Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Jumat, 20 Agustus 2010

Monolog Kematian


Oleh Edy Suwito (@eswlie)

http://sincerely-esdoubleu.blogspot.com
Tema interpretasi lagu; Jay Chou’s Ye Qu (Nocturnes), album November’s Chopin. 



Engkau tahu, aroma malam selalu mengingatkanku padamu. Bau air hangat dan secangkir teh manis. Semacam aromaterapi yang menghanyutkan aku ke masa silam. Dan ketika bulan di luar sana penuh, cahayanya yang cemerlang adalah melodi yang ingin kusematkan di telingamu. Irama yang selalu menggerakkan jemariku mencaricari tangga nada.

Malam ini, lagilagi purnama penuh. Bebayang rindu yang menggigit mimpi itu terasa begitu menghimpit. Dan pada akhirnya, hanya sisa bisu yang mengalun dari tuts pianoku. Seperti permainan pantomim yang lama kehilangan jejak cerita. Maka kupakaikan mantel hitamku, melangkah keluar. Barangkali ada soneta purnama atau serenada malam yang kembali menyanyikan suarasuara sebilah hati yang pecah dan cinta yang terampas dan terhempas.

*

Di luar, angin bertiup sepoi. Jejalanan sepi dibuai mimpi. Kamu tahu? Aku rindu menggenggam jemarimu. Aku rindu masa ketika kita berlari di sepanjang kelam, tertawa mengejek hantuhantu masa lalu, dan berlomba dengan waktu. Kamu yang keras kepala selalu ingin memenangkan lomba. Kamu tak ingin percaya bahwa hidup hanya menunda kekalahan..

Aku selalu tertinggal. Pada akhirnya, aku tak hanya kalah oleh waktu. Tetapi juga olehmu. Adakah keabadian itu sesakit apa yang kurasakan sekarang? Semenyeramkan semutsemut merah yang mengerubungi sesuatu dan segamang sepi yang menggoresi kehampaan?  Ataukah senyata sayapsayap malaikat yang tercerabut, lalu jatuh tersesat ke belantara gelap?

*
Di depan gerbang itu, aku berhenti. Purnama masih membulat. Langit telah indigo, sedang atmosfir masih berselimutkan dingin pekat. Kabut kelabu mengaburkan pandangan, tetapi tidak menyamarkan batasbatas kedua dunia.

Ada bebayangan pohon memanjang di semen, seperti berlomba-lomba menggapai subuh. Satu dua dedaunan yang jatuh tersapu perlahan. Sekumpulan gagak yang bertengger serupa nazar hitam yang tengah terdiam. Hening pemakaman menggema, memekakkan telinga.

Fotomu tersenyum.
Namamu terukir rapi di pusara, seperti barisbaris font yang kupakai untuk melukiskan cinta yang terlambat disesali.
Aku rindu pada merah bibirmu yang ranum. Pada kenangan yang masih terasa hangat dan intim.
Udara terasa sesak.

Engkau tahu, melihatmu di sana, yang mendadak terasa begitu jelas adalah perbedaan perasaan rindu mencinta dan dendam yang meremuk.  Dan yang mengabur adalah air mata…

“Apa kabarmu, di dunia sana?”

@eswlie untuk @writingsession
http://sincerely-esdoubleu.blogspot.com
Tema interpretasi lagu; Jay Chou’s Ye Qu (Nocturnes), album November’s Chopin.
Liriknya bisa dilihat di sini:
Lagunya bisa didengar di sini:
http://www.youtube.com/watch?v=pQgw14Tpd4k








2 komentar:

  1. Awesome! Deskripsi tentang malamnya aku suka. Sangat menggambarkan gimananya rasanya kehilangan dan kesendirian. Gak sempet baca judul, jdi rada kaget sama endingnya.

    Btw, ada saran dariku, tambahin tanda strip or whatever it is, kayak di "barisbaris" "semutsemut". Anehnya di "berlomba-lomba" malah ada. Sengaja kah?

    BalasHapus
  2. @Dhyn, terima kasih ya. Soal tanda baca itu, memang sengaja sih. :) Tapi catatannya noted deh, next time diperbaiki.

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!