Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Rabu, 15 Juni 2011

Saat Engkau Tidur



by @RyanJepank

Malam datang, berbaur dengan riuh gemericik suara hujan. Desau; riuh rendah daun-daun yang tertimpa gemericik hujan. Mataku mencoba menerawang ke langit luar. Aku masih disini menunggu rembulan itu terkuak kembali.

Volume hujan semakin membesar diiringi kilatan petir yang saling menyambar. Di kamar utama, aku masih setia menunggui sang istri. Aku palingkan pandangan ke wajahnya. Dari raut wajahnya nampak sekali garis-garis kelelahan. Ia sangat lelah. Teramat lelah. Entah apa yang ia sedang pikirkan sekarang. Entah aku, anaknya, pekerjaannya, atau bahkan amal ibadahnya. Ku usap air mata yang bergelayut di pipinya sambil merapikan anak-anak rambut yang mulai nakal menutupi wajah cantiknya. Ku kecup keningnya dan ia
menggenggam erat tanganku.

"Mas.." gumamnya lirih.
"Iya sayang," jawabku.

Lambat-lambat aku dapat merasakan aura 20 tahun yang lalu. Saat aku dan dia masih SMA. Saat pertama kali berjumpa disebuah kegiatan bakti sosial sekolah. Gadis imut bersanding dengan suaranya yang merdu membius semua orang, termasuk aku. Sejak saat itu aku tergila-gila padanya bahkan sampai saat ini aku masih sering dibuat gila olehnya.

Akhirnya kedua bola matanya yang bundar sempurna beradu dengan kedua bola mataku yang agak menyipit. Entah ada perasaan apa yang tak pernah kurasa sebelumnya. Cinta? Ah, kurasa tidak. Perasaan yang timbul lebih dari itu maka aku belum dapat kosakata yang tepat untuk melukiskannya.

Kali ini kukecup lagi keningnya dan kucium mesra bibir sintalnya.
"Terima kasih mas. Selama ini kamu telah menjadi suami yang super baik untuk aku dan anak-anak kita," senyum tipis mengembang dengan lesung pipit di kedua pipinya. Aku hanya membalasnya dengan senyum.

"Mas boleh aku bertanya tentang sesuatu?"

"Tentu boleh."

"Mas, apakah kamu pernah selingkuh?" selidiknya penasaran.

"Umm mmm selama ini belum pernah dan tak akan pernah," jawabku yakin hanya sedikit ada rasa gugup.

"Lalu kenapa selalu ada bekas noda-noda lipstik di sapu tanganmu?" selidiknya lagi dan aku hanya diam.

"Mas, apa arti kesetiaan?" kali ini pertanyaannya menusuk.

"Kesetiaan adalah keteguhan hati dan tindakan serta berpegang teguh pada prinsipnya," jawabku.

Entah karena jawabanku atau apa senyumnya mengembang bahkan ia sempat tertawa kecil.

"Mas peluk aku."

"Mas aku tahu kamu adalah tipe suami yang setia. Aku tak sangsi akan hal itu. Maka selingkuhlah sekali ini saja" sebuah penyataan yang konyol menurutku.

"Aaaapa katamu?. Aku tak akan pernah melakukan itu."

"Mas kau jelas tahu. Aku tak bisa bertahan lama lagi dengan obat bius ini. Aaaaaaku sebenarnya berat sekali mengatakan ini. Tapi selingkuhlah sekali ini saja."

"Selingkuhlah dengan rohku saat aku memejamkan mata untuk terakhir kali dan berjanjilah tak akan pernah mengulangi."

Tak ada lagi nadi yang berdenyut. Jelas kini ia telah sampai di pintu maut. Maka, aku tunaikan perintah terakhirnya untuk selingkuh sekali saja dan dalam mimpi bersamanya.

Malam semakin menua. Langit tampak lebih cerah setelah arak-arakan awan yang gelap gulita. Rembulan pun mencuat setelah tidur dari singgasananya. Cinta, tetaplah kekal diantara kita. Walau raga tak dapat lagi bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!