.
“Ya iyalah, gue tahu. Kan gue panitia seksi dokumentasi lombanya. Memangnya kenapa?“ balas Satrio sambil terheran-heran melihat ekspresi temannya yang terkejut.
“Lalu, juri lombanya siapa saja?” Bukannya menjawab, Fendy malah bertanya balik.
“Ya, setahu gue sih Pak Hendra dari pihak kampus, Chef Tova, dan Chef Ryan.” Jawab Satrio.
Tuh kan, gue bilang juga apa! Pasti Eva ikut lomba memasak juga karena ada si Ryan! Mau tak mau, gue mesti ikut lomba. Ya, gue harus ikut! Eva harus tahu perasaan gue, pikir Fendy dalam hatinya. Eva, satu-satunya cewek yang tidak pernah pergi dari hati Fendy sejak SMP. Ia sudah lama memendam rasa sukanya, tetapi ia tidak berani mengungkapkannya sedikitpun. Alasannya klasik, Eva menyukai sepupunya, Ryan. Ia tahu bahwa dirinya sulit mengalahkan pesonanya Ryan. Akan tetapi, kali ini, ia tidak lagi mau berdiam diri. Sudah cukup menahan rasa itu sekian lama. Sekarang, ia harus mengungkapkan rasanya. Ya, Eva harus tahu bahwa ada orang lain yang selalu memerhatikannya.
“Lho, kamu ikut lomba juga, Fen?” tanya Eva dengan nada tak percaya saat ia melihat sahabatnya, Fendy mucul dengan celemek hijau sambil membawa peralatan memasak kue.
“Iya Va. Kamu sendiri ikut lomba kan? Kayaknya, kalau kamu ikut juga bukan sesuatuyang aneh deh. Secara, kamu kan jagonya memasak kue,” jawab Fendy.
“Ya ampun, berarti sainganku makin berat dong! Kamu kan juga jago masak! Apalagi, kamu kan sepupunya Chef Ryan! Bisa-bisa nanti, kamu yang menang!” balas Eva sambil sesekali tertawa renyah. Fendy yang melihat ekspresi cerianya Eva langsung merasakan gejolak yang aneh. Ya, Fendy memang paling suka jika ia melihat cewek manis berlesung pipi ini tertawa. Manis dan imut sekali.
“Kamu bisa aja, Va! Kamu kan lebih jago lho! Oh ya, rencananya kamu mau memasak apa?” Fendy langsung bertanya apa yang ingin dimasak Eva ketika lomba memasak nanti. Ia penasaran, apakah Eva akan memasak yang spesial untuk sepupunya yang 3 tahun lebih tua darinya.
“Aku sih mau memasak nastar keju. Soalnya, aku suka banget sama nastar keju. Kamu sendiri?” Eva kembali bertanya.
Tuh kan, gue bilang juga apa! Pasti dia memasak kue nastar keju kesukaannya Ryan. Pokoknya, gue ga boleh kalah!
“Ada deh, nanti kamu juga tahu kok, Va,” jawab Fendy dengan senyum misteriusnya.
“Va, dia Tova, partner kerjaku di cafe La Fierra sekaligus pacarku,” Ryan mengenalkan pacarnya, Chef Tova yang juga salah satu juri lomba memasak kue.
Diam. Hanya satu hal yang ia bisa lakukan, diam terpaku. Eva langsung shock mendengar pernyataan chef idolanya yang juga ia sukai.
“Hai Eva! Senang berkenalan denganmu. Aku sering banget lho dengar cerita kamu dari Ryan. Katanya Ryan, kamu tuh manis dan jago banget masak kue. Pantas saja, kamu sudah dianggap adik sendiri sama Ryan. Soalnya kamu mirip ya sama Ryan. Sama-sama suka masak kue dan sama-sama suka nastar keju,” ujar Chef Tova dengan nada ramahnya.
Diam. Lagi-lagi, Eva diam terpaku. Ia tidak percaya kalau dirinya hanya dianggap adik oleh Ryan. Apalagi, sekarang Ryan sudah memiliki pacar yang cantik, ramah, dan tentunya, jago memasak. Kini, jauh di dalam hati Eva, sudah ada luka yang baru. Gagal sudah rencananya untuk mengungkapkan rasanya melalui nastar keju yang akan ia buat sesaat lagi pada saat lomba.
“Good Luck, Eva! I know, you can do it! Jangan mau kalah sama adik sepupuku si Fendy! Oke?” Chef Ryan memberikan semangat kepada Eva karena sesaat lagi lomba memasak akan dimulai. Eva pun hanya bisa tersenyum pahit.
Taruh lembaran silpat ke dalam loyang.
Fendy langsung cekatan melakukan berbagai langkah resep yang ia pelajari sebelumnya setelah tanda mulainya lomba memasak diputar. Ia langung menaruh lembaran silpat –semacam alas loyang untuk memanggang kue- ke dalam loyang.
Tempatkan rak pemanggang di bagian tengah oven, lalu panaskan oven hingga bersuhu 200 derajat Celcius.
Setelah menaruh lembaran silpat, ia langsung menyiapkan loyang dan oven. Tidak lupa juga, ia menyiapkan bahan-bahan adonan kue yang akan ia masak.
Dalam sebuah mangkuk ukuran sedang, kocok putih telur hingga berbusa. Tambahkan tepung, gula, ekstrak almond, air, dan garam ke dalam putih telur. Aduk hingga halus sekitar 30 detik.
Dengan cekatan, Fendy menakar satu-persatu bahan-bahan adonan kue mulai dari tepung, gula, ekstra almond, dan juga air. Tak lupa, ia memecah 2 telur dan memisahkan putih telurnya satu-persatu dengan hati-hati. Setelah itu, ia langsung mengocok putih telur tersebut , menambahkan bahan-bahan lainnya, dan mengaduk semua bahan dengan halus .
Tuangkan satu sendok makan adonan ke atas silpat yang telah disiapkan, lalu sebarkan menggunakan punggung sendok menjadi lingkaran sangat tipis berdiameter 10 cm. Buat dua lingkaran adonan dalam satu lembar silpat.
Setelah adonan tersebut dirasa halus, Fendy langsung menuangkan satu-persatu ke atas silpat dan menyebarkan adonan tersebut dengan punggung sendok. Terlihatlah lingkaran tipis di atas silpat. Fendy pun menghela nafas, akhirnya ia berhasil membuat lingkaran tipis tersebut. Ia takut, ia gagal membuat lingkaran tipis tersebut. Setelah berhasil, kini saatnya ia mengulangi cara tersebut haingga terbentuklah dua adonana dalam satu silpat.
Panggang adonan ke dalam oven hingga bewarna kuning keemasan, selama sekitar 8 menit. Keluarkan kue dari dalam oven, lalu angkat dari atas silpat secara cepat menggunakan ujung spatula.
Oven kini sudah panas, dan adonan sudah siap untuk dipanggang. Berarti, ini saatnya Fendy memanggang adonan tersebut. Sambil menunggu adonan kue matang, ia mengambil lembaran kecil kertas khusus, dan pena dengan tinta khusus. Fendy kembali menghela nafas. Ini merupakan puncak dari berbagai langkah memasak yang ia lakoni. Ia harus menuliskan sesuatu. Sesuatu yang spesial.
Fendy pun melihat sosok Eva yang kini sedang memasak. Tampak raut sedih di air mukanya. Fendy tahu, apa yang sedang dirasakan Eva setelah ia mengintip dan mendengar percakapan antara Eva, Ryan, dan Tova sesaat sebelum lomba memasak dimulai.. Eva pasti patah hati. Ya, patah hati setelah ia mengetahui orang yang ia sukai sejak lama sudah memegang tangan wanita lain.
Ini saatnya! Ya, harus sekarang!
Fendy pun langsung menuliskan perasaan. Perasaan yang berkecamuk dalam dirinya ketika ia berada di samping orang spesial. Orang spesial yang tak lain tak bukan adalah Eva, sahabatnya sejak mereka duduk di bangku SMP hingga sekarang.
Letakkan lembaran kertas khusus di atasnya, lalu lipat dua kue menjadi berbentuk setengah lingkaran. Setelah itu, tekuk kedua ujung kue. Lakukan hal ini secara cepat karena kue akan segera mengeras dan rapuh dalam waktu 10 detik. Biarkan dingin.
Setelah matang, Fendy langsung mengeluarkan adonan tersebut dari atas silpat dengan spatula secara cepat. Kini, tinggal langkah terakhir. Ia meletakkan lembaran kertas yang ditulisnya lalu melipat kue tersebut menjadi dua. Setelah terbentuk setengah lingkaran, ia menekuk kedua ujung kue tersebut. Violla! Kini saatnya, kue tersebut dicicipi oleh orang spesial dalam hatinya. Ya, siapa lagi, tentu Eva lah yang pantas menerima kue ini. Tidak hanya itu saja, Fendy juga telah membuat kue yang sama –tentunya dengan lembaran kertas yang berbeda dalam isi kuenya- untuk dinilai oleh para juri. Akan tetapi, kue yang ia buat untuk para juri tidaklah spesial. Menurutnya, tujuannya mengikuti lomba bukanlah mendapat sertifikat penghargaan dan uang tunai sebesar tiga juta rupiah. Hanya Eva yang menjadi tujuannya, tujuan membuat kue spesial.
Kecewa. Eva benar-benar kecewa. Setelah ia patah hati karena cowok yang ia sukai, Ryan sudah melabuhkan hatinya ke wanita lain, yaitu Tova, ia harus kembali ‘menelan pil pahit’ untuk kedua kalinya. Ia kalah telak, karena skor yang didapatnya sangat rendah jika dibandingkan dengan kontestan lainnya. Ia tahu, apa letak kesalahannya. Hanya satu kesalahannya, ia tidak memasak dengan hati yang riang. Maka tak salah, jika seniornya, Olga pantas mendapat predikat sebagai juara.
“Eva..” Fendy menghampiri sahabatnya yang saat itu matanya sudah mulai mengeluarkan air mata.
“Fendy..” Eva langsung memeluk Fendy dan menangis sekencang-kencangnya. Ia sudah tidak tahan lagi jika menahan air mata untuk jatuh ke pipinya. Fendy langsung memeluk Eva dengan erat. Ia lega, bahwa Eva masih menganggap dirinya menjadi sandaran ketika ia sedih.
“Sudah, jangan menangis lagi. Kamu kalah bukan karena kamu tidak mampu. Kamu kalah hanya karena hatimu sedang kacau,” hibur Fendy dengan nada yang hangat sambil memeluk Eva.
“Masalahnya tidak hanya itu saja, Fen. Tapi..”
“Seharusnya, kamu senang dong, Va. Walau ia menganggapmu sebagai adiknya, setidaknya kamu masih memiliki hubungan baik dengannya. Masih ada kok, orang lain yang sayang kamu apa adanya,” Fendy melepaskan pelukannya, dan mengusap pipi Eva yang telah basah. “Aku punya sesuatu yang spesial buat kamu,” Fendy langsung mengambil kue yang ia buat dan menyerahkannya kepada Eva.
“Ini... bukannya ini kue yang kamu buat tadi sewaktu lomba?” tanya Eva.
“Iya, ini namanya Love Fortune Cookies. Spesial buat kamu,” jawab Fendy dengan senyum hangatnya.
Eva langsung memakan kue tersebut dan menemukan selembar kertas. Ia membacanya.
Jangan sedih lagi ya
Aku tetap di sini kok, aku tidak akan pernah meninggalkanmu
Karena
Aku sayang sama kamu....
dari yang paling dalam
-Fendy, your bestfriend-
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!