Peringatan keras: setiap karya yang dimuat di Writing Session dilindungi UU hak cipta & penjiplakan pada karya tersebut memiliki sanksi!

Kamis, 24 Februari 2011

Affair at the First Sight

Oleh: Muthiah Safriani‏

Hari pertama, Toko Buku.

Biasanya dua minggu sekali saya selalu pergi ke toko buku. Kebetulan hari ini saya ingin membeli buku yang sudah lama sekali ingin saya beli. Sewaktu sampai di rak yang dituju, buku itu hanya tinggal satu di sana. Ketika hendak mengambil buku itu,sebuah tangan lain juga hendak mengambil buku yang sama. Kemudian kami saling berpandangan. Momen itu merupakan momen yang tidak akan pernah saya lupakan. Baru kali ini saya melihat lelaki setampan dia. Saya mengatakan kepada lelaki itu bahwa dia boleh membeli buku itu, tetapi lelaki itu menolak, katanya karena dia lelaki justru dialah yang harus mengalah. Dan saya kemudian membeli buku yang sudah lama saya incar itu. Itulah awal pertemuan kami.


Hari kedua, Café.

Pulang kuliah, saya singgah di café tempat saya biasanya nongkrong. Saya memesan segelas milkshake coklat dan sepotong tiramisu. Sambil menunggu pesanan saya datang, saya mengeluarkan buku yang saya beli kemarin, dan membacanya. 15 menit kemudian,sebuah suara menegur saya. Tadinya saya piker, itu adalah suara pelayan café itu, ketika saya mendongakkan kepala, ternyata pemilik suara itu adalah lelaki yang kemarin saya temui di toko buku. Kemudian dia duduk di meja saya, dan memesan. Disitulah kami mulai berkenalan. Ternyata dia adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan penerbitan. Setelah cukup lama berbicara, akhirnya kami pun saling bertukar nomor handphone.


Hari ketiga, Toko Kaset.

Hari saya janjian untuk bertemu dengan lelaki itu di toko kaset. Semalam ia menelpon saya dan mengajak saya untuk menemaninya ke toko kaset. Ia datang 10 menit lebih dulu dari saya. Dia meminta pendapat saya mengenai kaset mana yang bagus untuk dia beli. Jadi saya bertanya, music apa yang suka ia dengarkan? Dia menjawab rock. Akhirnya saya menyarankan dia untuk membeli kaset milik band kesukaan saya MUSE. Ia pun tampak suka dengan kaset pilihan saya itu, akhirnya Ia membelinya. Kemudian dia mengantar saya pulang ke rumah dengan mobil sedan hitamnya.


Hari keempat, Restaurant.

Hari ini dia mengajak saya lagi, untuk makan malam di luar. Dia berjanji akan menjemput saya di rumah. Saya mengenakan gaun terbaik saya. Sebuah sack dress berwarna biru tanpa lengan. Ketika saya membukakan pintu untuk dia, saya terpana. Dia sungguh tampan dalam balutan jas berwarna hitam. Ia mengulurkan sebuket bunga mawar kepada saya. Kemudian setelah meletakan bunga-bunga itu ke dalam vas, kamipun pergi. Restaurant itu sangat indah, suasananya romantic dengan pencahayaan remang-remang dan musik jazz yang mengalun lembut. Kami duduk di meja yang menghadap ke arah laut. Setelah makan malam, tiba-tiba saja dia meraih tangan saya. Jantung saya jadi berdebar-debar dibuatnya. Ia mengecup punggung tangan saya, kemudian dia berkata bahwa dia mencintai saya. Dia meminta saya menjadi kekasihnya. Wajah saya bersemu merah, kemudian saya membalikkan telapak tangan saya dan meremas lembut tangan lelaki itu. Saya mengatakan bahwa saya juga mencintainya dan menerima dia menjadi kekasih saya. Ya, saya memang mencintainya, saya sudah mencintainya saat pertama kali bertemu dengan dia di toko buku.


Hari kelima, Toko buku.

Hari ini saya meminta dia untuk menemani saya ke toko buku. Saya menyuruh dia langsung ke sana setelah pulang kerja. Hampir 2 jam saya mengelilingi toko buku ini, tapi ia belum juga menunjukkan batang hidungnya. Saya coba hubungi handphone dia, tapi tidak diangkat. Akhirnya saya memutuskan untuk menunggu dia lagi selama 15 menit. 15 menit kemudian ia tidak kunjung datang, saya coba untuk hubungi dia lagi. Dering kedua, barulah telepon saya diangkat.

“Halo…” Sahut sebuah suara dari ujung sana. Suara wanita yang sedang kedengarannya terengah-engah. Saya mengerutkan kening bingung. Kemudian saya bertanya, “Denis-nya ada?”

“Dia sedang di kamar mandi” Jawab wanita itu sekenanya. Tiba-tiba perasaan saya berubah tidak enak.

“Maaf kalau boleh tahu,Anda siapa?” Tanya saya lagi, untuk memastikan kecurigaan saya.

“Istrinya” Wajah saya memucat mendengar pernyataan wanita itu. Dalam sekejap dunia saya berubah menjadi gelap. Hati saya seperti disambar halilintar. Pedih. Tanpa sadar airmata saya pun jatuh. Kemudian saya tersadar, ternyata dari awal saya hanya dijadikan selingkuhan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SANGAT DIANJURKAN untuk saling mengapresiasi atau mengkritik tulisan satu sama lain. Kita sama-sama belajar ya!