Oleh: Lidya Christina (@lid_Yang)
Lapangan badminton sekolah sudah hampir kosong, hanya tinggal Ivan, salah satu pemain unggulan sekolah. Semuanya pulang sebab latihan badminton hari itu ditunda hingga sore harinya. Eh, tunggu dulu. Di pintu masuk lapangan, masih ada orang. Dia sedang berdiri. Menunggu seseorangkah?
Ivan menghentikan langkahnya saat dia melihat cewek yang sedang berdiri itu. Rambutnya menari-nari dalam tiupan angin.
“Ria? Ada apa? Belum pulang?”
“Ivan! Yeni bilang ke aku, kamu menolaknya?” Ria menjawab dengan tampang cemberut. Tangannya dilipat di depan dadanya.
“Lalu?”
“Eh, kamu ini ya, apa sih kekurangannya Yeni?” Ria memulai serangannya. Lebih mematikan dari smash-nya, pikir Ivan. Ivan tidak ingin menghiraukannya. Dia teruskan langkahnya menuju gerbang sekolah. Tetapi, ternyata Ria tidak putus asa. Sepanjang perjalanan, bahkan setelah meninggalkan sekolah pun, Ria tidak menghentikan kata-katanya.
“Ah! Kamu bisa diam nggak sih?!”
“Hah?! Kenapa? Ada rasa bersalah? Nggak tenang?” Kata-kata terus menerus mengalir dari mulut Ria.
“DIAM!”
“Kalau aku nggak mau? Kamu…”
Ucapan Ria terhenti saat pandangannya tidak lagi terang. Sosok Ivan yang satu detik yang lalu masih berada beberapa langkah darinya, tiba-tiba berdiri di depannya. Hampir tidak ada jarak antara mereka berdua. Rasa terkejutnya Ria tidak dapat disembunyikan. Dia menengadahkan kepalanya.
“Apa sih? Kalau…”
Lagi-lagi Ria tidak sempat menyelesaikan kata-katanya. Kali ini, Ivan menghentikannya dengan cara yang benar-benar mengejutkan. Ria tidak dapat melakukan apa-apa saat bibir mereka bertemu.
“Ap… Kam… Aku… Itu…” Hati Ria kacau, pikirannya kacau. Apa yang keluar dari mulutnya pun tidak karuan. Jantung Ria tidak bisa tenang, seperti akan pecah.
“Your first kiss? Kasian memang... Maaf deh, tapi… Apa boleh buat?” Ivan tersenyum. Senyumnya yang selalu menawan, yang selalu menaklukkan hati siswi-siswi sekolahnya, bahkan sekolah lain. Tanpa menunggu jawaban dari Ria, Ivan pergi meninggalkannya yang hanya bisa berdiri mematung dengan mukanya yang semakin memerah.
*
Sorenya, kondisi main Ivan melampaui biasanya. Semuanya dapat dengan cepat melihat kalau wakil kapten tim bulutangkis sekolah itu sedang senang. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi. Hanya Ivan yang tahu. First kiss yang paling spesial baginya sudah diambil oleh orang yang spesial dalam hatinya. Ivan melirik Ria yang sedang berlatih di lapangan sebelah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!