Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Kamis, 25 Agustus 2011

Demi Pacar


Oleh @Laksmita


Usai sudah jam kuliah pagi ini. Dengan langkah tergesa-gesa aku menuju kelasnya, sambil memandangi handphone, ku baca smsnya dengan seksama, “Ya udah deh, aku tunggu di depan kelas.”
Wajah kasmaran mengiringi langkahku yang cepat, menguatkanku untuk menerobos sibuknya lalu lintas mahasiswa di gedung ini. Betapa beruntungnya, aku dan dia berada dalam satu kampus. Meskipun bukan satu fakultas, aku senang sekali bisa menemui pacar baruku ini setiap hari. 
Aku sudah berada di sekitar kelasnya. Samar-samar aku mendengar suaranya, aku cari di mana sumber suara itu. Ah, ternyata dia ada di balik pilar gedung yang membelakangiku. Dia sedang membicarakan sesuatu rupanya. Aku sembunyi dulu saja, ingin mendengar apa yang dia bicarakan.
".. Siapa juga yang nggak ilfeel liat cewek yang makannya kaya supir truk gitu. Hahaha.."
Ekspresi wajahku berubah 180 derajat, dari sumringah jadi syok. Waduh, padahal porsi makanku kan jauh dari standart cewek banget. “Berarti mulai sekarang harus hati-hati nih di depan dia, harus jaim! Gak papa deh, pasti kuat!” pikirku.

"Hei!" dia menepuk pundakku dan membuyarkan lamunan singkatku.
"Ayo makan siang, yank! Laper nih," ajaknya.
"Oke, yank. Aku juga tadi belum sarapan," jawabku refleks.
Dalam hati aku menyesal, tadi kan aku belum sarapan, nanti gak bisa makan banyak dong. Ya udah lah, nanti sore aja makan dipuas-puasin.

Kami memutuskan makan di resto dekat kampus. Bola mataku sudah menari-nari lihat menu yang bikin ngiler, tapi pada akhirnya aku harus memilih menu yang cocok untuk ukuran cewek.
"Pesen aja yang banyak, gapapa."
Yang bener aja yank, aku gak mau bikin kamu ilfeel, batinku.
"Enggak ah. Ini aja," kataku dengan sedikit tidak rela sambil menunjuk menu paling bawah.
"Loh? Katanya belum sarapan, kok malah salad sih? Lagi diet kamu, yank?"
"Lagi pengen salad aja kok," senyum palsu tertempel di mukaku.

***

"Udah kenyang kan?” tanya dia sambil menyetir mobil.
Aku hanya tersenyum menjawab pertanyaannya. Dalam hati ada emoticon nangis dan mengemis-ngemis minta makan.
“Habis ini temenin belanja ya, yank? Nanti di rumah ada acara keluarga soalnya.”
“Oke deh.”

***

Selagi menuju supermarket, aku sudah mengutuki hampir seluruh court makanan di lantai 1. Dan ketika masuk supermarket, rasanya aku ingin berjalan sambil menutup mataku. Sudah lebih dari 1 jam kami di sini, perutku rasanya diremas-remas. Waktu berlalu terasa sangat lambat. Ku lirik jam tangan mungilku, aku heran kenapa angkanya jadi dobel-dobel. Ku pandang keadaan sekitarku, semuanya terlihat buram, samar-samar ada siluet pacarku sedang memanggil namaku, tiba-tiba gelap.

***

“Yang, sayang,” ada yang menepuk pipiku dengan lembut. “Kamu udah bangun?”
“Ah, aku kenapa?” aku malah ganti bertanya sambil memfokuskan penglihatanku yang agak buram.
“Kamu tadi pingsan. Kamu sakit ya dari kemarin?”
“Enggak kok, enggak,” jawabku.
KRUCUKK! Perutku benyanyi dengan lantang. Dia terkejut dengan suara itu. Aku hanya tersenyum salah tingkah.
“Kamu kurang makan toh? Kenapa tadi siang cuma makan salad?”
“Habis, nanti kalo aku makan banyak, bisa-bisa kamu ilfeel sama aku.”
“Jangan sotoy deh, yank. Aku nggak serendah itu dalam menilai orang,” ia menatap mataku tajam-tajam.
“Tapi tadi di kampus aku denger kamu bilang gitu.”
Ekspresinya bingung sejenak.
“Ya ampun. Aku tadi cuma niru omongan temenku. Kamu tadi nguping?”
Aku tersenyum meringis.
“Tenang aja. Walaupun kamu makannya kaya supir truk, aku tetep suka kamu apa adanya.” ujarnya sambil tersenyum.
Hahhh.. Serasa terbang di atas awan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!