Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Jumat, 22 April 2011

Sakura Terakhir

oleh: @reynaldosiahaan


Lima tahun lamanya kita telah berpisah. Terakhir kali kita bertemu adalah saat matahari mulai memamerkan pijarnya di kota tempat kuberpijak waktu itu. Aku tak sempat mengetahui bagaimana aku memanggilmu. Hanya sebuah sapu tangan yang kutemukan di bekas bayanganmu. Sapu tangan yang tak sengaja tergulai lemas oleh desiran angin. Aku menyesal aku tak sempat mengabadikanmu dalam satu frame dalam kameraku meskipun mungkin tak sedikitpun raut wajahmu yang luntur di pikiranku.

Sekarang aku ada di sini lagi. Di kota tempat aku pernah bermimpi bertemu seorang bidadari dan aku menemukan yang lebih dari itu. Mengenangmu di tempat duduk kecil berlapis beton ditemani merpati betina yang berbaris rapi di depanku. Sebenarnya aku bingung kenapa aku begitu mengagumimu. Mungkin karena waktu itu ketika sakura berguguran di kepalamu, semuanya terlihat begitu mengesankan. Aku duduk kembali di sini dengan kameraku dan mengambil gambar sakura berguguran itu lagi. Namun, aku tidak merasakan apa-apa. Ada yang kurang dari potret itu.

Seperti es yang diletakkan di teriknya sang mentari, momen indah yang kurasakan itu berlalu begitu saja. Aku bertanya terus menerus kepada hatiku mengapa waktu itu aku tidak mengangkat kedua kakiku dan melesat ke hadapanmu. Aku tidak bisa menjawabnya. Bukan karena aku tak tahu jawabannya tetapi karena aku takut akan jawabannya. Menyesal memang tiada arti lagi. Sejak itu, di setiap event yang sama, aku selalu hadir di sini mencoba keberuntunganku. Mungkin kota ini membawa keberuntungan bagiku untuk lagi bertemu denganmu.

Kali ini, di sesaknya himpitan kota Tokyo aku tidak lagi merasakan kesejukan seperti waktu itu. Imajinasiku tak mampu membawaku kembali ke masa itu. Bahkan sapu tangan ini hanya mampu menjadi penonton setiaku selama tahun-tahun belakangan. Kerut alisku mulai menggumam pada kota ini. Mungkin kota ini tidak memberiku keberuntungan seperti yang kukira. Aku mulai mendumel pada kota ini yang entah sengaja atau tidak , telah memberiku sebuah momen singkat yang menghantuiku sampai sekarang.

Sampai matahari memalingkan wajahnya aku masih duduk di tempat yang sama. Memandangi sudut di bawah lampu jalan tempat kamu menjajakan rangkaian bunga indah itu. Di detik terakhir pijaran mentari, aku berkata pada hatiku. Seandainya kamu tak muncul lagi, ini terakhir kalinya nafasku berhembus di kota ini, kota yang memberiku harapan tetapi kemudian pergi begitu saja. Hanya karena ego sekilas, harapan itu memaku dendam padaku dan tak kembali lagi.

"Selamat Tinggal Tokyo", teriakku setelah kusematkan saputangan itu di tiang lampu tadi.

2 komentar:

  1. Bagus banget pemilihan katanya, enak dibaca. Nice story :)

    BalasHapus
  2. terima kasih,
    tapi pasti ngerasa ceritanya nanggung ya. haha.

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!