By: @MikaylaFernanda
Dia biasa-biasa saja. Namun sungguh mati, aku mencintainya. Bukan sekedar cinta, tergila-gila! Ingin rasanya memeluknya, menciumnya dan mengungkapkan betapa aku mengidam-idamkannya selama ini... Namun aku tak bisa.
Aku mengikuti perjalanan hidupnya, mulai dari ia lahir sampai sukses sekarang. Kuhayati detik demi detik menjelajah dengannya, menaiki bukit-bukit pedalaman, menyelam ke dasar samudera. Aku lah yang bersorak paling dahsyat ketika ia pulang sebagai pahlawan, dielu-elukan masyarakat sebagai penyelamat peradaban.
Dia... Intelektual sejati. Seorang pemberani yang tersembunyi dibalik tubuh mungil dan kacamata tebal. Wanita idolaku. Dia tahu segala sesuatu, memahami segala sesuatu, bisa berbuat segala sesuatu. Dia membuatku terharu, menangis, tersentuh,bahkan... Meluruh karena cinta.
Aku mengikutinya berubah. Mulai dari anak SMU, lalu mahasiswa, pedagang, penjelajah, guru sampai pengacara. Aku cinta semua identitasnya. Aku cinta dia.
Cinta, cinta, cinta...
Semuanya, seluruhnya, tanpa cela...
"Maaf, Mas. Boleh geser sedikit?" Sebuah suara mengagetkanku. "Mas udah lama di situ. Gantian, dong."
Aku tergagap. Di tanganku, buku novel itu masih terbuka, menampilkan tanda tangan pengarangnya. Sang novelis, Agnes Dimitri duduk di hadapanku (dan depan jutaan penggemar lainnya) dengan tersenyum-senyum simpul. Pipiku merona ketika bertemu mata dengannya. Wanita istimewa, paduan intelektual dan petualang. Kombinasi yang seksi di mataku.
Orang-orang menatapku dengan pandangan aneh, ketika aku duduk di sudut Gramedia dan mengelus tanda tangan itu berulang-ulang, lalu menciumnya. Menghirup wanginya kertas seolah-olah aroma tubuhnya ada di sana.
Aku lah penggemar nomor satu. Kuberikan seluruh hatiku untuknya, meskipun aku tahu ia cuma sebaris nama dalam koleksi bukuku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!