Lidya Christina (@lid_yang)
“Pagi, semuanya!” Suara Kiki menarik perhatian seisi kelas padanya.
“Eh, Kiki. Kemarin katanya long weekend liburan ya? Kemana?” Tanya Sinta begitu Kiki meletakkan tasnya di meja.
“Wuah… Benar-benar mantap!” katanya sambil mengacungkan jari. “Tau ga kalian? Pemandangan di sana benar-benar keren! Tidak mungkin ada pemandangan seperti itu di tempat kita ini! Udaranya segar! Apalagi kalau sudah berdiri di bagian atas gunungnya. Wuah… Eh, ternyata, ya, kerja di sawah itu asyik juga. Terus di sana aku dapat banyak pengalaman baru! Mancing, kerja di sawah, manjat gunung, nunggang kuda, naik lembu. Dan juga, kejar-kejaran dengan ayam-ayam.” Sampai di sini Kiki mulai tertawa dengan sendirinya.
“Wuah, sepertinya enak ya ke sana. Kapan-kapan ikut dong.”
“Oke, deh. Aku coba tanyain dengan pamanku. Eh, pernah ga kalian tidur beratap langit! Bintang-bintang di sana waktu malam benar-benar indah! Aku ambil banyak foto dengan hp ku. Untung aku bawa! Seperti surga di bumi ini.”
Dengan semangat membara, Kiki terus bercerita dengan teman-temannya yang antusias mendengarkan. Semuanya, kecuali Siti.
“Siti kenapa sih? Kok cemberut terus?”
Masih dengan muka masam, Siti mulai menceritakan pengalamannya. Suatu pengalaman yang pahit, baginya.
“Liburanku sama sekali tidak enak! Bayangkan, tiap pagi harus manjat gunung hanya untuk mengambil air untuk mandi! Setiap hari selalu saja disiksa oleh serangan nyamuk-nyamuk yang merajalela di sana. Setelah mandi, bukannya jalan-jalan, kan namanya juga liburan. Malah disuruh ke sawah. Apaan sih? Udahlah hp ga berfungsi, sama sekali ga ada signal! Binatang-binatangnya juga ribut! Ga ada ketenangan. Tahu dari kemarin, aku ikut mamaku, di rumah saja.”
Teman-teman yang lain mulai menoleh dari Siti ke Kiki, dari Kiki ke Siti.
“Kalian ke tempat yang sama, kan?” Sinta, dengan raut wajah penuh pertanyaan melihat kembaran itu.
“Iya dong! Bagaikan surga di sana…” Belum sempat Kiki menyelesaikan kalimatnya, Siti langsung berkomentar.
“Surga apaan?! Neraka!”
Pengin komen sedikit, boleh ya. Setahu saya di ejaan EYD dan di novel-novel yang saya baca, kata "nggak" itu ditulis demikian. Jadi bukan "ga" atau "engga".
BalasHapusmoga-moga bisa dijadikan input :)
owh... ok..ok.. makasih yah~~ kalo ada yang kurang baik lagi, komen lagi... thank you.. :)
BalasHapus