Oleh: Ifnur Hikmah (@iiphche)
www.ifnurhikmahofficial.blogspot.com
"Cuaca sore ini bagus ya."
"Bagus apanya?"
"Ya bagus. Kamu lihat itu langit cerah. Awan biru putih berjejer berselang seling. Dan itu, matahari. Bersinar oranye cerah. Indah. Belum lagi anginnya. Hmmmm, kamu rasa kan? Sejuk."
"Iya, tapi gara-gara matahari yang terik itu aku jadi keringetan. Kamu lihat ini pipiku berminyak. Mana aku nggak bawa kertas minyak lagi. Lengket. Sama sekali nggak enak tahu. Belum lagi make up ku. Pasti acak adut."
"Ah, itu bukan masalah."
"Apanya yang nggak masalah? Kamu laki-laki mas, wajar kamu cuek. Aku perempuan, mana bisa aku nggak memperhatikan penampilan?"
"Kamu tetap cantik kok."
"Gombal kamu. Kamu ngomong kayak gitu biar aku nggak ngambek tho?"
"Ah sudahlah, nggak usah diperpanjang. Ngapain kita bertengkar gara-gara hal sepele ini. Mending kita menikmati hembusan angin saja."
"Ckk, apanya yang bisa dinikmati? Kamu nggak lihat rambutku berterbangan gini? Bikin kusut aja."
"Kan tinggal di ikat?"
"Ya ampun mas, kamu itu ya. Apa kamu nggak tahu kalau aku butuh waktu dua jam untuk bikin ikal-ikal ini?"
"Lagian, udah tahu punya rambut lurus, ngapain di ikal-ikalin segala?"
"Kamu ngerti mode nggak sih mas?"
"Aku tahu, tapi bukan berarti kamu harus diperbudak mode tho?"
"Siapa yang diperbudak?"
"Kamu. Rambut lurus di ikalin, belum lagi aksesoris macam-macam yang kamu pakai. Terus muka kamu penuh make up dan kamu selalu ribut masalah make up. Belum lagu baju yang kamu pake, selalu disesuain sama apa yang ada di majalah."
"Kamu tahu kan kalau setiap perempuan ingin terlihat cantik? Kaum kamu yang menuntut kita, perempuan untuk selalu tampil cantik."
"Iya, tapi aku lebih suka kamu apa adanya."
"Basi. Kalau memang kamu suka aku apa adanya, kenapa kamu masih aja ngelirik perempuan lain yang lebih cantik?"
"Siapa yang ngelirik perempuan lain?"
"Jangan pikir aku nggak tahu ya. Setiap ada perempuan yang lewat depan kamu, kamu pasti ngelirik dia."
"Ah, berlebihan kamu. Nggak mungkinlah aku kayak gitu. Aku kan milik kamu. Aku sayangnya kan cuma sama kamu."
"Gombal kamu."
"Aku serius."
"Ah, sudahlah. Aku capek berdebat sama kamu. Dasar pengacara, nggak pernah mau kalah."
"Hahahaha. Ini yang aku suka dari kamu. Menggemaskan."
"Yeeee....."
"Kamu lapar nggak? Atau haus? Kita cari tempat makan yuk?"
"Nanti dulu. Aku masih mau duduk disini."
"Katanya kamu nggak suka disini. Banyak angin."
"Iya, tapi aku capek dari jalan terus. Kaki aku pegal. Kamu sih nggak pernah ngerasain pakai sepatu hak tinggi."
"Kamu juga sih. Kan aku udah bilang mau ngajak kamu jalan-jalan ke taman, kenapa pakai sepatu hak tinggi? Tadi aku juga udah suruh kamu ganti pake sandal aja, tapi kamunya bandel, nggak mau dibilangin."
"Namanya juga perempuan mas, sepatu hak tinggi itu item wajib untuk menunjang penampilan."
"Tapi kamunya tersiksa kan?"
"Kamu pernah denger 'beauty is pain' nggak? Sakit segini mah belum seberapa mas."
"Dek, kamu denger ya. Aku sayang kamu itu apa adanya kamu. Kamu nggak perlu berusaha apapun juga, kamu itu udah cantik. Cuma kamu kurang bersyukur aja."
"Ya aku berusaha kan demi kamu mas. Kalau aku cantik kan kamu juga yang bangga."
"Iya aku ngerti dan aku makasih banget. Tapi kamu harus lebih banyak bersyukur dan menerima keadaan kamu, apa adanya kamu. Justru itu yang bikin kamu terlihat lebih cantik. Kamu tahu nggak apa yang aku lihat setiap kali bareng kamu?"
"Nggak."
"Setiap jalan sama kamu, aku lihat kamu mikiiiiirrr terus. Dan yang kamu pikirin cuma penampilan kamu. Coba deh sekali-kali kamu santai dan tampil apa adanya. Kamu tetap cantik."
"......."
"Setidaknya cantik di mata aku. Lagian, kalau kamu kelewat cantik nanti banyak yang ngelirik kamu. Aku jadi dapat saingan tho?"
"Dasar. Gombal kamu mas."
"Nah, gitu dong. Ketawa. Dari tadi cemberut terus. Yuk, kita cari makan. Perutku keroncongan nih."
"......."
"Aku sayang kamu dek."
"Iya aku tahu. Aku juga sayang kamu mas."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!