Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Rabu, 18 Mei 2011

Bunga Untukmu

Oleh: Lidya Christina (@lid_yang)
lcy-thoughts.blogspot.com






Ruangan kelas kacau. Semua kursi dan meja, termasuk meja guru tentunya disusun di belakang kelas. Murid-murid berkumpul di tengah-tengah ruangan.



Pintu terbuka. Kelas yang tadinya ribut, hening seketika. Semua pandangan tertuju pada pintu yang terbuka tadi. Wali kelas melangkahkan kakinya ke depan papan tulis dengan pelan, seorang murid mengikutinya dari belakang.



Kedua orang itu memutar badan mereka dan menghadapi seisi kelas yang sejak tadi mengikuti gerakan mereka. Kini dengan jelas mereka berdua bisa membaca spanduk yang digantungkan di dinding belakang kelas : FAREWELL PARTY - THANK YOU AND GOODBYE TO SAMUEL.



Samuel tersenyum dan melangkah dari tempatnya yang sejajar dengan wali kelas.



Jam pelajaran terakhir ini memang dibebaskan oleh wali kelas mereka. Samuel, murid unggulan, ketua kelas dan juga ketua OSIS, akan meninggalkan sekolah ini dan pindah ke daerah lain sebab orangtuanya dipindahtugaskan. Jangankan murid-murid yang lain, majelis guru juga merasa kehilangan. Samuel murid yang dapat diandalkan, meskipun kadang sedikit bandel. Tidak mudah mendapatkan murid seperti ini lagi.



Keesokan harinya, anggota-anggota kelas X.IPA.1 kembali kumpul. Kali ini di bandara. Banyak juga murid-murid lain yang hadir. Memang sudah dalam dugaan, Samuel sangat terkenal di sekolah.



Samuel hadir bersama seikat bunga Red Carnation. Bunga-bunga itu dia berikan kepada cewek-cewek di kelasnya. Sebagai tanda terimakasih dan sampai jumpa, katanya.



“Lha, kok ngikut kata-kata di spanduk semalam? Ga modal tuh namanya,” Komentar Chelsy.



Chelsy, juga murid unggulan, satu-satunya murid yang dapat bersaing dengan Samuel dalam hal nilai. Chelsy juga tidak ragu untuk berkomentar jika ada keputusan Samuel yang tidak dapat dia terima. Setiap hari, selalu saja terdengar perdebatan antara mereka. Tetapi untuk hari itu, Samuel tidak menerima komentar apapun.



“Mulai lagi, deh,” Beberapa murid lainnya mulai merasakan aura perdebatan yang kian terasa di antara Chelsy dan Samuel. Dengan sangat mereka berharap, jangan terjadi apa-apa hari ini, hari keberangkatan Samuel. Dan mereka bisa merasa lega, sebab Samuel hanya membalasnya dengan senyuman.



Dengan tenang dan langkah yang tegap, Samuel menuju ke tempat Chelsy berdiri. Sekuntum Red Carnation di tangannya. Dia sodorkan bunga itu ke hadapan Chelsy. Meski awalnya ragu, tetapi Chelsy ulurkan juga tangannya untuk mengambil bunga itu. Saat tangan Chelsy hampir menyentuhnya, Red Carnation tadi Samuel tarik kembali dan diberikannya kepada seorang cewek di belakang Chelsy. Cewek itu berteriak histeris. Muka Chelsy yang sudah merah sejak tadi semakin merah.



“Kamu kira bunga itu untuk kamu? Itu untuk cewek-cewek yang lain, tau? Kalo untuk kamu, mah, ini cukup, deh,” Samuel mengeluarkan sesuatu yang dari tadi digenggamnya di tangan kirinya. “Four leaf clover ini dilihat dari luar biasa saja, same as you!”



*



“Pa, saya tidur dulu yah,” Kata Samuel begitu duduk di tempatnya di pesawat.



“Capek?”



Tidak ada jawaban. Samuel sudah tertidur. Ya, dia sangat capek. Sepulang dari farewell party kemarin, dia menghabisi seluruh tenaganya mencari four-leaf clover di tepi jalan dekat rumahnya. Dia pernah melihat ada orang yang mendapat four-leaf clover di sana.



Mengapa dia mencarinya? Kata orang, kalau kamu berikan four-leaf clover yang kamu temukan kepada orang yang kamu suka, you belong to each other.



N.B : Red Carnation, meaning : friendship.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!