Oleh Ninda Syahfi (
@nindasyahfi)
“Masih suka sama vokalis itu?”
“Masih. Kenapa?”
“Gak apa-apa sih. Lucu aja..”
Nanti sore, aku harus menghadiri pernikahan salah seorang sobat SD. Mujur sekali nasibnya; pintar, kuliah di luar negeri, sekalinya balik ke Indonesia langsung ada yang melamar. Masih ada beberapa jam sebelum akhirnya aku harus berangkat ke resepsi. Hal pertama yang dilakukan adalah pergi ke salon. Setelahnya, mampir ke butik tante Tiva untuk meminjam salah satu gaunnya. Selesai mendapatkan gaun yang cocok, aku pamit.
Lama menunggu taksi datang, tiba-tiba hujan turun. Beruntung masih di sekitar butik tante Tiva, aku memilih kembali ke sana, berteduh. Sepertinya hujan sedang tidak bersahabat. Hari sudah hampir malam. Malas rasanya untuk pergi. Aku mengabarkan tidak bisa datang, dan berjanji akan bertemu dengan kedua mempelai besok.
Siang ini, aku harus memenuhi janjiku untuk makan siang bersama pengantin baru. Aku datang lebih awal. Memesan tempat untuk tiga orang. Tidak lama kemudian mereka datang. Tidak berdua, tapi bertiga. Hei, rasanya aku mengenal pria itu!
Pasangan Bella dan Edward terlihat bahagia sekali. Mesra. Edward mengenalkan sepupu lelakinya padaku, Bruno. Oh bukan. Aku pikir Bruno adalah Vito, vokalis favorit Gea, sahabatku. Hanya mirip. Andai saja Gea ada di sini, pasti dia akan senang melihat pria berwajah sangat mirip dengan Vito, idolanya. Aku berjanji akan mengenalkan Gea pada Bruno, menggantikan sosok Vito, yang hanya ada di dalam angan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!