Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Rabu, 06 April 2011

Tolong Aku Tuhan, Sekali Ini Saja.

Oleh @anadudunk


Aku benci mencintai. Cinta bagi ku hanya berarti sakit, luka menganga yang mungkin takkan bisa tersembuhkan. Segala memori tentang cinta hanya sekumpulan mimpi buruk yang akan berulang, tak peduli berapa kali berusaha untuk lupa. 
Sayangnya, takdir seakan mempercundangiku. Aku telah lelah untuk memohon pada penciptaku, untuk tak lagi mengenal cinta. Semenjak aku lahir tanpa Ayah, aku tahu bahwa tak ada yang namanya cinta dalam kaumku. Kami hanya mengenal bertahan hidup. Ibu yang mengatakannya sendiri padaku. Kehilangan sesosok ayah hanya membuatku terserang penyakit semacam haus yang teramat sangat pada kehadiran lelaki, dan itu pulalah mungkin yang membuat takdir mempercundangiku.
“Ku antar pulang?” tanya Lelaki dengan sopan, dan semacam mengundang. Aku menggeleng pelan, mencoba untuk memberi isyarat bahwa aku berbeda. Aku tak lagi ingin mengundang malapetaka, aku tak lagi ingin mengalami mimpi buruk. Namun Lelaki seakan tak mau tahu, seperti laki-laki pada umumnya. Ia menggandeng tanganku pulang.
“Perempuan, kamu sudah dewasa. Lelaki calon yang baik untukmu,” kata Ibu suatu kali, setelah melihatku beberapa kali melihat kami berdua bersama. Aku memberikan tampang seolah-olah Ibu sedang mengajakku bercanda, meskipun aku tahu apa yang dikatakannya benar. Aku ingin Ibu tahu bahwa aku membenci cinta seperti aku membenci perkawinan, atau seperti aku membenci Ibu karena membuatku tak punya Ayah.
“Kamu sudah tahu, tak ada yang bisa melawan takdir. Kamu punya kewajiban untuk memiliki keturunan,” lanjutnya, sembari pergi meninggalkanku yang masih sibuk dengan bisu.
***
Semalaman aku berdoa, aku menyembah. Seakan hanya mengepalkan kedua tangan tak cukup, aku pun bersujud. Aku memohon pada penciptaku. Kalau memang Engkau adalah Yang Maha Kuasa, mengapa engkau ciptakan aku seperti ini, mengapa Engkau membiarkan takdirku begini?. Tolong aku Tuhan, sekali ini saja. Biarkan saja semua hal buruk terjadi pada keluargaku, biarkan saja aku tak punya ayah seperti kebanyakan lainnya. Aku hanya ingin memohon padamu, untuk bisa membiarkan perkawinanku baik-baik saja. Aku ingin anak-anakku nanti tak lagi bertanya dalam tidurnya, siapa ayah mereka. Aku tak ingin anak-anakku seperti aku, Tuhan.
Dalam posisi menyembah ini, aku berharap Dia akan luluh dan kemudian mencabut apa yang telah ia gariskan pada kaumku. Aku rendahkan diriku serendah-rendahnya agar Dia melihat bahwa aku sungguh-sungguh. Sampai pada titik aku yakin permohonan dan sesembahanku diterima, aku keluar dan menemui calon suamiku. Lelaki berdiri di sana dengan sunggingan senyum.
“Tidak apa-apa.Jangan gugup. Aku mencintaimu. Itu sudah cukup kan, Perempuanku?” tanyanya lembut sambil menggenggam tanganku.
Ah, aku benci kata-kata itu keluar dari mulut Lelaki, orang yang beberapa saat lagi akan memberikanku keturunan ini. Aku akhirnya mengangguk, setelah berusaha sekuat tenaga untuk mengucapkan kata-kata yang sama padanya namun gagal. Rapalan-rapalan doa yang sedari tadi aku panjatkan dari dalam hati tak putus. Semakin menit, semakin detik mendekat, aku hampir yakin bahwa doaku telah diterima oleh-Nya. Ya, aku yakin. Takdir memalukan ini tak akan terjadi padaku.
Aku mendekat pada Lelaki. Mencium tangannya, kemudian dia mencium keningku dengan lembut, sekali lagi membisikkan kata cinta dan kata-kata berbunga di telingaku pelan. Detik berikutnya, yang aku tahu adalah; mataku gelap dan buta, dengan pelan kubalikkan tubuh Lelaki dengan dua tanganku yang bebas, dan mulai memakan kepalanya hingga putus. Aku sadar doaku tak terkabulkan. Aku hanyalah satu dari sekian banyak belalang sembah, yang harus rela kehilangan suami bahkan sebelum anak-anakku lahir.
Aku melihat Lelaki kini sudah tak bernyawa, tergeletak, dan akhirnya jatuh ke tanah.
***
Catt:  Belalang Sembah (Praying Mantis, eng.) betina memakan kepala belalang sembah jantan seusai pembuahan. Sumber http://www.theprayingmantis.org/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!