Oleh Petjinta Kajoemanis
Ada satu saat di mana kita tidak tahu pasti apa yang dirasa. Ada saat di mana kita tahu apa yang dirasa, tapi tak tau bagaimana harus membaginya dalam kata.
Maka, bila pertanyaan ini terlempar padaku saat ini, mungkin hanya ada senyum. Cukup senyum, tanpa kata. Bahkan bukan senyum yang terlihat, tapi senyum yang terasa. Hati yang tersenyum, dan saat itu pula hati berkata
"Hari ini aku senang."
Maka selanjutnya kamu akan bertanya, "Kenapa?"
Karena aku merasakan ada aura indah dari seseorang. Dan kemudian pertanyaan berlanjut, karena siapa? Kalau pikiranmu melayang ke seseorang yang mencuri hatiku, salah. Terlalu sempit pikiranmu kalau kamu berkata seseorang itu adalah seseorang yang bertamu di hati terdalam.
Tidak.
Mungkin orang yang membuatmu tersenyum saat ini adalah orang yang tidak pernah sedetikpun terlintas dalam pikiran, bahwa dia adalah orang yang istimewa. Tidak harus mengambil hatiku untuk membuatku senang. Tidak perlu ada manis cumbuan untuk sebuah senang.
Hanya sebuah senyum tulus dengan aura positif yang terpancar. Itu cukup.
Tapi apakah mudah melahirkan senyum dan aura seperti itu? Mungkin untuk beberapa orang itu hal mudah, tapi bukan tidak mungkin jadi sulit. Mungkin aku tahu kuncinya.
Hati yang bersahaja.
Hati yang terbangun dari kumpulan partikel kecil yang penuh rasa syukur. Hati yang tahu di mana sejauh mana meletakkan impian dari bayangan dirinya. Dan ketika rasa itu sudah erat berselimut di bawah sadarmu, kamu bisa melahirkan senyum-senyum yang sama seperti senyumku hari ini. Dan partikel-partikel kecil dalam tubuhku itu kali ini bersyukur dan berkata,
"Terima kasih, aku punya kamu."
...
*terima kasih teman untuk menyunggingkan senyum hari ini untukku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!