Aku tidak pernah membayangkan akan terluka sedalam ini. Mungkin ini karena aku mencintaimu terlalu dalam. Membencimu juga hanya akan melukai perasaanku sendiri.
Kau adalah lelaki pertama dalam hidupku yang kuberikan hak khusus untuk masuk dan menjelajah setiap ruang yang ada disana. Kau adalah lelaki pertama yang menyebut hatiku adalah rumah untukmu. Tempat yang selalu ingin kau kunjungi, selalu kau rindukan,
Kau adalah alasan yang membuatku percaya bahwa malaikat itu ada. Walau tanpa sayap. Kau juga yang membuatku percaya masih ada yang tulus di dunia ini. Yaitu kau. Masih ingat ketika kita berjalan-jalan sore di taman kota? Kita saling menggenggam tangan satu sama lain. Masih bisa ku rasakan aliran hangat tanganmu di telapak tanganku. Atau apakah kau masih ingat, pada pagi hari disaat aku tiba-tiba sakit kau membawakanku bubur ayam kesukaanku. Aku masih ingat. Aku masih ingat setiap detilnya. Kau datang dengan tergesa-gesa dengan wajah panik yang memerah. Aku suka melihatnya. Senyum tulusmu yang menenangkan. Aku masih ingat.
Dan aku juga masih sangat ingat, saat sore penuh hujan itu kau mampir ke rumahku. Membawakanku martabak asin kesukaan kita. Membuatkanku kopi susu hangat. Menyeruputnya berdua. Dan setelahnya memintaku untuk melupakanmu. Tidak ada yang bisa kukatakan saat itu. Bahkan aku tidak bisa menangis. Tidak sanggup menanyakan ada apa dengan kita. Hingga akhirnya kau mencium ujung kepalaku dan menutup pintu rumahku dengan perlahan.
Dan aku juga masih sangat ingat, saat sore penuh hujan itu kau mampir ke rumahku. Membawakanku martabak asin kesukaan kita. Membuatkanku kopi susu hangat. Menyeruputnya berdua. Dan setelahnya memintaku untuk melupakanmu. Tidak ada yang bisa kukatakan saat itu. Bahkan aku tidak bisa menangis. Tidak sanggup menanyakan ada apa dengan kita. Hingga akhirnya kau mencium ujung kepalaku dan menutup pintu rumahku dengan perlahan.
Aku berusaha menghentikanmu. Tapi yang tertinggal hanya tapak-tapak kakimu yang tercipta di tanah penuh lumpur. Dan aku masih tidak menemukan alasan untuk membencimu. Masih tidak menemukan alasan untuk membuangmu jauh-jauh dari pikiranku.
Aku masih percaya, kau masih malaikat yang sama. Yang menggenggam tanganku di taman sore hari. Yang selalu punya senyum tulus untuk dibagi denganku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!