Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Sabtu, 16 April 2011

Pesta Sudah Selesai


Oleh @rizkymfachran

"Mereka sama-sama berpesta, hanya waktunya berbeda."

"Ayo cepat! Udah mau tutup pintunya!" Teriak pria yang mendapat julukan eksekutif muda itu. Memang, pekerjaan dikantor membuatnya pusing dan jenuh. Pulang kerja, pakaiannya lusuh, kacamatanya agak turun, dan tak ada senyum terpampang diwajahnya.

"Ayo anton, kali ini kita happy-happy!" Teriak Ina, wanita karir ini tak lain teman sekantor pria itu. Hanya saja Ina lebih senior, lebih lama satu tahun dibandingkan anton. Malam ini, Ina berubah dari seorang wanita kantoran biasa, menjadi ratu pesta dengan gaun indah dan tatapan menggoda. Tak seorangpun pria yang bisa berkedip saat melihatnya.

Malam sudah mabuk, banyak bintang berkeliling diantara sang bulan. Seolah mereka ikut menikmati malam ini bersama muda-mudi itu. Hari ini hari minggu, mungkin sudah masuk hari senin, tapi semangat berpesta mereka belum usai. Belum habis gelas-gelas bir dan vodka kesukaan mereka.

Pintu klab malam itu dibuka, terdengar suara "jedag-jedug" mirip lagu dangdut koplo yang biasa diputar supir angkot. Hanya saja oknumnya berbeda, bukan para supir angkot yang kumal dan mengeluarkan aroma khas campuran keringat, matahari, dan debu jalanan. Tapi kali ini hanya para muda-mudi berpakaian rapi, dengan kemeja dan gaun yang anggun.

"Mas, minta Jack Daniel satu" ucap anton, kali ini dia yang bayar, maklumlah masih tanggal muda. Ina hanya mengedipkan mata ke anton, sesekali dihisapnya rokok putih bermentol.

Tunggu, kenapa mereka hanya berdua? Apa tak ada teman mereka yang ikut ke klab ini?
Hiruk pikuk di dalam klab, asap rokok yang pekat bercampur dingin dari air conditioner diruangan tertutup itu, mereka teguk sambil sesekali tertawa bersama malam yang semakin mabuk.

"Cukup minumnya, ke dancefloor yuk!" Ajak anton kepada ina. Diteguknya sebuah pil yang sudah disiapkan Ina. Mereka lalu turun ke depan DJ, bergoyang ala binatang yang sedang mabuk ekstasi. Tak berbentuk.

Tiba-tiba musik berhenti, DJ mengucapkan terimakasih kepada para pengunjung. Mereka berdua kebingungan, sudah berapa lama mereka disini? Kemudian mereka mendapati sang bulan menggelepar, hanya matahari yang masih sanggup melanjutkan pesta.

Ya, mungkin bukan pesta bagi muda-mudi kantoran seperti mereka. Tapi ini pesta bagi para pencari nafkah yang bekerja keras, bukan diruangan kantor yang ber-AC dingin, melainkan di antara debu jalan, dan kabut yang sudah bercampur asap kendaraan. Seragampun seadanya, hanya satu yang diberi pada waktu awal masuk kerja, seragam warna oranye. Mereka mengais mimpi, nafkah dari botol-botol plastik sisa mabuk orang-orang kantoran semalam.

Bagi Ina dan Anton, tanda matahari terbit artinya mereka kembali ke kejenuhan dibalik meja dan berkas berkas menumpuk di atas laptop. Tapi bagi mereka yang berseragam oranye, itu tanda mereka akan berpesta, mungkin malam ini, upah yang diberikan lebih banyak, karena sampah menumpuk.

Anton dan Ina meninggalkan klab, dilewatinya pria tua berseragam oranye itu.
Didalam pikiran pria paruh baya itu, pesta seperti itu mungkin tak akan pernah dialaminya.

Lalu pria itu kembali mengumpulkan botol-botol kosong, dan menghilang bersama matahari yang merangkak naik keatas kepala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!