Oleh: @upiqkeripiq
Bla. Bla. Bla....
Aku tak ingin mendengarkan semua omong kosongnya. Segala pertimbangan tentang baik dan buruk sesuatu. Resiko dari apa yang tidak dan telah aku lakukan. Kadang aku rasa dia terlalu berlebihan. Kalau kamu begini nanti begitu. Kalau kamu begitu nanti begini. Kadang dia membuatku terlalu mendewakan kepentingan dan kenyamanan orang lain.
Kadang kami berdebat tentang sesuatu yang tidak penting sampai larut malam. Satu pernyataan ku disanggahnya dengan kalimat sepanjanjang dan serumit essay seorang profesor astronomi. Padahal kita tidak sedang membahas tentang kemungkinan kiamat dikarenakan ada asteroid seukuran rumah mewah seorang koruptor yang sekedar lewat menyapa bumi.
Hah! Entahlah?! Aku ingin lepas darinya. Tapi kami sudah sangat dekat. Harus aku akui diam – diam aku mengagumi kejeniusannya merancang sebuah algoritma untuk menyelesaikan sebuah masalah yang dihadiahkan oleh dosen Pemrograman Terstruktur kami. Kadang aku sendiri tidak tau kenapa dia bisa berpikir seruntut itu.
Tapi malam ini aku tidak kuat lagi. Aku sudah memutuskan. Aku ingin berdamai dengannya. Berdamai dengan .....
Pikiranku sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!