Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Jumat, 22 April 2011

City

Oleh: @C_arice

Akhirnya aku kembali di tempat ini. Di kota ini, kota yang sudah lama aku sebal dan kubenci, tapi pada akhirnya aku harus menginjakkan kakiku lagi pada kota yang membuat hidupku hancur dahulu. Aku tersenyum suram mengingat kenangan-kenangan buruk yang kulalui di kota ini dahulu. Tapimau tak mau, jika aku tidak kesini, aku tidak akan bisa belajar untuk bernyanyi lebih baik. Aku berjalan dengan grupku, aku melihat sekitar, benar-benar tak ada yang berubah sejak 5 tahun yang lalu. Aku sebal pada diriku sendiri, sangat sebal. Tiffany, sahabatku melihat wajahku dengan khawatir. Dia tau mengapa aku suram, tapi dia tak berani mengatakan apapun, karena apapun yang dia akan katakan, pasti akan mengiris hatiku walau hanya sedikit. Akhirnya aku merasa mual dan harus memisahkan diri kami dari grup itu untuk mencari tempat duduk. Sebuah taman yang besar dan sepi, aku beristirahat disana dengan tenang. Dan akhirnya Tiffany membuka mulutnya. “Kau tak apa-apa Chris? Kau terlihat sangat pucat.” Aku tersenyum suram dan menatap matanya dengan dalam. Lalu menyenderkan kepalaku pada bahunya, melihat satu per satu kelopak bunga yang jatuh ke tanah. Persis seperti ini, aku mengingatnya jelas, kelopak-kelopak berwarna pink berjatuhan disekitar kita. Dalam posisi persis seperti ini.

“Persis.” Akhirnya aku berbicara “Seperti ini dulu, persis sekali, aku menaruh kepalaku pada bahunya dan tertidur sebentar. Dia terseyum dan mengelus rambutku. Aku terbangun dari tidurku dan aku menemukannya tertidur pula. Atau itu yang aku pikirkan.” Aku mulai menangis dan Tiffany hanya menatap kosong. “Tapi saat aku bangunkan dia, dia tak bangun-bangun juga. Dia tetap tertidur dengan posisi yang masih menggenggam tanganku erat. Ternyata dia..” Tiffany mengelus rambutku dan memeluk aku yang sedang terisak-isak, dia tau segalanya dan mendorongku pelan. Lalu meletakkan sesuatu pada tanganku.

“Dia menyuruhku memberikan ini padamu, kalau kau berani ke kota ini lagi. Bacalah, kalau kau sudah siap, aku menunggumu di grup.” Dia berdiri dan meninggalkanku yang sedang menangis, keadaan taman sangat sepi hari itu. Dengan tangan gemetaran dan hati yang takut. Aku membukanya.



Kepada orang yang sangat berarti dalam hidupku, Mungkin saat kau membaca ini, aku sudah pergi. Maafkan aku, aku tak bilag apapun padamu disaat terakhirku. Aku tak ingin melihatmu menangis, sungguh, aku sedih. Dulu aku hanya seorang laki-laki yang sudah tak ingin hidup lagi. Namun kau dating dan mengajarkanku hidup yang sebenarnya. Aku benar-benar mencintaimu hari ke hari, dan saat hari yang ditentukan itu dating. Mungkin aku belum mengatakan apa-apa padamu maka,dengarlah ini. Aku mencintaimu Christa, aku sungguh mencintaimu. Kau sangat berarti bagiku.

Aku menangis dan terisak-isak, aku melipatnya dan memasukkannya pada tasku. Berat hatiku, tiba-tiba kau pergi, kenapa? Aku menangis lebih keras ;agi dan rasa sakit hatiku sudah mencapai batasnya. Aku berteriak “Aku yang seharusnya berkata itu BRY!”

Kota ini, kota yang sangat kubenci, karena kota ini memberikanku terlalu banyak alas an untuk tak melupakan dirinya yang hanyalah manusia khayal. Yang aku sangat cintai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!