Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Minggu, 19 Juni 2011

Andai


Oleh @rizkymfachran


Dua gelas tequilla sudah habis direguknya. Jarum jam menunjuk ke angka 11, terdiam di pojok bar seorang wanita cantik dengan baju berbelahan dada rendah dan lipstik merah yang menghiasi bibirnya, warnanya sangat khas. Merah kehitaman, sepertinya warna hitam itu dipoleskan oleh rokok yang hampir setiap hari dihisapnya. Ia sedang sendirian.

"Mas, minta billnya" ucapnya seraya mengacungkan jari.

"Totalnya segini mbak" ucap pelayan itu sambil melemparkan senyum manis.

"Ini, ambil saja kembaliannya ya"

Wanita itu meninggalkan uang seratus ribuan dimeja, dan melangkahkan kakinya kearah pintu keluar.

"Hmm, mas nanti kalau ada pria dengan pakaian ala rocker kesini mencariku, bilang aja aku sudah pulang ya" bisiknya sebelum memutar gagang pintu. Penuh senyum pelayan itu mengangguk, tak berani berkata kata, dia tersipu oleh kedipan mata wanita muda itu.

***

Suatu hari di bar yang sama, kembali duduk wanita dengan warna bibir khas itu. Kali ini berbeda, ada seorang pria berbadan kekar menemaninya, di meja ada satu gelas martini dan satu gelas bir yang sudah setengah diminum.

Tiba tiba seorang pria kurus berkacamata datang masuk. Dia memesan satu shot cognag sambil memberikan secarik kertas ke pelayan. Dia membisikan sesuatu ke telinga pelayan itu.

Pelayan itu langsung melangkah menjauhinya dan memberikan kertas itu ke wanita cantik itu.

Sambil tersenyum wanita itu menuliskan sesuatu diatasnya, dan memberikannya lagi ke sang pelayan sembari mengucapkan sesuatu. Dengan sigap pelayan itu memberikannya lagi ke pria berkacamata yang wajahnya tampak merah itu.

"Ini mas balasannya, tadi dia berpesan jangan dibalas lagi ya. Dia juga menitipkan ciuman."

Seketika pria itu marah, dibantingnya gelas dan kertas itu ke meja. Sambil melontarkan makian kepada sang pelayan, dia pergi meninggalkan bar.

Dari kejauhan tampak wanita itu tersenyum. Lalu pergi keluar bar bersama pria berbadan kekar yang dari tadi bersamanya.

Penuh rasa penasaran dan kesal, sang pelayan membaca isi kertas itu. Dia pun tersenyum puas.

"Ma, kenapa kamu ada disini? Dan siapa pria yang bersamamu itu? "

"Ini joni pa, kami memutuskan untuk menikah, andai saja papa tak pernah pulang terlambat, pasti aku tak akan pernah mengenalnya, kita cerai saja pa"

Pria berkacamata itu tak pernah lagi kelihatan batang hidungnya, di bar yang selalu dia datangi setiap malam ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!