Oleh : @mazmocool
Dedicated to: Alm. Arie Wibowo
Riak air di permukaan danau menari dalam hembusan angin senja itu. Angin yang ciptakan harmoni sebuah hati. Hati seorang dara yang terombang-ambing bersama perahu kertas berwarna merah muda. Perahu kertas yang selalu menemani hatinya saat galau dalam sebuah penantian. Penantian panjang akan seseorang yang telah mengikatnya dengan sebuah janji di tepi danau itu sepuluh tahun yang lalu.
Perahu kertas membawa pandangannya pada sehelai daun kering yang baru saja terjatuh. Riak kecil yang tercipta mendorong perahu kertas mendekat di kakinya yang basah sampai mata kakinya. Lima jari tangannya memungut lipatan kertas berbentuk perahu kecil itu. Perlahan perahu kertas itu tak lagi menciptakan riak di permukaan danau yang menghijau oleh tumbuhan air. Dalam satu tarikan pelan, perahu kertas itu terbentang menjadi sederet kata. "Aku menunggumu". Sederet kata yang membiaskan seraut wajah samar lelaki yang duduk di sampingnya pada permukaan danau teduh itu.
Seteduh senyum sesosok jejaka yang tiba-tiba saja muncul di permukaan danau. Danau yang beriak karena perahu kertas serupa gumpalan yang dilempar dengan sengaja. Sosok itu berdiri tegap tepat di depan dua bola matanya. Kehadiran yang tak terjamah oleh kedua tangannya. Kehadiran yang hanya sekedar singgah di teras kenangannya.
Sesosok itu memeluk erat tubuhnya seakan tak mau melepaskannya. Tak banyak kata tercipta, hanya desah napas mengalir bertaut dengan deru angin yang menerbangkan dedaunan kering satu per satu. Pelukannya terlepas saat senja terlepas dari perjalanan hari.
"Dara, maafkan aku harus pergi. Aku janji pasti kembali untukmu seribu senja lagi. Aku harap kamu mau menungguku, di sini, di tepi danau ini," kata terakhir keluar dari belahan bibir Jaka.
"Iya Jaka, aku akan menunggumu sampai kamu kembali," jawab Dara dalam air mata yang menggenang di sendu matanya.
Dan senja ke seribu pun datang. Dara bergegas melangkah menjemput kekasihnya di tepi danau. Tak lupa Dara membawa serta perahu kertas berwarna merah muda. Di tepi danau Dara menanti dengan penuh kasih. Dilepaskannya perahu kertas di atas permukaan danau. Perahu kertas itupun melaju jauh bersama angin dan hilang dari sudut pandangannya. Detik demi detik menghadirkan kegalauan di hati Dara. Tanpa kabar berita menyapa Dara membuat lebur harapan yang baru saja direndanya. Sampai saat senja ke seribu satu tiba, terdengar kabar kalau Jaka takkan mungkin kembali lagi untuknya. Kecelakaan saat dalam perjalanan melalui samudera telah menenggelamkan Jaka bersama cinta yang dibawanya kembali untuk Dara.
Ternyata janji hanyalah sekedar pemanis bibir saja bagi Dara. Sampai seribu senja telah berlalu, tetapi Jaka tak kunjung kembali juga. Bahkan sepertinya tulisan "Aku menunggumu" yang terlipat dalam perahu kertas yang setia menemaninya tidak ada artinya. Tetapi itu tidak pernah bisa memupuskan cinta Dara.
Dara masih menunggu sampai waktu yang tak tertentu. Bahkan sampai senja hari ini, setelah tujuh tahun bumi bertambah usianya. Dara masih juga terduduk di situ. Di tepi danau yang sama dengan rasa hati yang sama. Untuk Jaka dan bukan untuk yang lainnya.
Termasuk sosok yang tengah di sampingnya saat ini. Sosok lelaki yang terbias samar di permukaan danau yang selalu menunggu saat Dara mau membuka hatinya untuk kehadirannya menggantikan Jaka. Setiap senja di tepi danau penantian itu. Hati Dara yang tak rela menerima petaka yang menimpa Jaka membuat sosok itu tak sanggup untuk menjamah hatinya. Meskipun demikian tetapi sosok itu tidak pernah menyerah seperti Dara yang juga tak pernah menyerah menunggu Jaka kembali. Perlahan keduanya kembali melepaskan kembali perahu kertas bertuliskan "Aku mencintaimu" dan membiarkan perahu kertas menemukan dermaganya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!