Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Rabu, 20 April 2011

Balada Teman Lama

Oleh: Gary Adrian
twitter : @grydrn
blog : http://garydrian.blogspot.com

Sesampainya aku di sana, langsung kucari tempat nyaman untuk duduk. Di sini kulihat tidak begitu banyak orang, memang tidak banyak orang yang mengunjungi tempat ini pada jam seperti ini. “Yes, di bawah situ.”, batinku seraya menunjuk tempat kosong itu. Rindang, teduh, hembusan angin memanjakan tubuhku, bahkan batang pohon rela untuk kusandari. Langit sudah meronakan warnanya, dan ku langsung bergegas mengeluarkan semua yang kubawa di tasku. Yah, aku berharap hari ini aku beruntung menyelesaikan semuanya.

Kalau daun-daun yang menaungiku di atas kepalaku dapat berbicara, pasti mereka akan mengatakan “Apakah angin sepoi-sepoi ini belum cukup sejuk untukmu?”. Ya, mungkin kira-kira seperti itu reaksi mereka. Sudah 15 menit aku duduk di bawah pohon ek di taman kota, memikirkan kelanjutan dari proyek naskah dramaku yang hanya baru jadi setengah. Pasti otakku sudah mengeluarkan semacam gas beracun dengan suhu tingginya yang keluar dari pori-pori rambut kepalaku, dan bergerak naik ke atas.

Lihat kan, bagaimana kerja kerasku ini membuat otakku menjadi berpikiran hal gila?

Oh iya, ketika aku mengatakan “setengah”, maksudnya bukan setengah bagian, namun setengah halaman. Naskahku ini akan dipakai untuk pertunjukan seni di sekolah. Pertunjukkan drama itu akan dipentaskan tepat minggu depan, dan kalau aku tidak naskah drama ini besok, Pak Otong pasti akan menghukumku. Dasar guru berjambul tinggi itu.

Kembali pada ceritaku. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 17.53, kalau begitu sudah 23 menit aku duduk di sini. Selama itu pun aku hanya mampu membuat 5 baris dialog, dan 3 dari 5 baris dialog itu hanya berisikan “Iya”, “Baiklah”, dan “Benarkah?”. Beberapa saat kemudian, aku melihat beberapa anak kecil bermain bola di lapangan seberang taman. Entah apa yang membuatku begitu, namun tiba-tiba pikiranku tertuju pada kejadian itu, beberapa tahun yang lalu, ketika aku duduk di bangku kelas 2 SD.

***

Aku hanya bermain lari-larian bersama Juan dan Ted. Siang hari, di lapangan persis yang kulihat sekarang ini, dengan rumput-rumput liar yang tumbuh di sana-sini dan terapit di antara dua bangunan tua dengan dinding luar berwarna abu tua. Aku sedang mengejar Juan dari belakang, dan Juan sedang mengejar Ted. Ted berada di paling depan. Aku lelah dan hendak mengambil minumku, di pojokan lapangan. Tiba-tiba saja dia menabrakku dengan kencang. Bukan Juan, juga bukan Ted. Aku sedikit terhempas ke belakang sejauh beberapa inchi. Kacamata berbingkai kecil yang kupakai, hancur berkeping-keping, gigiku putus sebuah. Aku tendang dia sebagai balas dendamku, namun ternyata malah aku yang merasakan sakit. Kuku jempol kaki kiriku ternyata patah juga. Dia lalu berlari kabur. Sampai sekarang aku ingat persis seperti apa rupanya.

***

Memang pengalaman kecil yang lucu memang, dan jujur saja, memorable. Akhir-akhir ini aku sering melihat dia berada di taman. Aku hanya memandang sinis dia, tiap kali dia berjalan mengarahku. Aku selalu siap sedia kalau dia hendak membalas dendam. Aku kembali menulis naskah dramaku.

Untuk beberapa saat, aku mendapat banyak inspirasi dan menuliskan semuanya itu untuk naskah drama pentas seni sekolah. Tiba-tiba, aku melihat dia sedang berlari kencang ke arahku. Aku tahu, dia hanya ingin balas dendam. Aku sudah merencanakan semuanya ini. Dia berlari semakin kencang dan aku hanya duduk tenang di bawah pohon sambil memandanginya. Ketika ia berada beberapa sentimeter di dekatku, aku langsung lompat ke sisi sebelah kiri.

Hahaha! Kena kamu!

“Oy, Dit! Lemparin bolanya dong.”, teriak seseorang di seberang lapangan sana.

“Oy, Dim. Maen bola lo?, sahutku sambil berteriak.

“Iye. Mo ikut ga? Lu tim gua.”

“Entaran deh, kerjain tugas Pak Otong nih”

“Yaudah deh, sini ah bolanya”

Aku ambil bola yang menabrak pohon yang kusandari, lalu kulempar ke arah Dimas yang berada di lapangan seberang itu. Ah, pengalaman masa kecil. Hal lebih lucu apalagi yang bisa kau ingat selain pengalamanmu dulu?

Aku kembali duduk mengambil posisi relaks, dan kulanjutkan naskah dramaku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!