Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Senin, 18 April 2011

Nyanyian Angsa

Oleh: Yuya (@yuyaone)


Tokoh wanita itu berjalan sempoyongan. Seluruh tubuhnya gemetar. Sementara tokoh-tokoh yang lain memandang jijik. Sambil menutup hidungnya mereka mencela.

“Wanita itu pelacur!”

“Lihatlah! Sipilis membakar tubuhnya.”

“Pasti borok di selangkangan juga susunya. Bau! Menjijikkan!”

Masih dalam keadaan sempoyongan tokoh wanita itu berjalan. Dengan suaranya yang bergetar, dia mencoba berbicara, “ Namaku..Maria zaitun. Pelacur yang kalah..pelacur yang terhina..”

Beberapa tokoh yang lain didatanginya satu-persatu. Namun semuanya berlalu. Tokoh dokter hanya memberinya suntikan vitamin C.

“Buat apa obat yang mahal. Toh sebentar lagi wanita ini mati” ucap tokoh dokter pada tokoh perawat.

“kamu tak butuh pastur! Kamu butuh dokter jiwa. Karena kamu sudah gila.” Ucap tokoh pastur.

Tokoh wanita itu terus berjalan tertatih. Hingga akhirnya datang tokoh pria muda yang tampan. Diraihnya tubuh si tokoh wanita, kemudian dicium bibirnya.

“Kamu siapa?” tanya si tokoh wanita, sambil meraba tubuh tokoh lelaki muda itu.

“Mempelaimu..” jawab tokoh pria muda itu.

“Kamu luka di lambung kiri. Kamu luka di kedua telapak tangan. Kamu luka di kedua telapak kaki” wanita itu diam sejenak, “Apakah kamu..”

Tokoh pria muda hanya tersenyum.



“Ibu, apakah laki-laki itu Tuhan” tanya gadis kecilku.

“Eh..Iya..”

Aku terbangun dari lamunanku. Pikiranku kembali berada di tempat ini. Aula sekolah Isabel, gadis kecilku yang tengah beranjak remaja. Kami sedang menikmati sebuah pertunjukan drama dari puisi W.S rendra berjudul Nyanyian Angsa yang dibawakan teman-teman Isabel.

“Sama seperti ibu. Mereka memanggil wanita itu pelacur. Apakah ayahku Tuhan?” kudengar anakku lirih bersuara.

3 komentar:

  1. cakep twist di endingnya.suka! btw Isabel umurnya berapa? masih polos untuk remaja tapi sekolahnya sudah mementaskan drama "berat" untuk anak- anak?

    BalasHapus
  2. @jimbrene hehehe, terinspirasi puisi W.S Rendra :)

    @amalia kira2 awal SMA mungkin, tadinya sempet mikir gitu juga, iyah ini belum mateng konsepnya buru2 dieksekusi :)

    BalasHapus

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!