oleh: Lidya Christina (@lid_yang)
Lagi-lagi, kamu bangun lebih pagi dari alarm. Dulu, aku memasang tiga alarm pun tidak berhasil membuatmu membuka mata. Kamu seret dirimu ke kamar mandi, membiarkan alarm yang sedang berbunyi. Foto kita, sudah tidak ada lagi di samping tempat tidurmu.
Beberapa menit kemudian, kamu sudah siap untuk keluar. Akhirnya. Ah, jaket itu dipadukan dengan kaos pink di dalamnya. Ketampananmu semakin menonjol. Eh, apa yang sedang kamu cari? Sepatu itu? Mengapa harus sepatu itu? Tetapi memang cocok dengan penampilanmu hari ini. Fashion sense-mu semakin baik saja. Jujur, aku bangga.
Motormu berhenti di depan sebuah toko roti. Ternyata ini menu sarapan hari ini. Kemana lagi setelah ini?
Eh? Kampus? Lho? Hari ini Sabtu. Tidak ada kuliah, buat apa ke sini? Dengan langkah ringan, kamu mengayunkan kaki memasuki lapangan basket. Oh, ini toh. Aku seperti biasanya hanya melihat dari sisi lapangan. Senyumanmu di saat seperti sekarang benar-benar menawan.
“Kemana nanti?” temanmu bertanya sebelum kamu meninggalkan lapangan.
“A date!” Senyuman bahagia menghiasi wajahmu saat kamu menjawab.
Tidak lama kemudian, dengan bunga di tangan, kamu meninggalkan motormu. Bunga itu indah sekali. Akhirnya, kamu mendapat pacar baru. Benar-benar beruntung cewek itu. Aku tahu, betapa baiknya kamu terhadap pacarmu. Karena aku pernah merasakannya. Rasa bahagianya menular dari hari ke hari. Sayang, aku harus meninggalkan semua ini, setelah kecelakaan itu berhasil merebutku darimu. Tetapi, syukurlah. Kamu sudah dapat melepaskan semuanya dan mulai kehidupan baru.
Langkahmu terhenti. Tunggu dulu. Ini kan…
“Hei, aku ke sini untuk memberimu sebuah jawaban. Bukan, lebih tepatnya, sebuah penegasan. Hari itu, di rumah sakit, kata-kata terakhirmu padaku. Meminta aku untuk melupakanmu. Maaf ya, aku tidak dapat memenuhi permohonanmu. Tidak mungkin bisa, setelah tiga tahun kita bersama. Lihat, ini jaket pemberianmu tahun lalu. Dan kaos pink ini. Kamu selalu saja meminta aku memakainya. Kamu cocok dengan pink, katamu. Sarapanku hari ini di toko roti tempat kita pertama bertemu. Oh iya, kamu suka waktu aku main basket kan? Berita bagus! Tim kami berhasil lolos ke babak semifinal. Coba kalau kamu masih di sini.”
Kamu letakkan bunga Tulip berwarna krim di depan sebuah batu nisan. Di atasnya tertera nama yang tidak mungkin asing bagiku, nama yang telah ku gunakan selama dua puluh tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!