Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Minggu, 19 Juni 2011

Tiga Bulan Lewat


Oleh @suavenigma

Seorang perempuan baru saja masuk. Ia berdiri memegang secarik kertas dengan wajah kecut. Perempuan lain yang duduk di hadapannya hanya mendongak sejenak, lalu kembali menekuni lembaran-lembaran kertas tugas kuliah penuh coretan di atas meja lipat yang di pangkunya.

"Apa sih lo, dateng-dateng muka asem banget gitu?"

"Telat, Nensi," ujar perempuan itu sembari duduk di depan perempuan lain yang dipanggil Nensi itu. 

"Apanya?" balas Nensi, enggan mengangkat wajahnya lagi.

Perempuan itu menyodorkan kertas yang ia bawa masuk. Nensi meraih dan mulai membaca kertas itu setengah hati. Raut wajahnya berubah.

"Ya ampun, Din," Nensi mengangkat kertas yang ada di tangannya, memastikan apa yang dibacanya. "Kok bisa sih? Udah berapa lama?"

"Tiga bulan," balas Andini. Wajahnya tertunduk. "Dan ini yang ke tiga."

"Maksud lo? Terus yang sebelumnya?"

"Ya gue urus sendiri lah," kata Andina pasrah.

"Kok gitu? Lo ga pernah bilang sama dia?" 

Andina menggeleng pelan. 

"Aduh, gimana sih lo! Ini kan tanggung jawab dia!" ujar Nensi geram sambil mengacung-acungkan kertas di tangannya. 

"Ga enak, Nen," tundukan kepala Andina makin dalam. 

"Eh, kalo urusan begini ga pake kata ga enak, Din!" nada Nensi meninggi. "Apalagi dia om lo sendiri kan?"

Satu anggukan pelan dari Andina yang disambut decak kesal Nensi. Lalu jeda cukup panjang di antara keduanya. 

"Lo harus ngomong sama om lo, Din." Kata-kata Nensi yang lebih mirip perintah itu hanya ditanggapi diam oleh Andina yang menggigiti bibirnya. "Elo bayar biaya kontrakan ke om lo rutin ga pernah telat. Jadi udah tanggung jawab dia buat bayar tagihan listrik, air, dan keluarganya, dong! Enak aja terima hak tapi ga mau ngelakuin kewajiban. Kalo lo ga berani ngomong apa perlu gue yang ngomong? Atau kalo perlu lo ngomong sama orang tua lo, deh. Duit di kemanain sampe tiga bulan ga bayar listrik!" Omel Nensi panjang lebar dalam sekali tarikan nafas.

"Iya, iya. Gue urus sendiri, deh," putus Andina. "Temen lagi susah kok malah disemprot. Besok gue telpon om gue deh."

"Sekarang!" perintah Nensi sambil menyodorkan telepon genggamnya.

1 komentar:

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!