Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Kamis, 11 Agustus 2011

Saksi Bisu

Oleh : Tyas We ( @deboratyaswe )

Kamu tak pernah menyadari, aku punya nyawa. Aku bisa mendengar apa yang kamu bicarakan dengan bebas. Aku juga dapat melihat apa yang kamu lakukan jika itu berada dalam bingkai pandanganku. Aku tak bisa bergerak, hanya saja aku dapat berpindah jika tangan kekarmu memindahkanku ke tempat lain.

Sudah beberapa bulan berlalu sejak aku berada disini, berada di atas meja sebelah tempat tidurmu. Setiap malam aku melihat wajahmu yang terlelap, atau melihat kamu tidak tidur sama sekali karena mengerjakan tugas kuliahmu. Aku selalu menjadi obat bagi rasa rindumu untuk dirinya. Kamu yang sedang menuntut ilmu di ibukota, meninggalkan kekasihmu yang akan setia menunggumu di kampung halaman. Biasanya jika kamu sedang merindukan gadis itu, kamu selalu menatapku dengan tatapan penuh kasih dan membelaiku. Bahkan kamu pernah menciumku.

Suatu hari aku mendengar dan melihatmu sedang berbicara dengan seseorang di handphone-mu. Aku yakin itu adalah kekasihmu karena kamu memanggilnya dengan sebutan ‘sayang’. Kamu terlihat sangat marah dan kecewa sehingga meninju tembok kamarmu. Lalu kulihat kamu melempar handphone-mu keatas tempat tidur dan perlahan kamu menjauh dari pandanganku, pergi entah kemana.

Sepertinya hari ini sudah malam, karena tak ada lagi cahaya yang dapat membuatku melihat. Dan kamu pasti belum pulang karena sejak tadi aku tak mendengar suaramu. Lama aku menunggu seseorang datang dan menyalakan lampu, tiba-tiba aku mendengar pintu kamarmu dibuka. Ya, itu kamu….. dengan seorang perempuan. Aku yakin itu bukanlah kekasihmu. Gadis itu berambut kemerahan dengan kulit sangat putih dan mata berwarna biru, sementara kekasihmu jauh dari gambaran seperti itu, aku tahu setiap sudut garis wajahnya.

Jika aku punya kekuatan, aku ingin memukulmu. Aku ingin tahu apa yang ada di benakmu. Kekasihmu saja tidak pernah menginjakkan kakinya di kamar ini, bagaimana bisa seorang gadis asing masuk kedalam kamarmu dan kini ia ada diatas tempat tidurmu sedang memelintir ujung-ujung rambutnya. Kulihat bibirmu dan bibirnya saling berpagut, kamu melumat bibir gadis itu dengan penuh nafsu dan sepertinya gadis itu menikmatinya. Aku tahu sesuatu yang tidak baik akan terjadi. Kini tanganmu sudah berada di bawah lapisan kaus biru yang dikenakan gadis itu, tepat di dadanya.

Entah apa yang membuatmu melirik kearahku, kamu menghentikan sejenak apa yang sedang kamu lakukan dengan gadis itu. Tiba-tiba tanganmu terulur kearahku, kamu membelaiku dengan telunjukmu. Lalu semuanya terasa gelap, aku tidak melihat apa-apa lagi.

Aku tak tahu sudah berapa lama aku hanya melihat kegelapan, rasanya sudah lama sekali. Hingga kurasakan seseorang menegakkanku dari posisiku yang telungkup. Itu bukan kamu! Seorang pria setengah baya dengan kumis yang lebat memakai pakaian berwarna entah coklat entah abu-abu. lalu kulihat juga beberapa orang dengan pakaian yang sama dan seseorang dengan kamera di tangannya sedang memotret sesuatu.

Kamarmu yang tidak terlalu besar terasa begitu sesak dengan orang sebanyak ini. Kulihat tiga orang tergeletak di lantai kamarmu dan satu orang di tempat tidurmu. Betapa aku terkejut ketika melihatmu tebaring di tempat tidur. Aku kurang yakin dengan penglihatanku, kamu tampak sangat kurus dan berbeda sejak terakhir kali aku melihatmu. Kamu terlentang di tempat tidur dengan wajah pucat dan mulut yang berbusa. Begitu juga orang-orang lain yang tergeletak di kamarmu. Kamarmu sangat berantakan, dimana-mana berserakan benda seperti tabung dengan bentuk yang aneh. Kulihat juga ada alat suntik di dekatmu, dan benda yang paling banyak kulihat berserakan dikamarmu adalah butiran-butiran seperti obat berwarna merah jambu. Aku tidak tahu benda apakah itu, sepertinya itu adalah sesuatu yang menyebabkanmu menjadi seperti ini.

Seketika aku merasa marah pada diriku sendiri, aku tidak bisa melakukan apa-apa. Sampai dunia terbalikpun, aku tak akan bisa. Aku ditakdirkan hanya bisa mendengar dan melihat saja, hanya untuk menjadi saksi bisu di setiap hal yang kamu lakukan. Karena aku, aku hanya selembar foto kekasihmu.

8 komentar:

  1. Teknik personifikasi adalah teknik yang sangat menyenangkan untuk digunakan. Siapapun yang sudah berkecimpung cukup lama di dunia penulisan (apalagi yang genrenya fantasi) pasti setuju.

    Selain memberikan kesan mistis yang puitis, penulis juga dapat memberikan narasi dari sudut pandang yang benar-benar berbeda. Namun pertanyaannya, sampai sejauh manakah 'perbedaan' itu akan dibawa?

    Sejauh apakah sang penulis dapat menyelami alam kehidupan yang bukan miliknya? Sebagai contohnya, sebagai 'foto' di kisah ini?

    Pertanyaan yang sangat retoris dan tidak perlu dijawab, dan saya pribadi cukup bingung harus mengungkapkan apa dalam komentar ini. Unik, namun ceritanya 'kurang bergerak'.

    Saya tidak mengerti apakah penulis memang bermaksud mengutarakan cerita seperti ini atau tidak, namun akan lebih baik jika cerita dibuat sedikit lebih dinamis.

    Terus menulis! :)

    BalasHapus
  2. terimakasih banyak masukannya :)
    semoga tulisan selanjutnya lebih baik..

    BalasHapus
  3. > _ <

    . . .
    kamu boleh membunuhku sekarang. . .

    Indah bangett!!!!!!
    Pengkhianatan dan jawabannya. . .

    Oh. . . Cinta yang terbuang percuma...

    membuat orang yang habis membacanya ingin berkata "SIALAN"

    BalasHapus
  4. "Sialan" kamu mencampakkan diriku yang mencintaimu... demi dia...

    Dan sekarang kamu tergeletak...

    Dan "Sialan" kamu mati, sekarang aku bersedih karena mencintaimu masih memujamu...

    "sialan".. aku tidak berdaya membantumu tapi berribu ingin

    BalasHapus
  5. Saya selalu kagum sama penulis yang bisa menulis dalam gaya personifikasi. Seperti meniupkan sebuah jiwa ke dalam benda mati atau benda lain selain manusia. Keren! Ceritanya juga menarik dan ada pesan moralnya.

    BalasHapus
  6. @ anonim, salita, shelly : terimakasih yaaa :)

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!