Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Selasa, 21 Juni 2011

Hitam

Oleh: Ririn
@ririntagalu
http://ririntagalu.wordpress.com


Kartu-kartu itu menatapku. Menusuk, kejam, hitam.

Ketakutan menyergapku.
Kata Mbah Oneng, sang pemilik kartu tarot, kartu hitam itu pertanda buruk.

Aku berpikir keras.
Apa yang akan terjadi? Ada apa denganku?
Atau mungkin dengan orang-orang yang aku sayang?

Ku tatap mata Mbah Oneng, merah, menahan amarah.
Aku tak tahu ia menaruh amarah pada siapa, tak berani bertanya.

Aku baru mengenalnya sepuluh menit yang lalu, secara tidak sengaja, ketika rasa keingintahuanku menjebakku dalam ruang remang di sudut gedung festival ini.
Kesendirian menguasaiku hingga aku tak kuasa menolak ketika melangkahkan kaki memasuki ruang kecil remang milik Mbah Oneng.

Kartu hitam bergambar burung hantu menatapku. Menusuk, hitam.

"Kematian." ucapnya pelan, namun mematikan.
"Siapa yang akan meninggal?" tanyaku, suaraku yang gugup tidak menutupi ketakutanku.
Mbah Oneng menggeleng.
Aku tahu, bahkan peramal pun tidak dapat meramal dengan tepat. Toh mereka juga manusia.

"Neva.." sebuah suara yang tak asing menyelamatkanku dari kekelaman.
Aku berbalik, sebuah senyuman getir milik pria tampan menyambutku.
"Mengapa berada disini? Mari berkumpul di aula.." ucapnya lalu menarik tanganku.

Tanpa permisi, kami berdua sudah berada di luar ruang remang milik Mbah Oneng.
"Berhati-hatilah, nona manis.." sayup-sayup ku dengar suara itu. Semakin menyeramkan.

"Mengapa berada disana? Sendirian lagi." ucap Leo penuh perhatian. Agar engkau tahu, ia adalah pacar ku.
"Maaf, tadi aku mencarimu, dan tak sengaja masuk ke dalam .." ucapku tidak sepenuhnya berbohong.
"Ya sudah. Apa yang ia katakan tadi?" tanyanya menyelidik.
Ku bayangkan kartu tarot hitam itu. Kembali kengerian menghampiriku.
"Tidak ada." aku menggeleng.
"Katakan, Neva, katakan padaku.." tanyanya tak sabar.
"Kematian .." ucapku perlahan.
Leo terdiam singkat, namun dapat memberi kesan seram bagiku.
"Oh, tidak apa-apa. Ia sering mengatakannya kepada setiap orang.." senyumnya menutupi kebohongannya, aku tahu.
"Semuanya akan baik-baik saja.." ucapnya menenangkan, tapi tetap saja, hatiku tak bisa tenang. Ketakutan, kepenasaranku bergerumuh di dada.
Segera kami memasuki aula. Keramaian ini terasa asing bagiku. Orang-orang asing seakan menatapku dalam hingga ke tulang.
Genggamanku semakin erat pada Leo, seakan aku takut terpisahkan darinya.
Ia mengerti, ia merangkulku, membuatku merasa nyaman, sedikit.

Kartu tarot hitam menatapku, dalam bayanganku semuanya tampak jelas. Kematian ada disini, di depan mataku. Tapi, dimana?

"BoooM!!!!" suara keras menggemparkan. Gedung terasa mau roboh. Orang-orang pada panik, berlarian kesana kemari tak tentu arah.
Aku menunduk. Leo berusaha melindungiku.
Lalu, sepersekian menit kemudian, suara ricuh itu mulai menenang. Aku masih tak dapat membuka mata, berada di bawah lindungan kekasihku.
"Kamu tak apa, Sayang?" ucapnya lembut di telingaku.
Ia bangkit dan membantuku berdiri.
Aku menggeleng. Ketakutan masih melinngkupiku.
"Ada bom.." sayup-sayup ku dengar suara itu.
"Sepertinya ada bom yang meledak, dari arah luar aula." kata Leo tegas.
"Antarkan aku kesana.." ucapku.
"Tidak, tidak baik buatmu,"
"Antarkan aku kesana!" ucapku keras, tak mau mengalah. Ia tak akan berani menolak permintaanku.
Dengan sigap gagah, ia memapah aku kesana. Memberi perhatian ekstra, takut kalau-kalau ada yang menyenggolku.
"Arah ruang Mbah Oneng.." suara Leo di telingaku.
Aku semakin bergegas kesana, Leo berusaha menyamakan langkah kami.
Orang-orang berkerumun.
Seonggok tubuh terkapar di lantai.
"Mbah Oneng!" teriakku.
Air mata menetes perlahan dari pelupuk mataku. Mengapa dia? Aku bahkan baru mengenalnya.

Kartu tarot bergambar burung hantu hitam, berada di samping tangannya, menghadap kepada Mbah Oneng.
Menyeramkan.
"Demi nona manis .." tulisan di samping kartu itu.
Aku mengejang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!