Oleh: Rani Amalia Busyra (@kekasihpuisi)
kekasihpuisi.webs.com
Jika suatu saat dirimu datang padaku mencari hakikat sepi,
akan kubimbing menelusur gelapnya
cecap rasa hampanya
sentuh tajam dinginnya
hirup wewangian kosongnya
dan dengarkan nyanyian irama heningnya.
Ia di sana. Duduk sendiri di bawah pohon, di tepi kolam sebuah taman, terpaku menatap riak-riak air. Berjam-jam. Tanpa berbuat apa-apa.
Mungkin orang-orang tidak sekalipun menoleh kepadanya. Begitu tenangnya ia, seperti udara, hingga terkadang terasa tiada. Namun tidak denganku. Aku sangat tertarik padanya, pada keheningannya.
***
Kularungkan kakiku tanpa arah pada jalan setapak taman di suatu sore. Pikiran-pikiran begitu hiruk merecoki kepalaku. Hingga bingar.
Aku lelah dengan semua ini! Semua urusan kehidupan yang tak henti mengejar. Entah mengapa tetap kupenuhi walau aku tahu semua itu tak abadi. Aku lelah. Aku lelah!
Sembarang melayang pandang, mataku tertumbuk pada sesosok gadis di kejauhan. Bibirnya bergerak-gerak seperti sedang menyanyi pelan. Terkesiap, kudengar bisik-bisik nyanyiannya terhantarkan oleh angin. Sayup demi sayup irama dan kata-katanya terdengar semakin jelas seakan ia menyanyi di samping telingaku.
Ooo sepi…
Kita kembali bertemu
Ooo sepi…
Pagutlah aku dalam rengkuh kokohmu
Aku di sini…
Aku di sini setia padamu
Ajarkan aku setiap liuk tarimu
Selangkah demi selangkah aku kan mengikutimu
Selalu bawa aku bersamamu
***
Syahdu sepiku terusik sudah oleh sepasang mata menatap lekat
Hitam menjadi abu-abu
Suhu panas melelehkan istana saljuku
Sedikit demi sedikit suara-suara ribut menggedor gendang telingaku
Aku tak ingin berteriak
Sumpah mati aku tak akan memecahkan teriakanku!
Karena kehancuran sepi hanya dapat tertebus kematian
Setelah satu bulan mengamati, hari ini kubulatkan tekad menyapanya. Seperti biasa, ia masih di sana, di tempatnya berdiam diri. Satu-satu kulangkahkan kakiku menujunya. Serasa seluruh gerakan melambat, seperti saat-saat bersejarah. Baru kali ini dapat kulihat ia dari dekat.
Sebilah pisau terhunus di genggamnya...
Dalam pekat kelam kau merasa buta tanpa bisa melihat apa-apa
panik menggapai-gapai ke segala penjuru arah hanya hampa teraba
Maka genggam selalu tanganku, tahankan sengatan beku di sela jemariku
Hirup bebauan kosong yang menguar, hingga kau tak yakin bahwa dirimu sedang bernafas
Maka berdiamlah
Pejamkan matamu
Nikmati saja senandungku hingga terlena
Menuju sepi terdalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!