Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Sabtu, 12 Maret 2011

Air adalah Sahabatku

Oleh Riezky Oktorawaty (@riezkylibra80)

Aku mempunyai sahabat bernama Air, dia tak pernah meninggalkan Aku. Air sangat setia padaku. Dikala suka, duka, bahkan dikala Aku membencinya, Air tak pernah perdulikan semua itu. Air selalu berada di sisiku.

Di hari kelahiranku, Mama tak henti-hentinya mengucapkan syukur. Aku adalah anak yang di nanti beliau lebih dari 10 tahun umur pernikahan orang tuaku. Keluarga besar Eyang Sastro pun menyambut kelahiranku dengan haru, karena Aku adalah cucu pertamanya. Saat itu, aku pun sekaligus berkenalan dengan sahabatku, yaitu Air Mata Bahagia Kelahiran.

Tak terasa usia ku satu tahun saat ini, seperti halnya keluarga lainnya, apalagi Aku adalah cucu pertama Eyang Sastro, bangsawan kaya raya. Mama dan Papaku telah merencanakan dan menyiapkan pesta ulang tahunku yang pertama ini dengan meriah, dengan mengundang kerabat dan relasi bisnis mereka. Di tengah acara, Eyang Sastro terkena serangan jantung dan harus segera dilarikan ke rumah sakit. Mama dan Papa pun panik. Para undangan pun

ikut mengantarkan. Namun, belum sampai di rumah sakit, Eyang Sastro, tak tertolong. Mama dan Papa menangisi kepergian beliau. Saat itu, aku pun mulai mengenal sahabatku, yaitu Air Mata Duka Kematian.

Gerimis mengguyur kota kelahiranku, Surabaya. Kota yang sangat dikenal dengan hawanya yang panas, menyambut gerimis penuh suka. Termasuk Aku, walau Mama dan Papa tak mengijinkanku bermain hujan-hujanan, karena mereka khawatir Aku sakit, Aku pun nekat mencuri-curi kesempatan keluar dari kamar, dan bermain-main di halaman rumah. Di usia 5 tahun, pertama kalinya Aku mengenal sahabatku, yaitu Air Hujan.

Suara Adzan Subuh menggema, Mama walaupun terlahir dari keluarga kaya raya, sudah terbiasa terdidik dalam tuntunan agama yang kuat. Mama membangunkan Papa untuk melaksanakan Sholat Subuh berjamaah. Beliaupun tak lupa membangunkanku. Di pagi itu, aku mengenal sahabatku dalam wujud ketenangan, yaitu Air Wudhu.

Menonton berita di Televisi adalah kegemaranku. Sebuah kampung terendam banjir karena hujan turun tak henti-henti. Banyak warga yang terpaksa di evakuasi, karena rumah-rumah mereka hanyut terbawa arus. Banyak sekali korban yang jatuh dalam bencana ini. Sedikit ngeri dan tak percaya sebenarnya, Aku mengenal sahabatku dalam

sosok lain, dan Aku sangat membenci sosok sahabatku ini, yaitu Air Bah.

Hari ini jantungku berdetak keras, Aku tak tahu kenapa. Karena lelaki tampan di depanku inikah? Hanya itu pertanyaan yang bergelayut di benakku. Namanya Azam, lelaki tampan teman les musik pianoku, selama ini Aku menganggap dia teman biasa. Tapi tak tahu mengapa, hari ini Aku merasakan hal yang lain. Sampai akhirnya, Aku pun bisa memastikan kalau Aku suka sama Azam. Aku tak mau menggantung perasaanku ini. Aku memberanikan diri menyatakan perasaanku padanya. Ternyata dia sudah punya pacar, bisa dibilang tunangan. Karena sedari kecil, dia sudah di jodohkan oleh kedua orang tuanya. Walau dia tak pernah mengenal jodohnya ini, karena mereka akan dipertemukan di usia 22 tahun, Azam sangat menghargai keputusan kedua orang tuanya. Sama halnya denganku, Azam adalah anak tunggal, pastilah orang tuanya menginginkan yang terbaik untuk masa depannya. Aku tak menyangka, di usia ku yang ke 16 tahun, Aku semakin mengenal sahabatku, yaitu Air Mata Patah Hati.

Mama sibuk mengurus acara istimewa hari ini, hari pernikahanku. Aku mengenal calon suamiku karena perjodohan. Aku yang terlanjur patah hati waktu itu, tak pernah mampu lagi jatuh cinta. Demi menghilangkan kegalauan, waktuku pun habis untuk menempuh pendidikan formal dan informal. Setelah

kelulusanku, Mama dan Papa mengenalkanku pada seorang pria. Sebenarnya, Mama dan Papa tidak pernah memaksa Aku dengan sebuah perjodohan, mereka membebaskanku mencari pasangan hidupku sendiri. Namun, sampai di usia 23 tahun, Aku tak pernah mengenalkan pria kepada mereka sebagai pacar. Mereka pun, menjodohkanku. Pria ini adalah cucu dari Eyang Darmi. Cinta pertama Eyang Sastro. Karena mereka tak berjodoh, mereka sepakat menjodohkan cucu mereka kelak, yaitu Aku dan pria itu. Di hari pertunanganku lah Aku bertemu pertama kali dengan pria itu. Kaget bercampur bahagia, ya, pria itu adalah Azam. Ternyata jodoh yang tak pernah dikenal Azam adalah Aku. Sekarang adalah hari pernikahanku, dan Aku mengenal sahabatku, di saat aku sungkem kepada Mama dan Papa di acara midodareni, yaitu Air Mata Bahagia Pernikahanku.

Air adalah sahabatku.

******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!