Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Senin, 16 Agustus 2010

Auro Dan Bintang

Oleh : Khoirunnisa Aulia Noor Haryopranoto

http://ullydancoretan.blogspot.com


sambil menghirup bau tanah sehabis hujan, auro menyusuri jalan setapak menuju bangku favoritnya di taman dekat rumahnya. Letaknya yang tersembunyikan oleh semak yang cukup tinggi membuatnya nyaman berada disana. Bangku tersebut menghadap ke jalan raya, diseberangnya ada sebuah rumah sakit ternama. Namun kembali bangku itu tertutup oleh daha pohon yang sangat besar. Di dekatnya ada sebuah lapangan basket yang sudah lama tak dipakai. Sambil menebar senyum manisnya auro terus berjalan sembari menenteng laptopnya yang sesekali ia ayun-ayunkan.

“ah, untung kosong” gumamnya seraya duduk di bangku favoritnya itu. Bangku yang menjadi tempat pertama kali auro bertemu dengan irsal tepat setahun yang lalu. Saat iya bertemu dengan seorang lelaki yang mengisi hari gelapnya.

*****

Sabtu, 3 january 2009

Auro melangkahkan kaki kecilnya ke belakang semak di taman itu. Namun ia tersentak saat sampai, ada seorang laki-laki yang -menurutnya- seumuran dengannya.

“mmm, maaf, mmm, boleh saya duduk sini ?” tanya Auro pada lelaki tersebut
“oh iya, silahkan. Selagi kosong”jawabnya. Auro lantas duduk di samping lelaki tadi. Dengan cepat auro membuka laptopnya dan mencoba menulis cerpennya. Cerpen yang harus dikumpulkan 2 minggu lagi. Cerpen buatannya yang tiap taun membuat namanya dipanggil oleh kepala sekolah saat upacara pertama masuk sekolah. Karena cerpen tersebut memenangkan sebuah lomba. Dan kini untuk ketiga kalinya Auro menyertakan dirinya dalam lomba tersebut. Namun naasnya ,Auro belum mendapat ide untuk tema cerpennya kali ini.

“Irsal” kata laki-laki tadi sembari mengulurkan tangan kanannya. Namun Auro hanya terdiam memasang muka heran -dan sedikit takut-
“Mirsyal Rahaditya panggil aja irsal, kamu?” ulang lelaki tadi
“nama aku ?” tanya Auro dan disambut anggukan dan senyum manis lelaki itu.
“Venya”jawab Auro enggan menyebut nama panggilan aslinya
“Auro?” tanya Irsal. Auro tersentak Irsal mengetahui nama panggilan aslinya. Seperti bisa membaca pikiran Auro, Irsal langsung memperjelas
“tertera di laptopmu” katanya sambil menunjuk bagian bawah keyboard laptop Auro.
“Auro Venya Putrizalian” kataku seraya menjabat tangan irsal.
“aku boleh panggil Auro,kan ?” tanyanya yang di sambut anggukan Auro.
“sedang apa ?”tanya irsal ramah ,bahkan teramat ramah untuk seseorang yang baru dikenalnya
“menulis cerpen untuk lomba minggu depan” jawab Auro sambil terus mantengin laptopnya.
“boleh aku jadi pembaca pertama ?” tanya irsal. Seperti dihipnotis, Auro memindahkan laptopnya ke pangkuan irsal. Entah apa yang membuat Auro begitu percaya pada irsal. Selanjutnya mereka berbincang. Irsal ternyata suka dengan karya Auro yang baru sebagian itu. Dan beberapa karya Auro yang lain. Yang dengan sedikit memaksa, irsal minta untuk ia baca juga. Begitu akrab mereka berbincang. Layaknya sepasang sahabat yang sudah lama berteman. Canda tawa menghampiri mereka. Namun waktu pula yang memisahkan. Senja menyapa, pertanda bulan hendak datang.

*****

Minggu, 4 january 2009

siang itu Auro kembali melangkahkan kaki mungilnya ke tempat favoritnya. Sampai di balik semak itu ia langsung duduk dikursi, membuka laptop dan langsung meneruskan cerpen kemarin. Hari ini Irsal janji akan datang. Untuk membantunya membuat cerpen. Tak dianya ternyata irsal memiliki imajinasi yang cukup tinggi Irsal berhasil menyambung satu babak dalam cerpen buatan Auro kemarin. Dan hasilnya ?cukup memuaskan. Kini cerpen bertema pembunuhan itu sudah setengah jalan. Memang masih banyak yang perlu di perbaiki. Selagi asik mengetik tiba-tiba Auro dikejutkan dengan sepotong kue tart blueberry dengan sebuah lilin di atasnya. Auro menengokkan kepalanya, Irsal tepat berdiri di belakangnya.

“siapa yang ulang tahun sal?” tanya Auro sedikit heran
“ya akulah ro, mana aku tau ulang taun kamu kapan.”jawab iral enteng dan sedikit tengil
“terus ngapain ngasih suprise gini?”tanya Auro lagi
“ih, ge-er banget sih. Aku cuma mau bagi sedikit kue aku ku kamu. Kalo kamu ga mau yaudah”jawabnya lagi ,kali ini lebih tengil dari sebelumnya
“engga ah ,aku mau nyelesein cerpen ini dulu” jawab Auro tak kalah cuek -sok cuek tepatnya-
“ayolah ro, kamu udah kerja daritadi. Dan tadi malem pasti kamu juga tidur malem deh. Ga ada salahnya kan?” pinta Irsal dengan -harus diakui- muka yang ganteng. Auro tak lagi dapat mengelak. Ia-pun mengangguk. Irsal mengeluarkan korek dari kantung celananya.
“tapi aku mau kamu nyanyi dulu buat aku, itung-itung kado!” kata irsal lagi. Auro yang memang gemar menyanyi dan suaranya dapat diacungi jempol itu tak menolak. Auro menyanyikan lagu matahari-chrisye disusul dengan lagu selamat ulang tahun. Irsal termengu mendengar suara merdu Auro.

“sal! Tiup dong lilinya!” sentak Auro
“eh,iya” kata irsal seraya memejamkan mata lalu meniup lilinnya. “nah sekarang kita makan dulu deh yaaa” katanya kemudian

lalu Auro dan Irsal pun terhanyut dalam suasana yang cair. Mereka makan kue tart sambil tetap meneruskan cerpen Auro. Sesekali Auro meminta pendapat Irsal tentang cerpennya. Irsal memang tidak membantu secara langsung. Karena ini adalah cerpen untuk lomba jadi ia hanya memberi saran kepada Auro.

“sal, judulnya apa yah ?” Tanya Auro
“ah judulnya nanti aja ro, yang penting jadi dulu deh” saut Irsal
“tapi sal--” ucapan Auro terpotong dan di sambut teriakan dari Auro “IRSAAAAAAAAAAAAL” irsal mengoleskan sedikit krim kue di tangannya ke muka Auro. Auro langsung mengejar Irsal. Namun itu tak berlangsung lama. Irsal berhasil ditangkap oleh Auro dan mereka pun tertawa terbahak-bahak sambil ngos-ngosan.

“Kamu punya asma ya ro?”tanya irsal
“iya, ko tau?” balas Auro tapi irsal hanya diam membisu lalu menatap langit.

Mereka duduk tepat di bawah bangku taman mereka. Meghadap jalan raya yang terhalang pohon besar. Namun dari sudut mereka jelas terlihat bangunan rumah sakit. Bahkan beberapa kamarnya dapat dipantau dari tempat mereka. Terlihat seorang suster keluar dari kamar menuju teras. Tak lama kemudian suster itu masuk lagi . Setelah itu beberapa dokter keluar dari pintu yang sama. Lalu mereka masuk lagi. Auro dan irsal hanya bisa saling menatap lalu kembali terbahak melihat hal itu. Sambil sesekali mengomentari hal yang barusan di liatnya di sela tawa mereka.

*****

Hari-hari Auro berikutnya diisi oleh hadirnya sosok irsal dikehidupannya. Cerpenya pun semakin berjalan mulus. Kadang kala irsal dan auro berdebat karena berbeda pendapat. Namun biasanya langsung akur lagi karena kejailan dari irsal. Pernah suatu hari, Auro benar-benar kesal dengan Irsal. Irsal memaksa idenya sangat bagus dan harus dimasukan dalam cerpen tersebut. Namun bila ide tersebut dimasukan itu berarti akhir cerita dari cerpen itu harus diganti. Auro tidak mau bila akhir dari ceritanya di ganti. Sementara irsal kekeuh dengan pendapatnya. Mereka pun bertengkar. Namun sekali lagi, karena jailnya irsal ,auro kembali mencair. Namun perlu waktu sehari untuk membuat auro cair kali ini. Karena auro tampaknya benar-benar kesal.

*****

Kamis, 8 january 2009

Auro telah terduduk manis dibawah bangku taman. Sambil mengemil ia teruskan menulis cerpen yang 7 hari lagi harus dikumpulkan. Ternyata ada perubahan dari panitia. Cerpen paling lambat di kumpulkan tanggal 15 january 2009. karena pengumumannya akan di adakan pada tanggal 17 january 2009. Auro semakin gencar dan rajin mengerjakan cerpen tersebut. Memang cerpen maksimal hanya 5 lembar, namun Auro ingin kata-kata yang terbaik yang ada di cerpennya. Maka sering kali Auro merombak cerpen yang sudah hampir jadi itu.

Duk...duk...duk...

Auro tersentak lalu mengangkat kepalanya. Irsal telah berdiri di hadapannya. Sambil memainkan bola basket.

“Auro, main basket yu!” ajak irsal
“aduh sal, cerpennya harus dikumpulin 7 hari lagi. Harus banyak yang di edit nih”jawab Auro
“sebentar aja deh” paksa Irsal seraya menyeret tangan Auro.

Mereka pun bermain basket di lapangan dekat bangku mereka. Gelak tawa setia temani mereka. Suatu waktu Auro lelah dan memilih istirahat. Dari pinggir lapangan ,Auro memperhatikan Irsal yang masih saja bermain basket. Tubuhnya yang tinggi membuatnya mudah untuk memasukan bola ke ring. Tubuhnya memang tidak atletis, namun pergerakan bermain basketnya menunjukan ia memang mengerti basket. Tak lama irsal pun bergabung dengan auro duduk di pinggir lapangan. Mereka pun berbincang. Dari perbincangan itu Auro tau, irsal memang seumur dengannya. Ia sekolah di High school international. Dan benar dugaannya. Irsal memang seorang kapten basket di sekolahnya. Ia memilih jurusan ipa, itu cukup menandakan bahwa ia adalah anak yang cukup pintar.
Hari ini Irsal menemani Auro hingga larut. Auro ingin menyelesaikannya hari ini juga karena esok iya akan pergi ke bandung dan baru pulang hari senin 12 january 2009. setelah selesai menyelesaikan cerpennya. Mereka menikmati malam yang penuh dengan bintang dan sinar bulan itu

“Auro, liat gugusan bintang itu” kata irsal seraya menunjuk satu gugusan bintang
“emang kenapa?” tanya Auro cuek
“itu namanya istana bintang. Di dalamnya banyak harapan yang akan dikabulkan. Istana bintang juga bisa jadi apa yang kamu mau. Istana bintang adalah gugusan yang paling aku suka. Mereka selalu terang. Lebih terang dari yang lain. Bahkan ketika yang lain ga muncul, istana bintang tetap ada” saut irsal menjelaskan namun Auro hanya diam saja
“Auro mau jadi bulan irsal ga ?” tanya Irsal polos
“emang kenapa?”tanya Auro
“Irsal mau jadi bintang yang selalu setia sama bulan”kata irsal lagi
“yaudah kalo gitu irsal bintangnya Auro ya”kata auro yang disambut senyum manis

*****

Selasa, 13 january 2009

Auro berniat menyelesaikan hari ini. Siang ini Aura berjalan ke tempat favoritnya itu. Sudah ada irsal yang menunggunya disana. Iyapun langsung meneruskan cerpen yang sebenarnya sudah selesai itu. Namun Auro tetap masih ingin mengedit beberapa kata dari cerpennya.

“sal judulnya apa dong ?”tanya Auro
“iya sedang aku fikirkan,tidakkah bisa kau lihat, otakku sedang berputar dengan cepat karena memikirkan judul itu” jawab irsal sambil bercanda. Auro hanya meladeninya dengan tertawa ringan sembari membereskan laptonya. Sore ini Auro harus kerumah sakit. Menebus obat asmanya yang sudah habis itu. Ia tidak mau harus kambuh dulu penyakit menyebalkannya itu baru membeli obat lagi.

“sal, mikirnya jangan kekerasan. Mukanya ampe pucet gitu sih” sela Auro
“hah?pucet ya ?haha aga ga enak badan nih” sambar irsal
“oooh ,pantesan daritadi diem aja ga jail haha” guyon Auro memancing gelak tawa Irsal disusul batuknya.
“sal ,aku pulang dulu yah. Ada urusan” kata-kata Auro membuat irsal berhenti terbatuk.” Besok judulnya udah ada ya, aku tunggu” lanjut Auro seraya berlalu dari hadapan irsal. Irsal pun pergi meniggalkan tempat itu.

*****

Sore ini Auro pergi kerumah sakit untuk menebus obat. Saat sedang menunggu namanya di panggil, sebuah kasur dorong khas rumah sakit lewat. Tampak akan menuju ruang operasi. Kasur itu lewat didepan Auro tepat ketika ia di panggil untuk masuk dalam ruangan dokter. Auro bangkit dari temat duduknya. Ia sempat melihat sebentar kearah kasur tadi. Kasian orang tadi. Pucat pasi mukanya. Entah sakitnya apa. Mungkin sudah parah. Auro pun masuk ke ruang dokter. Sedikit berbincang lalu ia keluar dengan obat asma di tangan.

*****

Rabu 14 january 2009

Auro sudah hampir satu jam menunggu Irsal di tempat mereka. Namun Irsal tak kunjung datang. Entah apa yang membuatnya telat begitu lama seperti ini.
2 jam
3 jam
hingga petang pun menjelang. Senja menyapa Auro pertanda bulan akan segera datang.
tak ada tanda-tanda kehadirannya. Akhirnya Auro kesal dan beranjak hendak pulang. Saat ia bangun dari duduknya, selembar amlop jatuh dari kursi. Karena penasaran ia memungutnya. Tertera nama Auro dalam amplop itu. Lalu auro membukanya

Auro Venya Putrizalian ;)
maaf bikin kamu nunggu dan mungkin kecewa (haha pede banget ya gua)
aku cuma mau berterimakasih kamu mau jadi temen aku mmm ,seminggu lebih ini. Yah walau hanya sebentar saja. Masalah judul cerpen mu itu, bagaimana kalau 'cerpen awal tahun' saja. Aku fikir itu bagus untuk membuat orang-orang penasaran dan ingin membacanya. Aku yakin cerpen kamu bakal menang lagi. Nanti kalo menang ,hadiahnya bagi-bagi yah :D

Auro,
Maaf ya aku sering jailin kamu
maaf ya aku sering bikin kamu kesel
maaf ya aku sering maksain kehendak aku
maaf ya aku bikin kamu nunggu demi aku
maaf juga aku ganggu hidup kamu
maaf aku maksa kamu masuk dalam hidup aku
maaf aku harus ninggalin kamu

makasih udah warnain hari-hari aku yang tinggal dikit
makasih mau maen basket sama aku
makasih karena kamu udah bikin aku punya semangat hidup
makasih udah percaya sama aku buat bantu cerpen kamu
makasih udah mau jadi temen aku
makasih udah ngasih kebahagiaan paling berharga yang pernah aku rasain
makasih kamu udah bikin aku seneng dengan nurutin saran aku buat cerpen kamu
makasih kamu bikin aku ngerasa berguna hidup
makasih udah ngubah hidupku yang flat
makasih udah jadi satu-satunya orang yang bisa bikin aku ngalah
makasih udah mau jadi bulannya Irsal
makasih udah jadiin irsal bintangnya kamu

jangan berubah jadi bulan. Irsal cuma mau jadi bintang, dimana kamu jadi bulannya
titip istana bintang ya.
Kalo kamu mau ketemu aku, liat aja istana bintang. Aku ada disalah satu bintang dalam istana bintang


*****

Senin 4 january 2010

Miryal Rahaditya ,nama itu terukir d pohon besar penghalang jalan raya. Hingga kini Auro ga tau siapa Irsal sebenernya. Info yang di dapet dari pencariannya hanya memberitahu bahwa Irsal udah pergi untuk selamanya. wilson desease telah menggerogoti tubuhnya bahkan. Auro sempet berkenalan dengan keluarganya namun kini keluarganya pindah Amerika. Sambil meneteskan air mata Auro tersenyum. Diketik namanya di bawah cerita yang dia tulisnya. Setelah sukses tahun lalu dengan 'cerpen awal tahun'nya kini ia mengangkat kisahnya dengan Irsal untuk lomba tahun ini.
Sambil memandang istana bintang, ia meneteskan air matanya...

“Ro, jangan ngelamun dong” sapa seseorang tibatiba
“hey Dit..” sapa Auro ,adit adalah kaka angkat Auro. Sore ini ia baru pulang kerja. Name takenya masih tercantum di bajunya. Tak sengaja Auro membacanya
MOH. RAHADITYA IRSAL

*cerita ini berlanjut ke “Auro dan Bintang kedua” masih dalam tahap penyelesaian

5 komentar:

  1. hmm ... kayaknya bakal jadi cerita yg sedih,jadi penasaran tunggu kelanjutannya.Ayo,ayo cepat ditulis ya!hehe...:))
    usul nih,ttg naming(penamaan tokoh),kalau tidak membawa unsur religi yg dalam,gimana kalau pakai nama yg ringan saja,jadi si Irsal namanya:Raditya Irsal,tanpa Moh(maksudnya Mohamad kan?).Dengan begitu,kamu bisa lebih bebas mengutak-atik si Irsal ini.

    BalasHapus
  2. makasih usulnya ,kayanya ada benernya juga deh naming penting juga ternyata :) makasih yaaaa

    BalasHapus
  3. oiya maaf buat admin dan semuanya,yang ini judulnya Auro dan Bintang bukan Auro dan Bintang Kedua .makasiih

    BalasHapus
  4. Sedikit koreksi : rasanya penulisan yg benar 'name tag' bukan 'name take'? cmiw

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!