Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Minggu, 19 Juni 2011

Terlambat Tertambat Hati


Oleh Melissa Olivia (@moliviatjia)

"Aku mencintaimu."
"Terima kasih... Aku sangat menghargai perasaanmu terhadapku. Tapi maaf, aku rasa kita hanya bisa sebagai sahabat... Aku... Tidak yakin atas perasaanku sendiri. Aku takut nanti aku menyakitimu."
Itu jawabanku atas ungkapan perasaanmu 10 tahun lalu. Kamu menggangguk, tanda mengerti perasaanku.

"Aku mencintaimu."
"Maaf, tapi kamu tahu kan, aku sekarang sudah punya kekasih?"
"Ya aku tahu. Aku mengatakannya agar kamu tahu karena aku mencintaimu, aku akan selalu ada di sisimu. Kamu bisa mengandalkan aku kapanpun kamu membutuhkan aku."
Aku tersenyum dan menyandarkan kepalaku di bahumu lima tahun lalu. Saat tengah gundah karena habis bertengkar hebat dengan kekasihku.

Aku sungguh beruntung memilikimu yang selalu menjagaku. Kamu sangat baik, kelewat baik malah. Tapi, aku masih tak bisa membalas perasaanmu. Maafkan aku. Aku sangat egois. Aku tidak bisa membalas perasaanmu, aku juga tidak tahu mengapa. Jika orang lain tahu, mereka pasti akan mengganggapku wanita keji. Aku tidak bisa membalasmu tapi selalu mencarimu jika aku ada masalah. Dan, kamu selalu ada saat aku butuhkan.

"Aku tetap mencintaimu. Semoga kau bahagia dengannya. Jadilah istri yang baik, ya!"
Aku tersenyum dan mengangguk. Itu ungkapan perasaanmu setahun yang lalu, saat aku bertunangan dengan kekasihku. Kamu memang sahabat yang sejati untukku. Walau tahu aku tak akan menjadi milikmu, kau tetap berbesar hati mendoakan kebahagiaanku.
"Maafkan aku... Aku tidak bisa membalas perasaanmu," kataku lirih.
Kamu hanya diam dan mengusap kepalaku dengan lembut.

Namun kini, kamu justru menghilang. Kecewakah kamu padaku? Putus asakah kamu terhadapku karena aku tak kunjung membalas perasaanmu?

Sudah hampir enam bulan kamu menghilang. Kemana sajakah kamu? Sekarang di saat aku membutuhkanmu, kamu tidak ada. Mana janjimu? Kamu tahu, kini aku sendiri? Kehilangan dirimu membuatku tersiksa. Aku seperti ranting pohon rapuh yang siap lepas dari batang begitu ada badai menerjang.

Tahukah kamu, aku membatalkan pertunanganku? Betapa bodohnya aku selama ini tidak menyadari bahwa ternyata kamu adalah segalanya bagiku. Mataku telah tertutup oleh kilau perhiasan dan benda mewah sehingga tak melihat siapa calon suamiku sesungguhnya. Aku telah dikhianati! Dalam ratapku, aku memikirkanmu dan menyadari kebodohanku.

Sebuah pesan masuk ke dalam telepon genggamku:

Apa kabar? Lama tak bersua. Maaf, aku baru menghubungimu. Aku baru pulang dari dinas di Papua. Maaf tak memberitahumu sebelumnya. Sekarang, kamu pasti tengah berbahagia ya? Atau sedang menanti si kecil? ;)

Akhirnya! Segera aku balas pesan dari orang yang selama ini aku tunggu:

Kau jahat! Ada banyak cerita sejak kepergianmu. Aku ingin kita bertemu sekarang di tempat biasa. Ada hal yang SANGAT PENTING yang harus aku katakan. Aku akan tetap menunggumu sampai kau datang. Aku tak akan beranjak sebelum kau tiba.

Bergegas aku menuju tempat dimana kami biasa bertemu. Kali ini, aku tak ragu. Aku sudah begitu jahat membuatnya menunggu selama 10 tahun. Aku begitu terlambat menyadari perasaanku. Daripada nanti terbelenggu dalam penyesalan tak berujung. Kini, aku tak mau menundanya lagi. Aku harus mengatakannya sekarang juga!

"Aku mencintaimu! Aku ingin hidup bersamamu selamanya!"
Itu kataku sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!