Oleh Nara Pratama (@nrprtm_)
Maret, 2011
Lima minggu sudah ia meninggalkan Ibukota, dan lima minggu pula ia menghabiskan waktu bersenang-senang, bermabuk-mabukan, berhura-hura. Kini ia tiba pada titik jenuh, dan mulai merindukan kembali kesibukan di Ibukota, sebelum mengambil keputusan untuk berpindah ke kota ini.
"rapihin tuh idup" ujar salah satu dari mereka.
Ia berpikir sejenak, dan kembali mengabaikan apapun saran orang lain tentangnya. Kesehariannya hanya duduk didepan monitor, mencoba mengerjakan sesuatu, namun semuanya tak kunjung terselesaikan. Kamarnya berukuran 5x6 meter, tanpa ranjang. Lantainya hanya berlapiskan karpet dan bed cover sebagai alas tidurnya, dan barang-barang didalamnya berserakan, berantakan. Terdapat dua jendela disana, dan temboknya berwarna putih, namun akan berganti menjadi jingga dikala mentari mulai menyinari jendela, membiaskan warna dari tirai coklatnya. Sudut-sudut ruangan terisi dengan kehadiran 2 buah koper berisikan pakaian kotor sebagai pemanis ruangan. Semuanya tampak sempurna untuknya, terlihat indah pada tempatnya.
Sepanjang malam ia menghabiskan waktunya untuk menggunakan fasilitas media sosial melalui internet, berbincang-bincang, bertatap wajah melalui video call bersama teman dunia mayanya, dan mulai tertidur antara pukul 6 hingga 8 pagi, dan terbangun di siang atau sore hari. Setelah terbangun ia tidak memutuskan untuk mandi, namun lebih memilih untuk menyeduh secangkir kopi, menghisap sebatang rokok, dan melamun. Ia menamai keadaan ini dengan sebutan "Mengumpulkan nyawa", mengumpulkan ingatan akan semua yang terlewati disaat terlelap, mengingat-ingat apa yang disaksikan didalam mimpinya.
Terkadang ia menghabiskan kesehariannya berkeliaran di pantai, berkenalan dengan penduduk lokal maupun turis asing, menyelam dan tergulung ombak dipermukaan laut, tertarik arus, lalu kesulitan untuk kembali ke daratan. Berbotol-botol gelembung emas diteguknya setelah kelelahan bergelut dengan lautan, dan diatas pasir putih, ia memandang mentari yang terbenam indah sambil berucap sedikit doa dan rasa syukur untuk hari-hari yang telah dilaluinya.
Amin.
-
Oktober 25, 2009 - April 14, 2011
Malam ini ia menangis setelah membuka folder lama dikomputernya. Ia pandangi sosok wanita yang cantik, bijak, penuh ketegaran, namun sekarat. Foto-foto disaat mereka masih bersama, merayakan ulang tahun ayahnya yang ke-54 dirumah sakit, ada juga foto disaat mereka melakukan perjalanan domestik bersama, dan foto mereka memandang matahari terbenam dari sebuah restoran diatas tebing, yang mana foto tersebut adalah momen terakhir mereka untuk memandang terbenamnya mentari, bersama-sama.
Ini pertama kalinya ia berani membuka kenangan-kenangan lama yang pahit namun indah tersebut, ini pula pertama kalinya ia yakin untuk merelakan kepergian wanita tersebut, dimalam itu, pukul 23:23, Oktober 25, 2009.
Ia berharap untuk dapat kembali ke masa itu, walaupun ia tahu pada akhirnya wanita tersebut akan pergi meninggalkan kenangan yang mendalam. Ia ingin memperbaiki kenangan pahit tersebut menjadi lebih indah, ia menyesal tidak berada disampingnya setiap saat wanita tersebut membutuhkannya. Ia menangis; sedu-sedan.
-
April 15, 2011
Kesedihan masih enggan pergi meninggalkannya, layaknya hujan yang tak kunjung reda di pulau Dewata semenjak bulan lalu. Meskipun beberapa hari lalu, hujan mulai beranjak pergi meninggalkan pulau tersebut, mengembalikan cerahnya langit, dan menarik bintang untuk kembali menghiasi malamnya. Namun ada yang kurang, malam disini terasa sangat dingin, penuh kesepian, dan bulan pun tampak sendu saat bersinar. Ia kembali duduk didepan monitor 21 inci, mengulang keadaan tadi malam, membuka kembali lembaran lama dari hidupnya yang tersimpan dalam bentuk data chat log, Ia membaca semua perbincangan bersama seorang wanita yang selalu Ia simpan disetiap kesempatan.
Mei 11, 2009 - Juni 3, 2009
a: "you're such a nice girl.. I like you"b: "Nice.. I'm gonna leave you on a wedding, still nice ?"a: "I'm a self-centered person and you know that and everybody knows that. But you guys still saying you love me. I don't understand"b: "Me too, and I don't care about it, I love you just the way you are"a: "You know you will never get to, but you just gotta keep trying, because you love the sense of catching"a: "If any"b: "If only"a: "If I were a star, I would grant your every wish!"b: "Then i'll be all the way out there every night just to see you shine"
Wanita ini datang mengisi hidupnya selama 3 minggu, membuat janji yang tidak terucap melalui hubungan fisik, dan bahasa tubuh. Dunia berada didalam genggamannya disaat wanita tersebut berada disampingnya.
Mereka tidak pernah menghabiskan waktu bersama hingga tengah malam, karena wanita ini tidak punya banyak waktu, wanita ini harus membagi hidupnya untuk orang lain, seorang pria yang sudah bersamanya selama hampir 2 dekade.
Hingga detik ini, ia masih berharap untuk dapat kembali bertemu pujaan hatinya tersebut, walaupun hanya untuk 5 menit; bertatap wajah, berucap salam, dan selamat tinggal.
a: "can we exchange pics dedicated for each other every week ? what's the name of the album gonna be ?" b: | "proximity-infatuation."a: "i thought all the marks there make a really good script for you, it'll rip your heart out and play with it. Unable to move."
Juni 4, 2009 / Soekarno Hatta International Airport, Jakarta
Hampir tengah malam, dan 1 jam sudah aku menunggu balasan pesan singkat darinya, hingga akhirnya ia memintaku untuk masuk ke area keberangkatan. Aku hanya ingin berdua-an dengannya di perpisahan ini, tidak ingin bersosialisasi dengan keluarga, ataupun teman yang mengantar kepulangannya ke negeri kangguru. Kami berbincang sambil menikmati segelas orange juice sambil menunggu waktu check-in. Tidak banyak yang kami perbincangkan, aku lebih banyak diam karena bingung dalam berucap. Perhatianku terpaku pada gerak bibirnya, bibir yang biasa kucumbu selama 3 minggu, bibir yang juga terkadang sembarangan meluncurkan kecupnya pada bibirku ditempat umum. Perempuan ini memang sedikit gila, namun aku merasakan kenyamanan bersamanya, kenyamanan yang tidak pernah kudapatkan dari wanita manapun, selain Ibuku.
"It's time for me to go, take care of yourself ya. Cari perempuan yang bener, jangan main perempuan sembarangan"
Aku hanya merunduk, aku tak sanggup berkata apa-apa. Kami berpelukan selama 10 detik, dan berpisah.
Aku membalikkan badan, berjalan kebingungan, dan dilangkah ke-10, ia memanggilku kembali, dan memelukku.
"Thanks for everything, thank you so much"
-
Ia adalah seorang pria, seorang petualang dan pemimpi yang langkahnya sementara terhenti, terhenti dalam gelapnya malam, ia kehilangan. Ia kehilangan 2 wanita terpenting dalam hidupnya ditengah malam.
Tengah malam adalah comfort zone untuknya, keadaan dimana ia dapat memandangi bintang, mengingat, juga merasakan kembali kehadiran 2 wanita tersebut.
Kini ia tak lagi bermain dengan ombak, memandang mentari yang terbenam sambil menggenggam sebotol gelembung emas, atau menghabiskan waktunya untuk berpesta dan hura-hura. Ia lebih memilih untuk membuka matanya lebar-lebar sepanjang malam, menunggu mereka yang tak kunjung kembali, dari hari ke hari.
Dan karena kebiasaannya itulah, ia selalu bangun siang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!