Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Jumat, 08 April 2011

Tertawalah Dengan Senang

Oleh: Lidya Christina (@Lid_Yang)
Lcy-thoughts.blogspot.com


“Tertawalah dengan senang,” pikirku.

Dari dulu aku berusaha sekuat tenaga agar dia bisa tertawa dengan senang. Jujur, susah. Apalagi setelah ditinggalkan laki-laki itu. Dulu, dia memang jarang tertawa. Tetapi semenjak mengenal dengan laki-laki itu, tawanya tidak dapat dipendam.

Selama hari-hari itu, tawanya selalu menemaninya setiap saat. Waktu itu, aku berpikir, mungkin kehadiran laki-laki ini ada baiknya. Toh, laki-laki ini berprestasi. Wakil ketua OSIS, jago main basket dan badminton. Dan yang paling penting, dia berhasil membuatnya tertawa.

Tetapi sekarang, tidak sama lagi. Sejak laki-laki itu pergi, dia menjadi pendiam. Senyum memang masih ada di mukanya. Tawanya saat bercanda dengan teman-temannya memang belum hilang. Yang hilang, perasaan dalam tawanya. Kapan dia bisa tertawa seperti waktu itu lagi?

Aku pernah berpikir untuk menemui laki-laki itu, untuk meminta pertanggungjawaban. Ah, tidak akan berguna juga.

Siang itu, dia ditegur teman baiknya.

“Kenapa sih kamu ini? Dia sudah past tense tahu? Aku tahu kamu sedih. Kami? Aku? Yang selalu ada di sampingmu?”

Tiba-tiba dia tersadar. Aku juga. Jika dibandingkan laki-laki itu, temannya lebih mahir dalam membuatnya tertawa. Ternyata aku salah, dia sudah sering tertawa sebelum mengenal laki-laki itu. Aku terlalu mementingkan laki-laki itu. Sampai lupa pada mereka yang selalu menemaninya.

Akhirnya dia tersenyum. Senyumannya yang hangat kembali menghiasi mukanya. Hari-hari yang penuh tawa dan canda kembali mengisi pikiranku.

“Iya, betul. Senyumlah. Dan tertawalah dengan senang, hatiku,” kataku dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!