Hampir beberapa hari terakhir langit selalu mendung, dengan awan-awan hitam menggulung. Aku sedikit bingung, dengan cara apa buatku tak lagi murung?.
“Bu, boleh aku keluar main malam ini?” rengekku manja.
“Ummm, kamu kan belum pulih benar bud” ujar Ibu.
“Tapi aku sudah sehat loh bu. Lihat aku sudah sedia kala sudah tak ada lagi koyo yang berjejer menempel di kepala” jawabku meyakinkan.
“Yasudah, tapi jangan pulang terlalu malam ya nak” jawab Ibu.
Sebenarnya aku tak terlau ingin keluar malam ini, tapi entah mengapa angin malam seperti mengundangku untuk keluar mengencani malam.
Sweater, celana panjang, dan sebuah sarung yang ku ikatkan dipinggang menegaskan bahwa aku siap untuk mengencani malam. Tapi kuberitahukan kawan aku tidak sedang ingin meronda karena aku masih terlalu muda hehe.
Setelah berjalan sejauh 38 meter dari rumah akhirnya aku menemukan sesuatu yang menantang dipekatnya malam. “Sial…” ujarku dalam hati. Dimalam yang dingin, mencekam dan pekat ini aku harus berjalan sendirian. Aku lupa mengontak teman-teman ku untuk sama-sama mengencani malam hari ini. Nampak riuh suara angin sedang bercengkerama dengan daun-daun bambo yang mulai menguning, bulu kudukku sedikit merinding, tapi aku tak boleh sampai lari terkencing-kencing. Sialnya jalan yang harus ku lewati yang ditumbuhi pepohonan bambo itu cukup panjang. Alhasil aku menyiapkan ancang-ancang apalagi kawan kalau bukan berlari dengan kencang. Sempat aku mendengar suara-suara cekikikan (tertawa) seperti seorang wanita yang sedang dimanja oleh kekasihnya. Tapi aku tak yakin kawan yang aku yakini itu adalah ah lebih baik aku tak beritahumu karena ini semakin membuat bulu kudukku bergidik saja.
Aku berlari dengan sangat kencang lebih kencang dari ku punya bayang-bayang. “Huft, akhirnya rintangan itu berhasil aku lewati” ujarku pelan. Kini butir-butir peluh mulai membasahi badan. Sungguh ini tidak menyenangkan karena aku baru akan mengencani malam. Akhirnya aku tak usah berjalan dengan tergesa lagi atau bahkan lari karena aku mulai menemukan titik keramaian dimana teman-temanku dan warga kampung lainnya tengah mengencani malam. Sebuah pertandingan yang sedang hangat dibicarakan sedari siang suatu kesebelasan yang aku sayang bertanding malam ini dan warga kami mengadakan nonton bareng kali ini. Manchester United VS Manchester City, derby dua kota yang selalu menegangkan.
Sialnya aku datang seraya khalayak lainpun mulai pulang dan apa yang terjadi pertandingan telah usai digelar. Lau aku, aku, aku , aku menyempatkan bertanya pada teman ku “Jon siapa yang menang”. “Klub favoritmulah” jawabnya ketus. “Hahaha tak apa langsung pulang yang penting aku menang dan bawa pulang uang” ujarku gembira sesaat uang taruhan dari Jono kuterima.
Dan malam tetaplah malam tetap terang tanpa sang bintang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!