Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Kamis, 11 Agustus 2011

Foto

Oleh: @Laksmita



Tanganku tidak mahir menjalankan tugasnya, atau lebih tepatnya aku bisa menyalahkan otakku, sudah payah kalau tengah malam begini. Entah apa link yang aku klik tadi, yang jelas aku tidak sengaja. Tampilan halaman tidak segera menampakkan diri dilayar laptop tua milikku. Mungkin modem USB-nya ngambek, sudah hitungan minggu pulsanya tidak aku isi.
“Dasar matre,” pikirku ngawur.
Otot jemariku sudah agak linu, sebenarnya memang waktunya istirahat setelah dipakai mengetik laporan seharian. Niat awal ingin sedikit hiburan, siapa tahu ada berita menyenangkan dari teman-teman di facebook, ternyata koneksi malah tidak bersahabat.
Setelah laptop kupelototi beberapa detik, tampilan halaman mulai nampak. Muncul sebuah kotak besar bergambar dalam waktu satu kedipan mata saja. Aku terperangah, membeku dalam sekejap. Ada satu foto yang familiar, bayangan yang dipantulkan lewat udara menerobos pupil dan lensa, ditangkap dengan tangan terbuka oleh retina kedua bola mata. Dalam sepersekian detik otak dan hati memberi respon asing. Foto itu menyihir tubuhku dengan suara kosong, seolah aku tak dapat merasakan anggota tubuhku, hanya terdeteksi degupan jantung yang lebih terburu-buru dari biasanya.
Foto itu menyeret paksa, menuntun ingatan ke beberapa latar yang pernah kulalui. Mengupas kembali ingatan tentang seseorang yang seakan tak pernah luntur. Perlahan menyayat kembali bekas sayatan yang sudah lama aku acuhkan, entah bagian dari diriku yang mana itu, sepertinya kasat mata. Ah, sudah berbulan-bulan sejak foto itu sering kupandangi dengan tatapan penuh harapan. Hasil jepretan wajahnya yang itu, ku nilai paling bagus diantara yang lain. Bahkan satu-satunya foto paling keren yang dia miliki.
Kalau aku cek arsip memoriku lagi, sebenarnya tidak ada yang spesial tentang wajahnya. Wajah pemuda jawa yang biasa saja. Tidak ada yang terlalu menarik dengan detail kulit dan pertulangan wajahnya. Tapi, mungkin jika aku dulu adalah sebuah album foto, seluruh isinya adalah foto wajahnya di halaman manapun kamu membukanya. Dan bagiku adalah album foto terbaik di seluruh dunia.
Masih ada foto yang lain. Aku klik panah ke arah kiri. Yang kulakukan hanya menghela napas dan tersenyum kikuk karena sepertinya foto itu sedang tersenyum kepadaku. Foto terbaru mereka berdua, yang baru kali ini aku lihat. Dengan lapang dada aku mengakui bahwa foto mereka benar-benar manis, bahkan sempurna. Aku menduga foto separuh badan dengan kamera SLR itu bagus bukan karena kameranya yang bagus, tapi karena pada foto mereka yang membisu, mata sepasang kekasih itu berbicara tentang cinta dan kebahagiaan. Lalu bagaimana perasaanku? Yang jelas sudah tidak separah dahulu, sekarang sudah kebal dengan hal-hal yang nampak menyakitkan seperti itu. Bisa dibilang aku ikut bahagia melihat mereka bahagia. Lalu aku tersenyum lagi, kali ini dengan ikhlas.
Ketika aku melihat foto mereka berdua, aku tidak merasa sakit dan merasa sekuat gatotkaca. Mungkin karena aku sudah tidak punya harapan kepadanya. Namun, sampai saat ini hampir tiap aku melihat foto atau mengingat wajahnya, aku masih merasa aneh dan jantungku terus berdegup terburu-buru. Mungkin pertanda bahwa aku masih punya perasaan yang sama kepadanya.
Ah, aku baru sadar. Bukan fotonya di facebook yang membuat perasaanku atau jantungku jadi aneh, tapi fotonya di hatiku yang ternyata masih tersimpan.

3 komentar:

  1. 'di layar', bukan 'dilayar'.
    'kunilai', bukan 'ku nilai'.

    Penggunaan kata 'di' yang benar adalah:

    1. Digabung untuk kata kerja. cth: ditulis, disimpan, dimakan.

    2. Dipisah untuk kata yang menunjukkan tempat. cth: di lemari, di Jakarta, di belakang.


    Selain kesalahan mendasar tersebut, tidak ada lagi yang perlu dikomentari. Untuk saat ini.
    Cerita tersusun cukup solid dan bermakna.

    Terus menulis! :)

    BalasHapus
  2. OMG!!!!! Indah sekali . . . ..

    Perasaaan itu. . .loh. . . .
    Oh sekuat Gatot kaca....

    oh mencinta~~~

    BalasHapus
  3. makasih koreksinya. itu memang karena kurang teliti, lain kali akan lebih teliti..
    arigatou.. ^^

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!