Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Sabtu, 16 April 2011

Penderitaan di Tengah Malam



Oleh Lidya Christina Yowendro (@Lid_Yang)


“Tutup matamu dan TIDUR!” Kataku pada diriku sendiri dalam hati.
Tidak bisa. Sudah berkali-kali aku coba itu. Setiap kali kamu mengunjungiku pada jam segitu, aku selalu resah. Badanku sudah kuputarkan berkali-kali, ke kanan dan ke kiri. Mungkin badanku sudah pusing, sebelum kepalaku juga dibuat pusing olehmu.
Dengan tangan yang lemas dan perasaan kesal, aku tarik handphoneku yang ku letakkan di samping tempat tidur.
Jam 11:53
Ah. Pergilah. Apa yang harus ku lakukan untuk melepaskan diriku darimu.
Kamu memenuhi pikiranku. Kamu juga memenuhi semua nadi dan pembuluh darahku, di setiap bagian dari tubuhku. Semuanya kacau karena kehadiranmu malam ini.
Berbagai macam cara aku gunakan untuk mengusirmu dari pikiranku, dari perasaanku.
Aku berpikir tentang ulanganku besok. Aku memaksa diriku mengingat-ingat lagi rumus-rumus yang tidak pernah ku mengerti kegunaannya.
Aku berpikir tentang mimpi yang mungkin menemani tidurku malam ini. Kemarin ada mimpi yang tidak sempat aku selesaikan karena terbangun. Apa mungkin malam hari ini dilanjutkan lagi mimpi itu?
Aku berpikir tentang teman-temanku di sekolah, tentang apa yang akan kami lakukan besok.
Tetapi, semakin aku berpikir, semakin aku mengingatmu. Kamu seperti gravitasi dalam tubuhku, menarik seluruh perhatianku padamu.
Aku pejam mataku dengan sekuat tenaga. Tetapi, kamu tetap saja memanggilku dengan sinyalmu yang kian kuat.
Akhirnya aku tidak kuasa menahan perasaan ini. Aku mengalah.
Perlahan aku bangun dari tempat tidurku. Pintu kamarku aku buka sepelan mungkin, takut membangunkan orang tuaku. Penderitaanku sudah cukup malam ini. Aku tidak dapat menerima omelan lagi, dari siapapun.
Aku pergi ke dapur dengan pelan. Mengapa aku perlu bersikap seperti pencuri di rumah sendiri? Pikirku.
Aku buka pintu kulkas dan keluarkan botol susu di dalamnya. Dengan ini, penderitaanku tadi akan berakhir. Aku lapar sekali! Gara-gara tidak makan malam, aku menderita seperti ini.
TENG!!!               
Jam di ruang tamu berdentang dengan kuat tanda jam 12 malam memecah keheningan yang aku pertahankan dengan susah payah. Terkejut, botol di tanganku jatuh. Seisi rumah terbangun.
Ah, penderitaan malam ini baru mulai.


NB: Tengah malam, sendirian, senyumlah, tertawalah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!