Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Minggu, 05 Juni 2011

Ketika Aku Merasa Perlu


Oleh: Josefine Yaputri

Pembalasan dendam tidaklah selamanya perlu, asal aku bisa menjalani hidup tanpa gangguanmu. Sejujurnya, aku adalah seorang pendendam yang tidak pernah bisa menyimpan rasa sakit, dan saat waktu itu datang, aku akan langsung membalaskan dendamku padamu. Dan kamu adalah orang paling keji yang pernah aku temui. Tapi, jangan berpuas diri dahulu, karena aku akan menjadi jauh lebih keji darimu saat aku membalaskan dendamku.
~
Haha … Perempuan yang dikenal sebagai pribadi periang sepertiku, mungkin tidak pernah terlihat sedih. Dan sepertinya, aku memang pandai menutupi setiap kesedihan dan kemarahan yang aku rasakan.
Sebaliknya, perempuan sepertimu nampaknya tidak pernah memiliki kehidupan lain yang jauh lebih penting daripada mencampuri kehidupanku dengan raut muka sedih dan sangat ingin dikasihani. Kau selalu mencari perhatian dariku dan aku dengan bodohnya akhirnya mau mengasihani dirimu. Aku memberimu tempat di ruang sosialku. Aku juga memberimu rahasia dan rahasia itu bahkan belum ada yang tahu.
Aku sebelumnya percaya bahwa manusia diciptakan baik adanya dan ibuku bahkan selalu bilang bahwa setiap orang itu baik, tetapi nyatanya kau tidak memiliki sisi baik sedikit pun. Cih.
Sudahlah, toh sekarang aku sudah merasa perlu.
Aku sudah merasa perlu untuk membalaskan dendamku padamu.
~
Mulutku memang selalu manis, tetapi kali ini aku akan memberikan ribuan kata pedas untuk menghancurkanmu. Cukup? Tentu tidak, karena kau harus mendapatkan ganjaran yang jauh lebih keji dari hasil perbuatanmu padaku.
Terima kasih banyak untuk pengkhianatanmu. Terima kasih banyak untuk mimpi burukku.
~
Hei, kau, perempuan nista. Sudahkah kau puas dengan apa yang telah kau dapatkan? Kau memang perempuan murahan yang akhirnya bisa membuatku tersenyum, tersenyum keji. Aku toh akhirnya menyadari bahwa kau memang suka ditiduri oleh puluhan lelaki, meski itu bukanlah bagian dari rencana pembalasan dendamku.
Dan ya, kau memang tidak pantas dikasihani.
Janganlah kau merengek-rengek lagi di atas kakiku dan menyembah-nyembahku lagi, karena aku sudah sangat muak denganmu. Buanglah topengmu jauh-jauh dan pergilah selamanya dariku. Kau beruntung, karena sisi jahatku belum berniat untuk membunuhmu.
Aku bukanlah perempuan periang seperti yang kau kira. Aku bukanlah gadis kecil yang manja.
Aku adalah mimpi burukmu.
Sekarang, pergilah. Aku sudah sangat puas membalaskan dendamku padamu.
Terima kasih karena kau telah menjadi korban pembalasan dendam terkejiku.
Semoga … kau bahagia, meski aku tahu bahwa kau tak akan pernah bisa.

Salam manis dari perempuan terbaikmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!