Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Minggu, 06 Maret 2011

Benteng Sepi

Oleh : Aditia Yudis (@adit_adit)

Sepi. Dalam benakku seolah diterpa hujan salju lebat. Hatiku membeku. Jiwaku mengigil kedinginan. Udara berputar, mengangkat dedaunan kering, mengirim perasaan kosong yang menusuk.
Efeknya nyata. Aku berdiri dengan kedua tangan memeluk diriku sendiri. Melangkah ke kiri dan ke kanan sedikit, berupaya bergerak agar darah mengalir sedikit kencang sehingga sedikit kehangatan bisa kurasakan. Pura-pura aku menoleh ke berbagai penjuru arah, seolah mencari. Mencari seseorang yang kutunggu.
Kepalaku berputar pada jam besar yang tergantung, jarum panjangnya bergerak, padahal aku berharap dia diam. Geraknya teratur laksana langkah robot yang sudah diprogram. Saat jarum itu tiba di titik yang sama, aku berpaling, menyeret mundur kakiku lalu mendudukan tubuhku lagi.
Dingin.
Pijaran lampu-lampu menyala di sekeliling sini. Beberapa tampak begitu redup, lainnya dengan pancaran perkasa. Mungkin usia, mereka yang remang sudah lama di sini, sedangkan yang gagah sinarnya bisa jadi baru dipasang.
Aku menepuk-tepuk tanganku sendiri. Kebekuan hati ini menjalari lewat tiap sel dalam tubuhku. Kapiler-kapiler darah tetap bertahan dengan semampunya untuk tetap berdenyut, mengantarkan hangat.
Napasku sedari tadi bergulung panjang. Bukan jenis yang pendek-pendek terburu, setiap kali menarik napas, sebanyak mungkin kucekoki udara dalam kantong paru-paruku. Menahan sesaat. Diam dan membisu. Kemudian mengeluarkannya perlahan-lahan. Mencoba untuk tenang.
Kutautkan jari-jemariku. Menyatukan tiap ruasnya dalam satu kepalan lalu memakainya untuk menopang daguku. Petualangan mataku tak habis menghampiri tiap sosok yang berlalu lalang di stasiun ini. Satu tertawa, lainnya berwajah keras bak batu. Gelanyut lelah terpahat di roman muka lain, kadang berpadu riang karena segera menjejakkan kaki di rumah. Lainnya ada tangan berpadu, rangkulan di bahu penuh perlindungan dan tentu... ada pula yang memeluk dirinya sendiri. Kedinginan, sendirian dan sepi di antara riuhnya stasiun kereta ini.
Namun, aku selalu percaya, kamu akan datang dan membongkar benteng sepi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!