Matahari pagi, gempa lokal, dan deru ombak adalah kombinasi sempurna.
Bola mataku bercahaya saat melihat senyum manisnya. Tubuhku gemetar saat dia genggam jemariku. Kupingku memanas saat mendengar tawa nya yang khas.
Aku Jatuh Cinta!
Hei! Aku sedang jatuh cinta, hanya dalam hitungan detik. Tahukah kamu?
Aneh ya, perasaan cintaku di mulai dari mata. Jantungku yang berdegup sangat kencang hingga ku gemetar, melengkapinya. Dan kupingku pun semakin meyakinkanku bahwa aku benar-benar jatuh cinta.
Aku jatuh cinta kepadanya. Kepada lelaki yang selama ini hanya aku anggap sebagai teman. Yasa, ya, itulah namanya.
Semakin aku mengingkari perasaanku ini, semakin kuat pula rasa cintaku ke Yasa. Semakin dia menolak cintaku, semakin kuat pula rasa cintaku ke Yasa.
Hei! Aku terlanjur jatuh cinta kepadamu, Yasa.
Tahukah kamu, aku jatuh cinta kepadamu berawal dari mata. Lalu, apakah dengan memejamkan mataku, cintaku kepadamu sekejap bisa hilang?
Hei! Kamu salah, saat aku memejamkan mataku, yang ada malah bulir-bulir air mataku menetes di pipiku. Dan akan membekas di hatiku.
Inikah jalan takdirku. Di saat aku merasakan yang namanya jatuh cinta, di saat itu pula aku merasakan patah hati.
Inikah jalan takdirku. Cintaku tak terbalas.
Apakah aku harus teriak? Apakah aku harus meminta keadilan cinta?
Apalah arti cinta, bila aku tak bisa memilikimu.
Apalah arti cinta, bila pada akhirnya tak ‘kan menyatu.
Bila aku tak memiliki hak atas dia.
Bila aku tak memiliki hak menuntut keadilan cinta.
Aku hanya meminta kepada Mu,
Tuhan tolong buang rasa cintaku.
Jika tak Kau ijinkan aku bersamanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!