Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Senin, 27 Juni 2011

Bandung Citylight

Oleh : Jama'atun Rohmah (@MissRohmah)


Kirana tertegun menyaksikan pemandangan di bawahnya. Malam itu kota
Bandung menakjubkan dengan lampu-lampu berwarna biru, putih dan
keemasan yang dari kejauhan terlihat seperti manik-manik di hamparan
baju sutra hitam. Mestinya tidak hanya malam itu, tapi di malam-malam
lain juga jika cuaca cerah dan dilihat dari daerah atas seperti dari
Kafe Sierra. Sementara jika melihat ke atas, langit murni hitam tanpa
ada sepotong bulan pun yang menggantung di sana. Sempurna. Meskipun
hatinya tidak.
Ini adalah malam terakhir dia dan Fahri bersama. Kirana akan
melanjutkan kuliah S2 nya di Korea setelah aplikasi beasiswanya
mendapat persetujuan dari universitas terdekat. Dia memejamkan matanya
sebentar. Merasakan udara dingin yang menyergap tubuhnya.
Menghembuskan nafas berat beberapa kali. Kemudian dia menoleh, Fahri
masih di sampingnya, menatap ke citylight yang sama.
”Kamu ngga mau pulang? Besok ’kan harus mengejar pesawat pagi.”
”Sebentar lagi, aku ingin menikmati kota ini sebelum kutinggalkan.”
”Di Korea juga kamu akan menemukan pemandangan seperti ini.”
”Mungkin.”
”Pasti. Di sana daerah dataran tinggi juga, banyak spot semacam ini.”
”Tidak akan sama. Seoul bukan Bandung.”
”Tentu saja bukan, bodoh.” Fahri tertawa dan tangannya secara otomatis
mengacak-acak rambut Kirana yang tergerai tanpa satupun hiasan rambut
di atasnya. Kirana ikut tertawa sekaligus merasa hampa. Dia akan
merindukan Fahri. Dia akan merindukan momen semacam ini. Namun
cita-citanya juga tidak kalah penting. Dia ingin melanjutkan
kuliahnya, dan beasiswa itu tidak dia dapatkan dengan mudah. Dia
mengikuti kursus bahasa Korea selama 5 bulan dan 1 bulan magang di
restoran Korea untuk memperdalam pengetahuannya. Itu belum termasuk
berkali-kali mengikuti tes seleksi administrasi dan wawancara di
kedutaan Korea di Jakarta.
”Dan di sana tidak ada kamu.” suaranya tercekat di tenggorokan.
”Kenapa kalau tidak ada aku?”
Dengan sedikit hentakan nafas Kirana berhasil menguasai emosinya.
Suaranya kembali terdengar normal.
”Ngga ada yang bisa diajak ribut lagi. Ngga ada yang nraktir aku makan
dan menjadi sopirku keliling Bandung lagi.”
”Ngga sanggup menahan kangen, ya?”
”Ngga juga sih.”
Kirana memasukkan kedua tangannya ke saku jaketnya. Kembali menatap
citylight Bandung. Lalu berkata, ”Tapi itu ngga benar.”
”Apanya?”
”Tentu saja aku pasti kangen kamu. Dan aku pasti menderita di sana.”
”Lebay aja ya setiap hari.”
”Kamu bilang begitu karena kamu ngga akan kangen aku. Iya, kan? Dinda
pacarmu itu ada di sini. Kamu ngga mungkin mengingatku. Aku kan hanya
sahabat, itu juga ngga penting-penting amat.”
Kirana menatapnya sebentar, dan kecewa ketika Fahri tidak menjawabnya.
”Baiklah, antar aku pulang sekarang. Sudah cukup. Aku akan mengingat
Bandung Citylight seperti ini. Indah.”
Fahri menggandeng tangan Kirana ketika mereka keluar dari area kafe.
Kirana sedikit kaget karena Fahri tidak biasa begini, tapi dia diam
saja.
”Tentu saja aku akan merindukanmu, sekali-sekali. Lagipula kita masih
berada di bumi yang sama, aku bisa mengunjungimu kapan saja. Jadi aku
tidak akan menangisi kepergianmu.”
Kirana terpaku di tempatnya berdiri. Itu tadi Fahri yang berkata-kata?
Fahri yang biasanya memanggilnya gadis bodoh dan sebal kalau melihat
Kirana ada di dekatnya. Fahri sampai harus sedikit menyeretnya.
”Kamu bilang apa tadi?”
”Ngga ada siaran ulang.”
Ujarnya sambil terus berjalan, Kirana terpaksa sedikit berlari-lari
mengejarnya. Tiba-tiba hatinya terasa hangat.

5 komentar:

  1. *typo : terdekat. Seharusnya setempat. Maaf klo blm sempurna krn ngejar deadline bgt, cm setengah jam aja nulisnya. Hehe.

    BalasHapus
  2. Dan terimakasih utk Nadia Febrina yg bela2in bikin review kafenya kmrn. ;)

    BalasHapus
  3. Ending yg unik ttp blm bs mggambarkn crt didalamnya secara utuh. Msh perlu klanjutan krn 'hangat' yg dirasakan oleh Kirana masih dirasa absurd. Tx. Goodluck ^__^

    BalasHapus
  4. ngegantung endingnya terlalu niy cerita.... :(
    karena pertanyaan yang gak terjawab masih banyaaaak.... :)

    BalasHapus
  5. Sengaja dibikin gantung. Kan ini cm Flash fiction aja. Sepotong2 gitu. Tengkyu komentar saran n kritiknya. ;)

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!