Aku meneropong langit malam melalui teleskop yang diberikan oleh ayahku sebagai hadiah ulang tahun. Radha, sahabat baikku semenjak SD, sedang menginap dan ikut menemaniku melihat bintang. Aku senang melakukan ini, apalagi di malam yang sangat gelap karena pemadaman listrik, seperti malam ini. Cahaya dari lampu-lampu rumah penduduk entah bagaimana sudah menjadi sangat kuat sampai-sampai meredupkan cahaya bintang. Atau mungkin bintang-bintang yang makin hari memang makin pemalu?
Radh membawa Laptopnya ke balkon rumah, ia duduk di sebelahku yang masih asyik meneropong bintang. Laki-laki berambut kriting itu mengetuk-ngetukkan jarinya di atas keyboard, entah mengetik apa. Ketika aku meliriknya, ia sedang menancapkan modem internet portable di laptopnya. Ah, tentu saja. Internet. How could we live without it??
"Mati lampu gini lo masih mau internetan, Rad?" tanyaku.
"OY!! INTERNET!!! HOW COULD WE LIVE WITHOUT IT?!!" teriaknya berlebihan.
Tapi kemudian Radha tersenyum, "Hehe bercanda. Alasan gue mau online gak sedangkal itu. Sebentar ya.."
Satu menit aku menunggu Radha menyiapkan laptopnya sampai tersambung ke internet. Bertanya-tanya dalam hati sepertinya sudah menjadi rutinitas yang harus dijalani sejak aku bersahabat dengan Radha. Kali ini pun aku tidak tahu apa yang ia rencanakan dengan laptopnya.
"YAK!! Udah online!" kata Radha. "Sekarang, gw mau lo sebutin angka yang terlintas di pikiran lo!"
"Delapan.." jawabku.
"Terus?"
"Delapan.."
"Delapan lagi? Abis itu? Dua angka lagi.."
"Satu.. umm.. Empat!"
"Oke!!" kata Radha, terdengar bunyi 'klak!' khas yang dramatis ketika ia menekan tombol enter.
Aku beranjak meninggalkan teleskopku dan berdiri di samping Radha, ikut melihat ke layar laptopnya. Di layar itu terpampang deretan hasil search Google. Ternyata dia memasukkan angka itu ke Google dan melakukan pencarian. Ia mengklik dua buah link yang ada disana, dan masing-masing terbuka di tab yang berbeda.
"Lo liat?" ia membuka halaman dari link yang pertama.
Halaman itu bertuliskan tentang sebuah asteroid yang bernama 8814 Rosseven.
"Ada berapa asteroid di luar sana, di antara sabuk asteroid yang terbentang antara Mars dan Jupiter? Mungkin ada ratusan ribu, bahkan jutaan. Tapi hanya ada satu asteroid yang bernama 8814 Rosseven. Demikian juga dengan manusia." Radha membuka tab satunya lagi, tiba-tiba muncul peringatan di sudut layar bahwa baterai laptopnya sudah mau habis.
Halaman di tab satunya menunjukkan tentang gen manusia, disana 8814 merupakan salah satu nomer kode gen yang ada di DNA manusia.
"Hehe, masih perlu dijelasin soal DNA?" tanyanya.
"Nggak usah. Itu udah sangat menggambarkan soal keunikan.."
"Manusia ini, jika diibaratkan dengan angka, adalah satu dari yang tak terhingga. Setiap dari kita memiliki tempat masing-masing dalam suatu deret tanpa akhir. Kita adalah makhluk kontradiktif yang dipenuhi paradoks. We are insignificant and special at the same time." ujar Radha. "Dan gw pikir, lo bisa nangkep apa yang gw maksud dengan semua omongan gw barusan."
Aku hanya mengangguk lalu layar laptop itu mati.
ihiww,,,, Radh...! (Nay, bener juga ga, dit....)
BalasHapuswhat ever, Radh omongannya keren. dan lo menuangkan dalam tulisan jadi makin keren. hoahhhh,,, didit. gw selalu suka tulisan lo. amien. hoho. maap, dit. ini gw, Dini psiko. karena pake laptop temen gw, jd ga ngeh pake akun google nya dia.. heuu... =__= maaf juga ya kawanku inung.... gw ga berbuat macem" kok.... suer. >__<
wow idenya keren, sumpah. google search.. keren!
BalasHapus"We are insignificant and special at the same time".. nice :)
BalasHapushaha, inspirasinya dari artikel 8814 Rosseven.. wikipedia..
BalasHapusnb: ini si penulis..