Oleh: Rofianisa
http://blabbermouthdisease.tumblr.com/
Tenggorokanku tercekat. Kakiku diikat. Pergelanganku dibebat. Jantungku berdegup hebat. Aku mencoba mengingat-ingat.
Ada apa? Aku di mana?
...
Pagi sebelumnya.
Pintu kamarku diketuk.
”Sudah bangun, Nggi? Ibu tunggu sarapan di bawah ya kalau kamu sudah siap.“ Sebuah suara lembut dan anggun terdengar dari balik pintu. Ibuku.
”Hmmm....” aku mengiyakan, sambil mencoba mengumpulkan nyawa. Tidurku malam ini tidak cukup lama.
Lima menit kemudian aku turun dari kamarku di lantai dua. Di ruang makan sudah ada sepiring omelet keju dan segelas susu tanpa gula, seperti biasa.
”Hari ini ada acara apa, Nggi? Ibu pulang agak malam ya, mau ke pembukaan pameran batik di Mulia.” Ibu duduk di hadapanku, sambil menyesap teh susu. Daster batik biru favoritnya membalut tubuh indah ibuku yang seperti tak termakan usia. Ibuku pencinta batik. 'Si cantik pecinta batik', orang-orang menyebutnya.
“Ngg, gak ada apa-apa. Paling kuliah di kampus sampai jam lima.” O yeah, malam ini aku bisa berduaan dengan Angga!
”Oke. Baik-baik di rumah ya.”
Aku mengangguk, mengunyah omeletku lalu meminum susu seteguk.
Lalu...
Ruang makan serasa berputar. Pemandangan di hadapanku semakin samar.
Lalu, dunia menjadi gelap.
...
”Sudah bangun, Nggi?” ...Ibu?
”Ngg... Ngg!” tentu saja aku tidak bisa menjawab. Mulutku disekap.
”Hahaha... Ibu tahu kamu ndak bisa jawab. It’s ok. Kamu dengar saja Ibu ngomong apa, ya? Sudah lama Ibu ndak cerita. Kamu suka cerita kan?”
Ibu gila. Ibu sudah gila. Ini ada apa? Kenapa?
”Kamu tahu kan, Nggi. Ibu suka sekali dengan batik. Kalau pakai batik, Ibu selalu merasa lebih cantik.” Ibu memulai narasinya sambil mengitariku yang terikat di kursi kayu. Gerakannya masih tetap anggun, tapi ada yang berbeda. Sosok keibuannya tidak lagi ada.
”Kamu tahu Bu Damar, istri pemilik butik batik terkenal? Belakangan ini Ibu sering bertemu dengannya. Berbagi cerita soal batik kecintaan kami berdua.” Kali ini ia menelusuri tubuhku dengan jemarinya yang lentik. Badanku yang sekal disentuhnya dengan penuh ambisi. Misteri.
”Beliau lalu berbagi rahasia. Ini yang Ibu mau minta. Tolong Ibu ya?” Masih dengan suara lembutnya ia meminta, sambil menarik sebuah ember di belakang kursi tempatku diikat. Jemari tangan satunya yang sedari tadi bermain di tubuhku sekarang menggenggam pergelangan tanganku erat, mencari-cari urat.
Ibu mau apa? Raut mukaku saat ini pasti terlihat panik. Ya. Aku sangat panik.
“Katanya… Ibu bisa lebih cantik dengan batik, tapi akan lebih cantik jika melakukan ritual, seperti yang biasa dilakukan Persaudaraan Batik Fanatik. Pemilik batik akan abadi, jika mencuci batiknya dengan darah suci perawan keturunan, lalu meminum sisanya dari cawan.”
Deg!
“Maafkan Ibu ya, Nggi. Sebulan sekali ibu akan ke sini. Kamu bertahan ya, Nggi. Ibu ndak mau kamu mati. Ibu juga ndak mau kamu kabur. Jadi jalan satu-satunya ya begini.” Ia memasang alat transfusi yang ada di ember tadi. Darahku mulai mengucur ke kantung. Aku bergidik ngeri.
Ibu beranjak, berbalik menuju pintu.
Pintu terbuka.
Ruangan di baliknya adalah kamar Ibu. aku ternyata dikurung di dalam rumahku.
Kudengar ia tertawa puas sambil menutup pintu. Seharusnya tidak begitu, jika ia tahu.
...
Percuma Ibu, aku sudah tidak perawan.
Blog untuk memajang hasil karya partisipan #WritingSession yang diadakan setiap jam 9 malam di @writingsession. Karena tidak ada yang bisa menghentikan kita untuk berkarya, bahkan waktu dan tempat.
Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!
suka deh yang ini. tegangnya terasa :)
BalasHapuswow, ngeri. ibunya serem. hehehe, keren :)
BalasHapusSerem bgt!jangan2 tokoh si ibu pernah "berguru" sama Elizabeth Bathory nih!hiiii...serem.TOP buat yg nulis
BalasHapushalooo! terimakasih ya :)
BalasHapusmenariik.. dibikin film nih, bagus pasti!
BalasHapusShocking! Didn't see a psycho mum coming. Wickedly cool!!!
BalasHapusIni cerita yang paling gue suka..
BalasHapusAnti klimaksnya ga "sinetron" ...
Hehehehe
endingnya twisting banget ya? hehe..
BalasHapusberbakat nulis thriller sebangsa :-). Like it. apalagi memadukannya dengan 'rasa Indonesia'... keren. Pembaca tulisan Ibu Suryantini N. Ganie juga kah?
BalasHapushalo kembangbakung, makasiiih :')
BalasHapushemm sebenernya saya baru denger nama ini Suryantini N. Ganie itu sekarang, hehe.
ada referensi yg bisa dibaca?
Rofianisa, two thumbs up deh sama karyamu yang ini .. Misterius, tegang & bikin penasaran ..
BalasHapusEndingnya pun WOW ! Ada 2 WOW nya, pertama ketika Si Ibu 'minta' darah Si Anak, kedua ketika Si Anak bermonolog bahwa dia sudah tidak perawan ..
Ouchhh ..
Sekali lagi, keren !
makasih :')
BalasHapus