Oleh: @reretno
“ Kamu harus sekolah yang rajin nak, kamu harus jadi agian dari universitas indonesia pokoknya , Ayah akan selalu mendoakanmu” Kata kata itu selau terngiang di benak Mega dan tiap kali menhingatnya, ia hanya bisa meringis sedih
Mega tidak termasuk siswa berprestasi disekolah, nilainya biasa biasa saja malahan terkadang dibawah standar rata rata, Dulu waktu di bangku SD ia memang pernah mencicipi manisnya menjadi juara kelas, ia inagat betul bagaimana ia meluapkjan perasaan senang ketika hari penerimaan rapot, Ia juga masih ingat pernah meninggalkan sepedanya di parkiran hanya karena ia terlampau senang menjadi juara kelas , ia sangat buru buru, tak sabar ingin mendengar pujian Ayahnya dan tentu saja hadiah. Dulu, seperti halnya anak SD berumur 8 tahun , Mega punya cita cita menjadi dokter, Dan sebagi motivator ulung Ayah selalu bisa memompa semangat kanak kanak mega , Ayah selalu bilang langkah pertama untuk menjadi dokter adalah dengan masuk smp unggulan , Smp unggulan akan mengantarnya ke SMA unggulan, Dengan bersekolah di sma unggulan maka Mega punya peluang lebih untuk menjadi mahasiswa Fakultas kedokteran di universitas unggulan , dalam hal ini adalah Universitas Indonesia. Ayah bahkan meminta penjahit tetangga membuatkan baju dokter untuk Mega.tentu saja mega senang , ia mengimani bahwa dirinya akan menjadi dokter meskipun belum tau dimana Universitas indonesia dan apa itu Fakultas . Yah , tapi berkali kali Mega menergaskan bahwa itu dulu.
Beberapa tahun belakangan ini Mega banyak belajar tentang sakitnya jatuh dari harapan yang ia buat dan sakitnya mengecewakan orang yang paling ia sayang.Ayah menyiapkan yang terbaik untuk pendidikan Mega , Ia sangat percaya bahwa warisan terbesarnya adalah ilmu. Cita cita terbesar Ayah adalah melihat Mega anak semata wayangnya meraih cita citanya , dengan susah payah ayah sudah menabung cukup uang sehingga Mega bisa masuk SMP unggulan. Tapi pada kenyataanya Mega malah terdampar di SMP swasta yang reputasinya buruk karena tidak diterima dimana mana.Ia menyesal bukan hanya karena kebodohanhya untuk mengenal makhluk bernama “ pacar” saat masih kelas enam , sungguh terlalu dini ia jadi kalang kabut dan prestasi belajarpun hancur tapi lebih karena ia telah mencoret satu impian besar ayahnya. Saat melihat hasil NEM Mega yang buruk , sebulir air mata menetes di pipi Ayah yang agak keriput. Ia jadi belajar untuk tidak lagi menggantung cita setinggi bintang, tapi setinggi langit langit kamar sehingga mudah digapai . Teorinya , jika ia menargetkan nilai 5 maka saat ia mendapakan nilai 6 , meskipun bukan terbilang nilai yang bagus tapi ia tetap bisa tersenyum bahwa targetnya tercapai.
Teori juga terbukti juga , Di smp ia tidak menargetkan untuk masuk sma nomor 1 dijakrta , asalkan ia bisa melanjutkan ke sma negeri itu sudah lebih dari cukup. Dan benar saja di sinilah sekarang Mega berdiri , bukan di sma berstandar internasional, hanya sma negeri biasa tapi cukup terkenal di lingkunganya , setidaknya reputasi sma nya sekarang tidak buruk.
*******
“ bagaimana UTS kamu nak?” tanya ayah suatu pagi
“ ya nggak gimana gimana , biasa aja” kata Mega ia tak ingin menjelaskan lebih banyak tentang empat mata pelajaran yg tidak tuntas
“ kamu harus bisa masuk lima besar, harus minimal sepuluh besarlah “ ayah menepuk nepuk pundak Mega yang saat ini tengah menikamati sarapan
“ jangan berharap Yah , aku bukan anak pinter bisa naik kelas aja sukur “ sebenarnya mega tidak ingin membicrakan ini.
“ looh kenapa nggak bisa, kamu memvonis dirimu sendiri, kemana harapan harapanmu dulu , harapan adalah satu kunci kesuksesan ” Ada nada marah yang terselip di kata kata ayah, tapi muka Ayah tetap datar
“ tauk ah Yah, ayah nggak pernah belajar dari pengalaman sih, dulu aku suka berharap punya ibu tapi apa ? aku tetap nggak punya ibu kan, dari dulu aku Cuma punya ayah , terus kalo teman temanku tanya kemana ibumu ? aku bilang sudah pergi nggak tau kemana “
Mega pergi meninggalkan Ayah yang belum sempat berkata apa apa, tapi mukanya tidak lagi datar , ada semacam rasa bersalah disana . Dan Mega pun merasakan hal yang sama ia juga heran entah setan mana yang mempengaruhinya berkata begitu lancang. Ia mau minta maaf dan mencium tangan ayahnya , Hanya saja keegoisanya yidak mengizinkan
*******
Pagi itu seperti pagi biasanya matahari terbit dari timur , burung burung empunya sangkar di pohon mangga berkicau ria . hanya saja hujan yang mengguyur Jakarta semalam membuat jalanan becek.
“ Ayah mau ngomong sebentar” sedikit kaget juga Mega mendengarnya sebelum akhirnya berkata
“ iya kenapa ? ayah mau marah soal kemaren “
“ enggak ada alasan untuk marah, kamu benar Ayah egois terlalu memaksamu berprestasi masuk ui dan jadi dokter , padahal ayah sendiri tak mampu memenuhi harapanmu punya ibu , kau tau kenapa ibu mu dulu meninggalkan ayah ? karena ayah tak mampu memnuhi kebutuhanya ayah nggak sempurna sebagai laki laki . tapi ayah mau kamu bisa memnggapku ayah yang sempurna” kata kata ayah begitu dalam .
Mega tak berkata apa apa , memluk ayahnya dengan sesunggukan . sunguh ia merasa lebih tolol dari siapapun. “ sudah sudah ayao ayah antar naik motor sampai depan gang “ ayah tak pernah mengizinkan sepatu mega kotor karena becek .
Sesampainya di depan gang Mega mencium tangan ayahnya , sekarang bukan Cuma wajahnya yang keriput, kulit tanganya pun juga menua.
“ hati hati nak” ayah menyungging senyum teramahnya lalu membalikan motor bututnya dijalanan aspal yang licin untuk menyebrang .
Tiba tiba dari arah berlawanan sebuah mobil pick up warna biru tua hialang kendali , Mega menoreh kearah Ayah , ingin memperingatkan tapi sudah terlalu lambat.
*********
4 tahun kemudian
. “Terima kasih untuk setiap kenangan manis yang kau ukir, terimakasih telah menjadi ayah yang sempurna buatku “ Kata Mega mantap saat berziarah di makam ayahnya, Saat ini Mega sudah punya almamater kuning, ia bagian dari universitas Indonesia ,Ayahnya pasti bangga disana
***********
“ bila tahun ini mimpi mimpimu , cita citamu , keinginanmu belum tercapai, bila kau merasa masih tak pasti , tenanglah. Brangkali besok masih ada harapan . bukankah harapan yang membuat kita bertahan ? tenanglah .tarik nafas, bukankah besok masih ada harapan?” fahd djibran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!