Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Jumat, 22 April 2011

Aku Memilih Ali

oleh: @hajarhajir

Ada pemandangan berbeda yang aku lihat setiap dua sahabatku pulang kampung saat lebaran. Ali tetap seperti sahabatku yang dulu. Dari cara berpakaian tetap gaya pakaian orang kampung yang seadanya. Tingkah lakunya pun tak berubah, selalu senyum dan ramah menyapa siapapun yang ada didepannya. Berbeda sekali dengan Dino. Tampak luarnya saja sudah terlihat perubahan apa saja yang terjadi padanya. Model pakaiannya cukup bervariasi layaknya anak muda kota yang sering aku lihat di televisi. Gayanya pun sudah berbeda. Dino selalu menenteng handphone keren kemana-mana. Saat berbicara denganku pun Dino lebih sering menatap layar handphonenya dan jari jemarinya menari lincah disana. Seolah tak ada aku dihadapannya. Satu sisi aku kurang suka dengan sikap Dino saat ini, tapi dilain sisi sebenarnya akupun penasaran apa yang sedang dimainkannya. Terlihat sangat mengasyikan sampai aku dianggap angin lalu saja. Aku pun jadi ingin memilikinya.
Apa yang sebenaranya terjadi pada mereka. Pergi bersama-sama, tapi pulang dengan hasil yang berbeda. Melihat perbedaan itu membuat aku mengambil kesimpulan sendiri, kalau Ali adalah salah satu perantau yang gagal, sementara Dino adalah perantau yang sukses. Hmm…jika aku merantau nanti, aku ingin seperti Dino, tak ingin seperti Ali yang tak ada perubahan sama sekali.
Ali dan Dino adalah sahabatku di kampung. Lulus SMA kami sudah sepakat untuk bersama-sama merantau ke kota untuk mencari pekerjaan di kota. Tapi sayang, saat waktu itu tiba, aku tidak bisa ikut pergi ke kota. Saat itu Ayahku sakit keras, jadi dengan berat hati aku memilih untuk tinggal dikampung mengurusi Ayahku daripada mengikuti mereka di Jakarta. Dan kini, saat mereka ingin kembali ke Jakarta, akhirnya aku bisa ikut dengan mereka.
Sesampai di Jakarta, aku bingung harus ikut dengan siapa. Aku kira mereka satu tempat tinggal. Ternyata tempat kerja mereka berbeda satu dengan yang lain. Karena jarak yang cukup jauh, setelah sekian bulan tinggal bersama akhirnya mereka memilih berpisah untuk mencari tempat tinggal yang dekat dengan tempat mereka bekerja. Melihat Dino yang sepertinya lebih sukses dari Ali, aku pun akhirnya memilih untuk tinggal bersama Dino terlebih dahulu.
Akhirnya aku sampai di sebuah kamar kontrakan sempit di tengah pemukiman padat penduduk. Disinilah Dino tinggal. Sungguh sangat berbeda dengan gaya Dino swaktu mudik dikampung yang terlihat seperti orang yang telah sukses.
“Inilah tempatku di kota ini, gak usah kaget. Aku memilih tempat ini karena murah. Uangnya kan buat menikmati kota. Kenikmatan yang gak pernah ada di kampung, selagi masih muda, belum ada tanggungan,” jawabnya panjang lebar saat aku tanya alasannya memilih tempat ini.
Dua hari disana, aku sudah merasa tidak betah. Sebagai seorang Office Boy dengan gaji pas-pasan, aku melihat gaya hidup Dino terlalu berlebihan. Uang hasil kerjanya bukannya ditabung atau dikirim ke kampung, malah digunakan untuk bersenang-senang. Aku sangat terkejut dan kesal saat Dino mengajakku ke sebuah diskotek. Tidak hanya itu, Dino pun mabuk-mabukan disana. Yang membuat aku kesal, uang yang tidak sedikit itu dihamburkan begitu saja. Padahal aku yakin uang sebanyak itu kalau dikirim kepada kedua orangtuanya dikampung pasti sangat berharga. Sungguh aku tidak menyangka Dino bisa berbuat demikian.
Setelah beberapa hari tinggal di kontrakan Dino, aku minta diantarkan ke kontrakan Ali. Kontarakan Ali tak jauh berbeda dengan kontrakan Dino. Satu hal yang membuat aku terkejut saat memasuki kamarnya adalah tumpukan buku yang berserakan yang membuat kamar itu semakin sempit terlihat. Aku semakin terkejut saat mengetahui kalau Ali saat ini sedang kuliah. Setelah pagi hingga sore bekerja sebagai Office Boy, malamnya Ali menyempatkan diri untuk kuliah walau dengan banyak keterbatasan. Jadi ini lah jawaban atas pertanyaanku selama ini. Ali memilih untuk menghemat uangnya dan menjadi diri sendiri demi sebuah masa depan yang indah nantinya. Tak peduli penampilannya saat ini, yang terpenting adalah adanya sebuah masa depan cerah yang akan segera diraihnya dimasa depan.
Ali dan Dino benar-benar berbeda. Pilihanku pun kini berbeda, aku memilih ingin mengikuti jejak sukses Ali saja dibanding Dino.

3 komentar:

  1. waaah selamat ya jd BTON .. ceritanya bagus dan memang layak untuk itu hehe

    BalasHapus
  2. Makasih dah mampir :)
    Salam kenal

    BalasHapus
  3. Hajir... Semangat... moga menang :D

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!