Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Selasa, 08 Maret 2011

Untaian Benang

Oleh: Irene wibowo
Twitter : @sihijau

Aku disini.Berjalan melalui keramaian. Di antara toko dengan gaya bangunan kuno aku berhenti sejenak. Mataku terpana menatap bayang di depanku.
Disitu aku duduk sendiri. Didalam sebuah restoran yang bersenandung alunan merdu. Di dekat jendela aku memperhatikan mereka yang berlalu lalang. Hingga mataku berhenti menatap mata yang diam tepat ditepatku.

Aku ingin melupakannya. Namun kenapa bayang dia ada? Bukankah dia sudah pergi?

Sungguhkah itu dia?

Aku balikkan badanku dari jendela itu. Ku tutup mataku. Ku tarik nafas.

" Erin? " panggilnya.
" Josh?" kataku pelan.

*****
"Suatu hari kita akan bertemu, kalau kita memang sungguh berjodoh," bisik Josh dalam pelukkanku, "Maafkan aku."

"Aku tahu," balasku memaksa tersenyum padanya.

"Jangan menangis lagi ya! Ini untukmu. Kita akan bertemu lagi. Aku janji."

Pesawat tujuan London akan segera berangkat.

*****
" Emma,akhirnya aku bertemu denganmu," ujarku padanya.
" Josh. Kau sudah kembali? Sejak kapan?" tanyanya.
" Sudah 2 tahun yang lalu. Kenapa sejak aku pergi kau tidak mau menghubungiku lagi?"
" Aku...hanya...ingin. Aku hanya ingin tahu apakah kita sungguh berjodoh? Ternyata ya. Kita kebetulan bertemu di tempat yang tidak kuduga akan bertemu denganmu. Bagaimana kabarmu? Bagaimana London?"
Ternyata aku telah menyakitimu. Maafkan aku. " London baik. Aku, baik. Em.. Boleh aku traktirmu minum?"
*****
"Emma?" panggilnya.
Oh Tuhan, takdir apa ini? Kenapa aku bertemu dia disaat aku tidak berharap padanya? "Josh. Kau sudah kembali?Sejak kapan?"Apa yang aku tanyakan? Ini menyakitkan Tuhan. Kebetulan yang menyakitkan.

Tapi aku bahagia bertemu dengannya. Itulah alasanku, sesungguhnya, mengapa aku tidak ingin menjawab telpon atau membalas emailmu.

****
Terima kasih aku bertemu dengannya lagi. Ternyata seuntai benang yang kukira sudah terputus, masih tersambung. Dia untukku. Dia memang untukku.

Satu waktu berputar, aku dan dia bertemu. Diputaran itu terhenti pada sebuah tempat yang tak kuduga. Sekarang aku mengerti. Aku mengerti.


Alasan aku dan dia bertemu secara kebetulan. Karena disaat itulah adalah waktu untuk aku dan dia kembali melihat untaian benang yang terikat pada jari manis tanganku dan dia.
Terima kasih Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!