Oleh : Tiarni Putri Fau (@TiarniPutri)
PAGI HARI
Pagi ini sangat cerah!
Secerah hati aku yang siap untuk menghadapi hari ini!
Ya! Aku siap menghadapi tantangan untuk hari ini!
Apapun itu!
Aku melangkah menuju pintu gerbang sekolah.
"ANIT!".
Spontan aku menoleh ke sumber suara. "Ditaaaa!", balas sapa aku ke Dita sambil membuka tangan aku untuk memeluk dia.
"Gimana kabar kamu sayang? Semalam bisa tidur?", kata Dita masih memeluk aku.
"Bisa kok. Nyenyak malah", jawab aku.
"Maaf ya, semalam aku udah ngantuk banget. Capek banget ngerjain tugas Pak Toto! Bayangin aja! Gw disuruh menulis ulang semua pasal-pasal UUD 1945 tahun 2011 dalam waktu semalam! Gila! Jari gw sampai gini!", kata Dita sambil menunjukkan jari telunjuk dia yang lecet.
"Hahahaaaa! Untung guru PPKN gw bukan Pak Toto!", kata aku sambil tertawa.
"Eh, Nit, gw duluan ya! Gw belum ngerjain tugas matematika nih. Mau nyontek punya Mira dulu. Nanti makan siang bareng yaa nit! Kita cerita-cerita lagi! Daaa!", kata Dita sambil meneruskan langkah menuju kelas.
Aku meneruskan langkahku menuju kelas.
Huffh. Semoga hari ini dia tidak masuk. Batin aku bergejolak. Tidak ingin bertemu dia. Tapi mata aku mencari-cari sosok dia.
Sesampainya aku di pintu kelas..
"Anit."
Aku menengok ke belakang. "Aryo", balas sapa aku sambil tersenyum.
"Kamu udah ngerjain tugas kimia belum? Aku mau lihat dong!", kata Aryo tanpa basa-basi.
"Udah kok", jawab aku sambil mencari-cari buku PR bersampul cokelat. "Nih", kata aku sambil memberikan buku aku ke Aryo.
Aryo mengambil buku PR aku sambil senyum ke arah aku.
Muka aku datar melihat muka dia.
"Kamu udah sarapan?", kata Aryo sambil mengelus-elus kepala aku.
"Udah. Jangan elus-elus kepala gw ah! Nanti berantakan rambut gw!", kata aku dengan nada jutek sambil menggerakkan kepala aku menjauh dari tangan dia.
"Hahahaaa! Kamu tuh lucu kalau lagi marah!", kata Aryo sambil tertawa.
"Lagi-lagi ngomong ngasal", batin aku dalam hati. Tak aku hiraukan omongan dia. Aku berjalan menuju tempat duduk aku.
Aryo adalah mantan aku. Sekitar sudah sebulan yang lalu aku putus sama dia. Awalnya sih berat, tapi lama-lama biasa saja kok. Sekarang Aryo sudah punya cewek baru. Namanya Sheilla. Anak baru yang langsung jadi pentolan di angkatannya. Gimana engga? Lulusan ajang pemilihan model majalah remaja terkenal se-Indonesia. Cowok mana yang tidak terpikat sama dia? Hubungan gw dan Aryo yang sudah berjalan 3 tahun 2 bulan pun akhirnya di gantikan oleh dia. Tapi, itu masa lalu kok. Walaupun gw dan Aryo sekelas, tapi gw sudah bisa melupakan masa lalu. Sekarang kita tetap menjadi teman baik. Iya, aku sudah bisa melupakan masa-masa itu.
SIANG HARI
KRIIIING! KRIIING! KRIIING!
Bunyi bel istirahat berbunyi. Jam menunjukkan pukul 12.00.
"Anit!", teriak Dita memanggil aku di depan kelas. Aku tersenyum. Senang aku melihat Dita. "Makan siomay yuk! Laper banget nih gw!", ajak Dita. "Hayoklah! Gw juga lapeer!", kataku.
Aku duduk di bawah pohon tempat favorit aku makan bersama Dita.
Baru aku duduk, mata aku langsung menuju ke depan tempat duduk aku.
Tepat di depan tempat duduk aku, aku melihat Aryo sedang suap-suapan bakso sama pacar barunya.
Aku terdiam. Tak sadar aku melamun sambil melihat mereka. Tiba-tiba Aryo melihat aku yang sedang melamun ke arah mereka. Begitu aku sadar, langsung aku alihkan pandangan dan pikiran aku ke siomay di atas meja. Aah, siomayku jauh terlihat lebih enak!
Dita sepertinya sadar dengan situasi ini. "Nit, jangan di lihatin! Makan aja siomay lo! Udah dingin tuh!", kata Dita dengan nada ketus.
"Idiiihhh! Siapa yang lihatin? Gw tadi lihat kucing punya ibu nasi goreng! Lagi hamil kayaknya", kata aku mencari-cari alasan.
Aku mulai melahap siomayku satu-persatu. Aku pura-pura tidak sadar kalau Dita sedang memperhatikan aku.
"Lo udah gaa sayang lagi kan sama Aryo?", kata Dita langsung ke point utama.
Aku tersedak.
"Ya udah enggalaah!", kata aku dengan nada setengah membentak. "Ngapain gw sayang sama cowok yang ternyata engga setia, engga bisa melihat pengorbanan gw selama ini ke dia? Buang-buang waktu saja", kata aku sambil mengunyah siomay aku.
Dita tersenyum.
"Jujur ya nit, gw salut banget sama lo. Lo adalah cewek paling kuat yang pernah gw kenal. Kalau gw jadi lo nih, mungkin gw pindah sekolah. Gimana engga? Lo masih harus berhadapan dan ketemu terus sama mantan lo. Eh, bukan hanya mantan deng, tapi cinta pertama lo! Selain lo harus ketemu sama dia setiap hari, lo juga harus melihat mantan lo itu sama pacar barunya. Aduh, gaa sanggup banget gw jadi lo nit. Gaa sanggup!", kata Dita.
Aku hanya terdiam.
Tak tahu harus berkata apa.
"Eh, lo udah tau belum gosip baru soal Aryo?", kata Dita sambil melanjutkan makannya.
"Apa?", jawab aku.
"Aryo udah ngenalin Sheilla ke orang tua Aryo. Jadi pas malming kemarin, Sheilla di ajak main ke rumah Aryo terus di kenalin ke keluarga Aryo. Gilee, cepet juga ya! Padahal baru jalan seminggu", kata Dita dengan mulut masih penuh dengan siomay.
Aku terdiam.
Tiba-tiba kenangan-kenangan aku bersama Aryo muncul kembali.
Dulu aku di kenalkan ke orang tua Aryo saat aku sudah jalan 2 tahun. Itu pun aku yang memaksa. Kayaknya Aryo sudah yakin dengan pilihannya saat ini.
Kemudian mata aku tertuju ke arah Aryo dan Sheilla. Mereka berdua sedang tertawa sambil menatap mata. Baru kali ini aku melihat tatapan mata Aryo yang tajam dan dalam ke seorang perempuan. Bahkan sama aku pun tidak.
"Nit, itu siomay lo masih banyak", kata Dita membuyarkan lamunanku.
"Iyeee, cerewet lo Dit", jawabku.
MALAM HARI
Waktu menunjukkan pukul 22.39.
Aku masih belum bisa tidur.
Mata aku basah dan aku tahu itu.
Kepala aku pusing. Seakan-akan semua masalah di dunia ini aku yang memikirkan.
Dada ini sesak. Sulit bernafas.
Ingin aku menelepon Dita, menceritakan semua, tapi aku gengsi.
Tak mungkin dia bisa menebak keadaan aku yang sekarang. Di mata dia, aku adalah Anit, cewek kuat dan tegar. Cewek yang tidak akan jatuh hanya karena masalah cinta.
Padahal..
Sandiwara itu hanya bisa aku lakukan di hari sedang cerah. Di saat aku sedang bersama teman-temanku. Di saat aku sedang belajar dan perhatianku teralih sejenak dari pikiran aku yang sekarang.
Tapi kalau malam hari? Aku engga kuat. Benar-benar engga kuat. Tak sanggup aku bersandiwara lagi. Air mata yang aku tahan seharian akhirnya tumpah ruah di malam hari.
Iya, aku mengakui, aku masih sayang sama Aryo.
Aku masih belum bisa merelakan dia dengan perempuan lain.
Dalam hati aku masih suka bertanya, mengapa Aryo lebih memilih perempuan itu di banding aku? Mengapa Aryo tidak bisa melihat semua pengorbanan aku sama dia selama ini?
Ketika emosi sedang mengalahkan logika, terkadang aku bisa menyalahkan Tuhan. Mengapa Engkau pertemukan aku dengan dia? Mengapa Engkau tidak menjadikan Aryo milik aku untuk selama-lamanya Tuhan?
Air mata aku tak terbendung lagi. Semua memori tentang aku dan Aryo, dan kenyataan tentang Aryo dan Sheilla bercampur aduk disini.
Sakit rasanya..
Sakit..
Bantal dan guling adalah saksi bisu dari kenyataan ini. Mereka menjadi korban dari tumpahan air mata aku.
Seandainya bulan dan bintang bisa berbicara, mereka pasti menertawakan aku. Rasanya aku seperti di pengadilan. Sebagus apapun alasan dan sandiwara yang aku buat, bulan dan bintang akan selalu bisa melihat kebenaran. Aku tak mungkin bisa menang di bawah mereka.