Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Minggu, 22 Agustus 2010

Dongeng Yang Tak Usai

Oleh : Khoirunnisa Aulia Noor Haryopranoto (@auliaully)
http://ullydancoretan.blogspot.com


Malam ini seperti biasa, bunda membacakan sebuah cerita. Dongeng tepatnya. Ini dongeng kesukaanku, cerita tentang seekor burung yang mencari adiknya. Suatu hari, ibu burung memerintah si kakak untuk menjaga adiknya. Saat sore datang, sang kakak memandikan adiknya. Dengan air panas. Hingga sang adik kepanasan dan mati. Sejak saat itu burung tersebut selalu berteriak ‘diiiiiiiiku’ yang kata bunda artinya adalah adikku.

Pagi ini Zeta berulang tahun ke 14, kebiasaannya dibacakan dongeng masih saja melekat. Bunda selalu saja sempat membacakan walau baru pulang pukul 9 malam dari dinasnya. Bunda Zeta seorang dokter. Kepala rumah sakit Zetalini. Ya rumah sakit itu memakai nama Zeta.

“Zetaa, selamat ulang tahun sayaang” ucap bunda seraya memeluk Zeta

“makasih ya bundaaa” jawabnya

“siang ini kita makan siang bareng ya, nanti bunda sama ayah jemput kamu kesekolah”

“tumben ,emang lagi gasibuk?”

“yaaa buat hari ini spesial deh” jawab bunda meyakinkan

Siangnya...
Sepulang sekolah Zeta langsung mencari mobil sedan silver berplat 222 di halaman sekolahnya. Begitu menemukannya ia langsung masuk dan tersenyum pada bunda dan ayah

“mau makan dimana kita yah?” tanya Zeta

“buru-buru banget, ganti baju dululaaaah, tuh udah dibawain baju” ujar bunda. Zeta pun mengambil baju disampingnya dan kembali kelur mobil menuju kamar ganti sekolahnya. Tidak lama kemudian ia kembali.

“udah bun, berangat yu” ajak Zeta. Mobil pun dijalankan

“Zeta, nih ,bunda punya hadiah buat kamu” kata bunda ditengah jalan.

“apa nih? Zeta buka ya?” tanpa menunggu persetujuan Zeta membuka kotak ditangannya. Sebuah kotak musik cantik tergeletak didalamnya. Zeta sangat senang. Kotak musik ini terbuat dari kayu sangat klasik. Ada foto bunda bersama Zeta di salah satu sisi yang berdiri saat dibuka.

Malamnya, Zeta sudah siap tidur saat bunda masuk dan ,seperti biasa membacakan dongeng untuk Zeta. Zeta sangat menikmatinya. Ini tahun terakhir ia bisa mendengar dongeng itu tap malam. Karena Zeta sudah berjanji pada Bunda saat umurnya sudah 15 tahun ia tidak lagi akan meminta dibacakan dongeng.

Dongeng belum selesai dibacakan. Handphone bunda berdering ,bunda berjalan menjauh. Tidak lama kemudian kembali dengan muka cemas.

“bunda dapat pasien, dia butuh pertolongan bunda. Bunda janji akan meneruskan dongeng ini setelah bunda kembali” urai bunda sedikit kecewa.

“pasien bunda sakit apa?” tanyaku pnuh rasa ingin tahu.

“jantung” singkat lalu berlalu. Bunda pergi begitu saja

Aku tetap menunggu bunda kembali. Bunda janji akan melanjutkan dongeng itu setelah ia kembali.

1 jam


2 jam

Mata Zeta mulai mengantuk, bunda belum kunjung datang. Mungkin pasiennya masih butuh bunda. Pasien itu pasti jauh lebih membutuhkan bunda daripada aku. Fikir Zeta. Zeta pun tertidur.

Paginya Zeta terbangun, buku dongeng masih tergeletak disamping tempat tidurnya. Mungkin bunda terlalu cape tadi malam hingga tidak sempat menengok ku. Zeta keluar kamar. Sepi. Bahkan ayahnya tidak terlihat. Padahal ini hari minggu.

Zeta beranjak mandi dan sarapan. Selesai sarapan, ayah masuk lewat pintu utama.

“ayah darimana?” tanya Zeta. Mata ayah sembab, ayah diam. Tidak menjawab pertanyaan Zeta. Hanya menarik tangan Zeta untuk mengikutinya. Zeta dibawa kerumah sakit.
Malam itu, bukan tahun terakhir Zeta dibacakan dongeng oleh bunda. Malam itu bahkan malam terakhir bunda membacakan dongeng untuk Zeta. Kotak musik itu kado terakhir bunda untuk Zeta. Makan siang itu kali terakhir Zeta makan bersama bunda. Bunda pergi. Dan tidak kembali seperti janjinya untuk melanjutkan dongeng yang belum ia selesaikan. Bunda pergi, bahkan tanpakecup sayang dipipi Zeta sebelum ia tidur. Seperti biasanya.

Mobil yang bunda kendarai tertabrak truk pengangkut barang. Supirnya tampak terlihat mabuk dan mengantuk. Zeta sempat mengamuk pada ayah. Namun ia kembali sadar, takdir itu Tuhan yang mengatur. Dan sejak malam itu, dongeng yang belum selesai dibacakan hanya terkubur dalam ingatan Zeta. Mungkin suatu saat di tempat sana nanti, bunda akan melanjutkannya ,untuk Zeta. Untuk anak tersayangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!