berdiribersama.wordpress.com / wombopala.co.cc
Sore ( lagi-lagi sore ). Rehat ( lagi-lagi rehat ). Selalu saja, sore kala senja, rehat sejenak dari aktifitas pagi dan sebelum malam ke atas kembali lagi disibak waktu yang tak sudi berhenti. Ya, tapi saya tidak lagi bohong, saya tidak suka bohong kalau memang terpaksa. Sore selalu membawa saya damai, sore adalah waktu yang tepat untuk sekedar duduk-duduk, kadang kala kumpul sama teman-teman, dan lain kadarnya. Selalu banyak ide, imajinasi bahkan imagilasi tingkat akut menggiring pundak berenang tanpa rasa takut menyibak gelombang demi gelombang samudera abstraksi, sebuah ekstasi dari segala benda-benda galaksi yang tak habis digali-gali. Semua terjadi tiba-tiba, menyeruak tanpa permisi. Ketika itu, kendaraan tak begitu ramai, jalan terlihat lengang, orang-orang tak lagi terlihat tergesa-gesa. Kadangkala, rasa capek, ngilu, sakit hati atau apalah yang terjadi tadi pagi atau kemarin-kemarin, selalu kita iringi dengan senyum ketika hari sudah beranjak sore. Seolah-olah semua menjadi lucu. Angin senja beringsut pelan. Alam raya bersenandung damai, manusia semua bersyukur. Ini memang saat yang tepat, indah dan penuh dengan nuansa harmoni. “Yellow Moment!!”, begitu kata kawan saya dulu, gubahannya sendiri adaptasi dari novel.
Sore ( lagi-lagi sore ). Rehat ( lagi-lagi rehat ). Selalu saja, sore kala senja, rehat sejenak dari aktifitas pagi dan sebelum malam ke atas kembali lagi disibak waktu yang tak sudi berhenti. Ya, tapi saya tidak lagi bohong, saya tidak suka bohong kalau memang terpaksa. Sore selalu membawa saya damai, sore adalah waktu yang tepat untuk sekedar duduk-duduk, kadang kala kumpul sama teman-teman, dan lain kadarnya. Selalu banyak ide, imajinasi bahkan imagilasi tingkat akut menggiring pundak berenang tanpa rasa takut menyibak gelombang demi gelombang samudera abstraksi, sebuah ekstasi dari segala benda-benda galaksi yang tak habis digali-gali. Semua terjadi tiba-tiba, menyeruak tanpa permisi. Ketika itu, kendaraan tak begitu ramai, jalan terlihat lengang, orang-orang tak lagi terlihat tergesa-gesa. Kadangkala, rasa capek, ngilu, sakit hati atau apalah yang terjadi tadi pagi atau kemarin-kemarin, selalu kita iringi dengan senyum ketika hari sudah beranjak sore. Seolah-olah semua menjadi lucu. Angin senja beringsut pelan. Alam raya bersenandung damai, manusia semua bersyukur. Ini memang saat yang tepat, indah dan penuh dengan nuansa harmoni. “Yellow Moment!!”, begitu kata kawan saya dulu, gubahannya sendiri adaptasi dari novel.
###
“Tanah yang ku injak, sama sepertimu. Langit yang ku junjung, sama sepertimu. Aku tak berbeda darimu. Matahari takkan terlihat beda dari tempatmu. Bulan dan bintang kan terlihat sama dari tempatmu. Yang memberikan cahaya yang sama untuk kita. Manusia yang sama“
Sejenak beristirahat, sambil lamat-lamat kudengar dengung pelan alunan lagu yang cukup awam, tapi rasa-rasa pernah aku tahu. Dan, ternyata benar, itu mereka!!. Sudah aku bersandar lagi sambil kuhayati pelan-pelan, aku resapi liriknya membawaku lagi ke alam itu. Ya, alam yang telanjang. Sebuah pesan dari lagu ini yang menekankan kita adalah sama. Sama-sama manusia. Lagu ini damai, penuh harmoni, cinta dan kebijaksanaan yang arif. Cinta yang tak lekang dimakan zaman, tanpa definisi yang jelas, dan saya semakin berlebihan. Hmm…
Dalam, terbius aku dalam-dalam. Perlahan mereka membawaku ke dalam ruang abstrak, sebuah udara ekstasi yang hampir pepat dadaku dibuatnya. Yah, seperti orang mabuk, tapi tidak ada alkohol segelas pun di meja. Buram. Sesuatu yang menyeruak datang, melintas Jhon Lennon, Mahatma Gandhi, Harry Roesli, AT Mahmud, Chrisye dan beberapa tokoh-tokoh dunia lainnya sedang berkumpul, mengitari sebuah meja, di sebuah kedai. Entah di negeri mana, tak begitu jelas. Yang jelas, di sini banyak buku-buku tebal dan barang-barang seni di dalamnya. Semacam art gallery, café dan juga toko buku (Hmm). Suasana di dalam begitu hangat, hangat sekali. Bercangkir-cangkir kopi dan susu berpadu dengan pembicaraan yang akrab. Mulai dari kosa kata dan istilah-istilah musik, masyarakat, agama, seni hingga bahasa-bahasa kotor Jawa Timuran masih kudengar di sela-sela mereka. Hmm.
Oooh pantaas!! Meja bundar besar ini, tepat ditengahnya juga dilengkapi dengan kompor. Jadi, air dalam teko panas terus. Kita tinggal seduh, hirup dan teguk. Sampai habis, sampai damai. Oh iya, saya lupa kalau saya sangat dan sangat-sangat heran dan terkejut ( tanpa ekspresi), kalau ternyata saya juga juga ada di tengah-tengah mereka. Ya, aku kini di samping Bang Chrisye, dan di tepat depan mataku, Jhon Lennon sedang menghisap kretek khas Indonesia, Dji Sam Soe. Ya, itu Jhon Lennon ; dan dia berkata kepadaku,
“ Hey, man!! What do you think for a long time??. You`ve got any idea?”.
“ Emm, sorry Jhon. Suddenly I feel high, I dont have any great ideas. Emm, I just..!!, Tolong tuangkan secangkir kopi padaku, Jhon!!”. Hebat, aku sebetulnya hanya basa-basi, Jhon Lennon dengan senang hati menuangkan secangkir kopi padaku. Ngilu rasanya, tapi bangga juga.
“Human are created to be equal , Jhon!!”, kata Marttin Luther King tiba-tiba mengagetkan udel, setelah membaca artikel koran harian ; yang belakangan saya lihat nama korannya “EQUALITYMAGZ”.
“Ya, kurang lebih aku setali sama kamu. Coba kau bayangkan, kalau saja memang gak ada surga, gak ada neraka, gak ada agama, -isme-isme, atau apapun itulah namanya. Hidup kita mungkin tidak jadi seperti ini.”, Jhon Lennon mengemukakan mimpi-mimpi kedamaiannya
“Ah.. kau teerlalu tinggi, Jhon!! Lihat yang di depan saja, ada apa saja.. Jangan keburu bahas surga dan neraka. “, timpal Harry Roesli sengit.
“Aku sudah bilang padamu berkali-kali, You may say i`m a dreamer, but i`m not the only one”.
“Rasa-rasanya, aku pernah dengar itu Jhon. Lagu Bahasa Indonesia rasa-rasa”, timpal Gesang melenceng dari topik disengaja rupanya.
“Hey. Kau ngomong apa??. Katanya budayawan!!”, ejek Rendra sambil senyum-senyum.
“Oh hya, dengar-dengar di Indonesia sekarang jadi sarang penyamun ya??”, Tanya Jhon ngasal.
“Sarang Penyamun dari Zimbabwe??. Teroris??”
“Ya..ya. Sorry Sorry. Barang ini enak sekali!! I must confess it amazing. You should try it, nak!! “.
“Sorry, Jhon!! I`m not a junkies!!”
“Oh sorry!! Back to the table, Teroris??”
“Hey nak!! Kalau kau tidak malu, beritahu mereka.”, kata Bang Chrisye sambil memandang langit-langit
“Haduh, apalagi saya bang!!”
“Sepetinya kau harus segera turun tangan, nak!!”, kata Mahatma Gandhi padaku
“Hah!! Siapa aku??. Ingin bilang “ada” saja sudah susah setengah mampus!!”
“Ya sudah, kenapa kau di sini??”
“Ya itu yang tadi ada di kepala saya terus. Yang jelas, saya hanya begitu miris, sampai gak ada kata-kata lagi untuk out.”.
“Ya nak!! Aku juga pernah ada dalam posisi sepertimu”, timpal Martin Luther King ( Hmm)
“Masalahnya zaman sudah bebas, kita gak bisa se enak udelnya sendiri larang sana-larang sini. Mereka juga punya pemikiran, pemahaman sendiri-sendiri toh.”
“Ah kau kurang beringas, nak!! Jangan jadikan aku idolamu deh!!”, ejek Jhon
“Oh hya!!”
Tiba-tiba pemilik kedai menyetel musik. Intro pertama mengalir santai. Kita semua terdiam begitu bait pertama lagu ini didendangkan. Sambil mengangguk-angguk tanda setuju.
“Hey lagu siapa ini pak??”
“Apa penting siapa yang nyanyi lalu aku beritahu??. Sudah resapi saja lagunya, don’t talk too much, Jhon!! Aku muak sudah kau!!”
“Fuck!! Hhha”, umpat Jhon sambil senyum-senyum
“Inilah Anak-anak Indonesia bung, gak kalah sama kalian-kalian hey!!”, AT Mahmud bangga sambil menggoyangkan kepala.
“ Matahari takkan terlihat beda, dari tempatmu. Bulan dan bintang akan terlihat sama dari tempatmu. Yang memberikan cahaya, yang sama untuk kitaaa”, aku bernyanyi berteriak-teriak, ngotot, melotot.
“Na na na na na na na na nan na….”,
Aku, Harry Roesli, W.S Rendra, AT Mahmud dan Chrisye serempak menyanyikan koor akhir lagu ini keras-keras. Jhon Lennon, Martin, Mahatma terlihat saling menoleh, hingga takut dikira gak gaul, mereka ikut-ikutan nyanyi serempak sambil tepuk-tepuk tangan.
###
“Kadang aku juga tak habis pikir, Hhha. Lucu!! Lucu sekali!!”
“Haha, apa yang lucu nak??”
“Mereka itu lo, peeh. Ngototnya minta ampun. Lihat otot-ototnya pada keluar, matanya lihat, hahahahaha. Untuk apa loo maksudnya, berlebihan sekali!!”
“Maksud??”
“Ya mereka itu ngotot, ngotot paling benar sendiri. Okelah!! Sebagai orang yang punya “keluarga”, siapa sih yang mau “keluarga”nya dijelek-jelekkan. Tapi yang disini, enggak!! Ngotot, padahal gak ada yang ganggu, kok ya sukanya ngurusin orang lain terus, sukanya ikut campur masalah orang lain. Sumpah, aku malu!! Kalau aku jadi mereka mungkin wajahku sudah kulumuri pake tai sapi, Jhon!!”
“Kau juga sukanya ungkit-ungkit orang lain. Biar sajalah!!”, timpal Harry
“Yah namanya manusia, kan selalu punya harga diri. Mana ada manusia yang ingin kalah. Mereka semua ingin menang, tanpa mau kalah”, sahut W.S Rendra lugas
“Yah. Mana rasamu sebagai manusia??. Rasa kemanusiaan!! Rasa kemanusiaan inilah yang membuat saya tetap hidup. Bagaimana hatimu tidak pilu, melihat mereka berdarah, apalagi anak-anak kecil itu. Sungguh aku tidak tahan!!”, timpal Jhon ekspresif , berapi-api
“Yah, kadang aku juga tak tahan sama perkataan filsafat. Yang selalu memandang sesuatu dari berbagai sisi. Daripada buang waktu, arus objektif, streoptif, ospektif, bangsatif apalah. Mereka itu berdarah-darah, masih sempat-sempatnya berkeliling cari sudut pandang berbagai sisi”, tambahku juga mulai membikin suasana sedikit abu-abu, sedikit emosi.
“Ya sudah-ya sudah, minum dulu, minum dulu, nak. Kita harus pake otak, jangan keburu emosi dulu. Salah-salah kita juga nanti salah jalan!!”, hibur Mahatma padaku.
“Iya, daripada kita berdiskusi ngotot, melotot-lotot seperti orang-orang kolot itu yang suka nyampuri urusan orang lain tadi. Sebaiknya kita langsung jalan saja. Mari kita lakukan sesuatu untuk dunia. Yang saya tahu seniman selalu menghindari rapat. Sukanya main langsung, menyisihkan lengan segera mobile tanpa ba-bi-bu”, ajak AT Mahmud tenang kepada orang-orang di sini
“Ya ya. Tapi saya suka. Saya setuju perkataan Bang Martin tadi, “ Human are created to be equal!!”
“Sama?. Saya kira semuanya berbeda?. Aku lebih terkenal daripada Jesus Kristus”, timpal Jhon senyum-senyum.
“Omong besarmmu mulai lagi Jhon!! Hhaha . Fucking Bullshit!!“, ejek Rendra yang tahu kalau Jhon Lennon memang si mulut besar, tidak bisa jaga omongan barang sedikit.
“Equality Jhon.. Equality!!”, tekan Chrisye
“Begini, saya menghormati kalian sebagai orang-orang besar. Tapi, bukan berarti kalian bisa memaksa kami pada pemikiran-pemikiran kalian. Karena kami juga punya masa, punya cerita sendiri-sendiri. “Be Yourself”, meski memang sulit jadi diri sendiri”
“Kok kami??”, tanya Martin sambil mengerutkan kening, tanda tak setuju dengan pernyataan saya tadi.
“Sorry, it means to them who recognize or not. I called them hypocrite!!”, sergahku lugas.
“Wow, saya appreciated sekali sama tingkah polahmu, nak!! Jadi pengen ku tempeleng rasanya!!”
“Wheits, tak tangkis!!”
Hhahahahaha.. Keadaan menjadi luruh. Semua tertawa bahagia.
“Aku rasa jika aku sebaya denganmu. Sudah kuajak kau main satu band. Plus orang-orang Indonesia yang disini!!”,kalimat sinisme khas Jhon Lennon mulai kumat lagi.
“Enak saja!! Tapi waah, saya jadi kisut nih!! Hhaha”
###
Telepon genggamku berbunyi, bergetar menggelitikku bangun.
“Heh cok!! Wes jam piro iki?? Ndang budaal, iki arek-arek wes ndek studio!!”
“Astaghfirullah!! Yo yo, ga sengojo des!!”
Kutenggak langsung kopi gelas yang masih setegah. Ngilu rasanya tenggorokan. Tersungging bin tersinggung aku sebenarnya. Saya sensitif dengar kata-kata “Jancok!!”, karena saya memang tidak suka kata itu. Hal yang sepele, tapi mungin bisa jadi semacam shotgun di lain waktu. Tapi, ya sudahlah tak penting. Itu sudah hal yang lumrah disini. Kutenggak ransel ke pundak, lalu kucuil sepotong baguette, yang baru kubeli ; makanan pengganjal perut. Aku bergegas melenggang pergi.
“Lhoh he lee bayar e..???”
“Mene buk mrene maneh, kesusu iki!!”
Samar-samar masih kudengar alunan lagu yang sama. Jalan yang sama. Kota yang sama. Cinta yang sama. Manusia yang sama. Kita yang sama. Aku adalah kamu, begitu juga sebaliknya. Aku tak berbeda darimu. Mari kita buat tentram dunia.
WAR IS OVER!!
Percuma Mari berubah, demi anak cucu kita!!
nb : Karakter Tokoh di cerita ini hanyalah fiksi belaka. Ditelisik yang penting-penting saja. Dengan hati terbuka, dan santai, penuh harmoni di setiap sisi.
Inspiring by Dialog Dini Hari – Aku Adalah Kamu
Tanah yang kuinjak, sama sepertimu
Langit yang kujunjung, sama sepertimu
Aku tak berbeda darimu
Udara yang kuhirup, kau hirup juga
Dingin yang kau rasa, kurasakan sama
Kita tak terlihat beda
Matahari takkan terlihat beda dari tempatmu
Bulan dan bintang kan terlihat sama dari tempatmu
kan memberikan cahaya, yang sama untuk kita
Warna busanamu yang terlihat beda
Nada yang kau dendangkan sama indahnya
Harmoni simfoni dunia
Kendati doa terucap beda
Anugerah yang sama kita terima
Aku adalah kamu.
Manusia yang sama
Wow..
BalasHapusBagus banget..
sampai dimana kapan??
(tanya pada diriku sendiri)